Tuesday, 23 May 2017

((Pengalaman)) Klaim Kacamata melalui BPJS Kesehatan

Ini masih fresh from the oven , karena aku klaim kacamata itu baru banget kemaren. Btw tadinya aku nggak tau kalo punya BPJS Kesehatan itu dapet subsidi buat bikin kacamata. Terus aku searching-searching dan ternyata bisa. Uhh seneng banget taunya, lumayan lah bisa periksa mata gratis sekaligus dapet subsidi bikin kacamata. Secara aku lama banget udah nggak periksain mata sekaligus nggak ganti kacamata, mungkin udah ada tiga tahun nggak cek mata. Ditambah lagi akhir-akhir ini karena mengerjakan tesis aku hampir setiap hari ngadep laptop dan handphone. Takutnya minus-ku nambah lagi. Sedikit cerita dari aku sebagai pengguna BPJS nih.. semenjak punya BPJS (baru sekitar 3 bulan punya) aku jadi orang paling nggak mau rugi haha. Tadinya aku itu tipe orang yang nggak suka ke dokter, kalo sakit biasa paling cuma ke apotek beli paracetamol sama minum vitamin. Tapi semenjak ada BPJS nggak enak badan dikit pasti ke dokter.. ya maklum gratisan, lumayan lah kan udah bayar jadi harus dimanfaatin semaksimal mungkin πŸ˜† suamiku yg nggak suka ke dokter juga aku komporin buat manfaatin BPJS, ya buat periksa mata lah, apa ke THT, apa ke dokter kulit 😜



Back to topic.. langsung aja alurnya begini, pertama dateng ke faskes 1 bawa kartu BPJS asli dan fotokopiannya 1 lembar. Bilang mau minta rujukan buat periksa mata. Nanti dibikinkan surat rujukannya, dan ditawarin mau ke dokter mana. Aku pilih periksa di Geriarti Margono (dan ini salah banget milih disini -.- karena antrinya lumayan). Kalo kata adik aku yg cepet itu periksa mata di katarak centre, nggak begitu rame dan cepet prosesnya. Setelah dapet rujukan, rujukan itu dibawa ke dokter tujuan. Karena aku di rumah sakit jadi aku dateng langsung ke rumah sakit, ambil nomer antrian untuk pendaftaran. Nah buat pengguna BPJS lagi-lagi dimintain fotokopi BPJS nya sama fotokopi identitas diri bisa SIM/KTP. Karena aku pemilik BPJS kelas 1 dijelaskan sama petugasnya kalo nanti ada tindakan penanganan dari dokter atau ada tambahan obat dikenakan biaya tambahan yang nominalnya nggak lebih dari 250 ribu. Ehm.. yah nggak banyak-banyak banget lah. Oke waktu lagi antri daftar aku juga ada cerita lagi.. jadi ada embah-embah (mbah putri) udah tua banget mungkin umur 78-an jalannya juga pake tongkat, sendirian lagi antri juga duduk disebelahku mau periksa (tapi nggak tau mau ke dokter apa) pake BPJS kesehatan. Pas daftar dan di cek, ternyata BPJS nya nggak aktif, jadi nggak bisa pake BPJS. Dia bingung kan kenapa, trus ngeluarin hape-nya minta tolong ke suamiku buat teleponin anaknya. Suruh tanya, BPJS-nya udah dibayarin belum karena yg bayar BPJS itu anaknya. Akhirnya suami telepon anaknya si embah itu, berkali-kali di telepon nggak di angkat. Dan si embah pun pasrah, yaudah nggak apa nanti saya coba telepon lagi (kata si embah itu). Suamiku cerita, katanya sekarang banyak banget orang yg maunya enak sendiri mereka bikin BPJS kalo pas mau dipake aja. Jadi kalo udah sakit baru bikin BPJS, atau bikin BPJS tapi nggak di bayar iurannya, dibayarnya nanti kalo udah mau dipake buat periksa ke dokter. Nah ya kan mana bisa kek begitu ya -__- (tolong yg begini-begini ini jangan ditiru).

Selesai pendaftaran aku langsung menuju poli mata. Pertama ngasih surat-surat yang dibawa dari petugas pendaftaran ke perawat mata. Setelah di cek suratnya, mata kita diperiksa sama perawatnya. Kelar di periksa nunggu antrian buat periksa ke dokter. Mungkin antri sekitar setengah jam trus mata ku di cek sama dokternya. Katanya mata ku kondisinya bagus sih, dan minusnya nggak nambah. Alhamdulilah lega dengernya. Nggak perlu ada tambahan obat juga cuma harus ganti kacamata aja.  So.. nggak ada biaya tambahan juga alias gratis. Dari dokter aku dapet surat rujukan buat ke BPJS Kesehatan yang fungsinya nanti buat klaim kacamata. Jadi kelar periksa harus ke BPJS kesehatan lagi buat minta cap pengesahan sama daftar optik-nya.

Besoknya aku langsung ke BPJS kesehatan, nggak perlu antri cuma bilang ke satpamnya aja mau minta cap untuk rujukan ke optik dan nanti satpamnya yang ngurus ke dalem. Dan menunggu lagi sekitar 15 menit semua cap-cap itu selesai (karena waktu itu banyak yang minta cap, ada sekitar 10 orang-an yang bareng aku). Surat yang dari BPJS itu disimpen buat klaim kacamata, dan ada lampiran daftar optiknya. Terserah kita mau ke optik yang mana asalkan sesuai dengan list dari BPJS. 

Aku klaim kacamata seminggu kemudian (surat rujukan itu berlaku selama 30 hari). Pertama aku ke optik tiga lima, ini optik paling rame di kota aku. Nggak tau kenapa sih, dulu si karena murah-murah kacamatanya. Sekarang kata temenku udah mahal, tapi tetep rame. Aku kesana, seperti biasa rame banget. Dengan kondisi rame seperti itu petugasnya cuma ada 4 orang. Mbak-mbaknya nggak begitu ramah, aku dateng dicuekin. Nggak ditanya sama sekali. Alhasil aku muter-muter liat-liat kacamata nggak begitu ada yg cocok. Cuma dua kali nyobain kacamata itupun nggak cocok juga. Karena rame, mbaknya nggak fokus ngelayanin satu orang "di sambi" sana-sini ngerjain yg lain. Aku juga jadi nggak bisa leluasa nyobain kacamata. Berhubung males, akhirnya ku pindah optik ke optik merdeka depan SMA 1 Purwokerto. Optik merdeka juga lumayan rame tapi nggak seramai optik tiga lima. Ada tiga orang petugas, dua orang paruh baya satu orang masih muda dan mereka ramah-ramah semua. Yang ngelayanin aku mas-masnya ramah banget dan sabar karena aku milih kacamata lamaa bangeet. Entahlah udah ngacak-ngacak berapa kacamata haha. Disini menurutku lebih murah dari tiga lima. Ada paket frame dan lensa kacamata yang harganya mulai dari 200 ribu/paket. Ada juga yang frame dan lensa-nya terpisah. Harga frame mulai dari 200 ribu sampe yang paling mahal jutaan. Kalo buat lensanya harga mulai dari 100 ribu sampe paling bagus 350 ribu. Oya buat pengguna BPJS dimintain fotokopi kartu BPJS buat dilampirin ke surat rujukan. Nanti buat ngurus-ngurus kayak begini siapin aja fotokopi kartu BPJS sama identitas yang banyak.

Setelah pilih-pilih cantik, akhirnya aku jatuh hati sama frame warna maroon seharga 320 ribu. Untuk lensanya aku pilih yang harga 165 ribu, kata masnya itu udah termasuk bagus anti radiasi, anti debu, anti embun... dan anti-anti lainnya haha. Jadi total kacamataku 485 ribu.  Nah karena BPJS-ku kelas 1, aku dapet subsidi kacamata 300 ribu. Tiap-tiap kelas BPJS subsidinya beda-beda, makin kecil kelas makin dikit subsidinya. Aku bayar kacamata cuma 185 ribu aja, dan itupun ternyata di diskon lagi sama optiknya jadi cuma bayar 150 ribu. Senengnyaa, udah dapet subsidi di diskon pula unnccchhhh bgt dah πŸ˜—Sorenya kacamata jadi dan ketika pulang aku dibonusin fanta satu botol, kata bapaknya buat "sangu" dijalan siapa tau haus hahha. Lucuu bapaknya 😁 puas banget bikin kacamata di optik merdeka, pelayanannya ramah, dapet diskon, dibonusin pula haha, top banget lah. Overall ngurus klaim kacamata menurutku mudah, nggak ribet dan alurnya jelas. Aku bisa rutin periksa mata pake BPJS setiap setahun atau dua tahun sekali, tapii buat klaim kacamata ternyata nggak bisa setiap tahun. Berdasarkan info sih katanya kalo frame cuma bisa tiga tahun sekali, sedangkan lensa bisa ganti dua tahun sekali. 

UPDATE Klaim Kacamata menggunakan BPJS Kesehatan SEPTEMBER 2023

Halo!! Postingan ini aku update dikarenakan terdapat perubahan prosedur klaim kacamata menggunakan BPJS kesehatan. Kebetulan aku baru saja ganti lensa kacamata menggunakan subsidi dari BPJS kesehatan. Kenapa baru sekarang di update? Karena aku lama banget nggak pernah klaim kacamata lagi melalui BPJS dan beruntungnya dapat jatah kacamata tiap tahun dari kantor suami. Berhubung ini urgent butuh ganti lensa, karena lensa kacamataku sudah berjamur + sering pusing jadilah aku mencoba memeriksakan mata & klaim kacamata menggunakan BPJS kesehatan lagi. Berikut langkah-langkahnya:

1. Datang ke faskes 1 untuk minta surat rujukan ke dokter/klinik spesialis mata & klaim kacamata. Dokter umum dari faskes 1 akan mengarahkan klinik yang akan menjadi rujukan tingkat 2 (biasanya ada beberapa pilihan klinik/dokter/RS, kita bisa pilih yang mana).

2. Datang ke klinik rujukan dengan membawa surat rujukan dari faskes 1 beserta KTP dan kartu BPJS kesehatan. Dokter akan memeriksa dan memberikan resep obat (jika diperlukan) & resep kacamata.  Legalisir resep kacamata di bagian pendaftaran klinik. Resep tersebut sudah bisa digunakan untuk klaim kacamatan di optik yang bekerjasama dengan BPJS.

3. Datang ke optik yang bekerjasama dengan BPJS dengan membawa resep kacamata yang sudah di legalisir di klinik. Untuk BPJS kelas 1 mendapat subsidi sebesar Rp 330.000,00

Prosesnya jauh lebih cepat dan mudah! Sat set wat wet, nggak nyampe sehari kelar! 

Semoga bermanfaat :)

Continue reading ((Pengalaman)) Klaim Kacamata melalui BPJS Kesehatan

Monday, 22 May 2017

Wisuda Pascasarjana UGM

Yeaaaaaaaaaaaaaayyy!
Akhirnya wisuda! Alhamdulilah selesai sudah studi S2 ini yang ditempuh dengan berdarah-darah 😁 dan tepat waktu sesuai targetku bisa wisuda 19 April 2017. Yang bikin aku lebih bersyukur lagi adalah aku bisa menyelesaikan S2 ku ini dalam waktu 1,6 tahun. Menurutku 1,6 tahun itu udah cukup singkat tapi ternyata ketika kemaren prosesi wisuda ada yang bisa nyelesein S2 dalam waktu setahun aja, IPK-nya 4.00 pula. Otak macam apa itu πŸ˜† Aku jadi mahasiswa pertama yang lulus dari angkatan 2015. Temen-temenku bilang aku kecepetan. Sebenernya enggak juga sih, karena sejak aku mengerjakan proposal tesis semuanya aku rencanakan dengan baik. Meski untuk mencapainya amat sangat nggak mudah. Karena hingga sekarang aku nulis ini bahkan masih ada temen seangkatanku yang Bab 1 pun belum selesai :(




Sebelumnya aku pernah posting disini tentang pembuatan rencana waktu tempuh studi S2 untuk beasiswa unggulan. Ternyata perencanaan waktu tentang studi S2 yang dulu aku buat memang sangat berguna. Di awal mengerjakan proposal tesis, aku buat ulang perencanaan waktu khusus untuk mengerjakan tesis. Aku targetin dengan jelas beserta tanggal dan harinya kapan harus selesai mengerjakan proposal, kapan seminar proposal, kapan harus bimbingan, ngerjain revisian, kapan mulai terjun penelitian dan kapan aku harus sidang tesis. Aku bikin se-detil detilnya. Karena apa? kalo nggak begitu entahlah kapan akan lulus haha. Faktanya jika bersungguh-sungguh dan disiplin mengikuti perencanaan waktu yang dibuat Insha Allah semesta pun akan mendukung. Meskipun pada prakteknya sempet ada waktu yang nggak pas alias molor-molor dikit dari target yang ditentuin. Tapi sejauh ini nggak masalah, karena kenyataanya emang adaaa aja kejadian nggak terduga yang sedikit menghambat kelancaran mengerjakan tesis. Kalo aku flashback lagi inget saat-saat mengerjakan tesis itu gila banget. Aku hampir setiap hari ngampus, ngerjain tesis di ruang belajar atau perpustakaan.. dateng pagi banget pas perpus baru buka dan pantang pulang sebelum perpus tutup. Kadang kalo lagi mood, weekend pun aku ngampus. Gilanya kalo ngampus udah kayak orang mau pindahan, selalu bawa tas dua gede. Satu isinya laptop, charger hp, buku-buku, jurnal.. tas satunya lagi isinya perlengkapan cewe 😁 ada makeup, mukena, cemilan, air minum. Yaa maklum seharian ngampus rempong kalo gak bawa perlengkapan macem-macem. Kalo lagi bosen dan eneg ngerjin tesis aku pergi nge-mall sama temen-temenku seharian, gilanya lagi pulang nge-mall malemnya begadang sampe pagi ngelanjutin garap tesis haha. Lucu, dan heran kok bisa sih aku melalui masa-masa itu πŸ˜† Adik aku sempet main di Jogja liburan seminggu dan nginep dikosanku. Seminggu itu aku full dari pagi sampe sore nemenin dia jalan-jalan di Jogja,, malemnya? tetep ngerjain tesis lagi.. meski rasanya capek banget badan kek digebukin. Senggaknya aku harus ngeluangin waktu minimal 2-4 jam sehari buat nyentuh tesis-ku. Kalo kata dosenku, dia ngasih tips biar cepet kelar nulis tesis... caranya luangin waktu setiap hari minimal satu jam buat nulis tesis. Kalo lagi nggak mood, kamu bisa ngelakuin hal lain kayak bikin daftar isi, bikin outline, atau "kulak" bahan (cari-cari referensi/ baca jurnal atau buku yg sesuai dengan topik tesis). Menurutku tips dari dosenku ini cukup berguna sih, dan aku berusaha menerapkan.

Dulu sebelum aku masuk UGM banyak orang-orang diluar sana yang bilang kalo masuk UGM itu susah, tapi keluarnya lebih susah lagi (maksudnya banyak yg nggak lulus-lulus gitu). Ada benernya juga sih omongan orang-orang itu. Tapi nggak sepenuhnya benar juga. Awal kuliah S2 aku nggak kepikiran bakal bisa lulus kurang dari 2 tahun, pikirku yang penting bisa lulus tepat waktu aja udah syukur alhamdulilah banget. Makanya aku nggak ngarep yang neko-neko soal lamanya waktu kuliah. Semua berubah begitu aja ketika aku mulai mengerjakan tesis dan melihat support dari dosen-dosen. Mereka sangat terbuka menerima mahasiswa yang pengen cepet lulus buat konsultasiin topik tesisnya. Di awal pengerjaan proposal karena kita belum dapet dosen pembimbing, kita diperbolehkan konsul sama siapapun dosen yg kita pilih (yang penting janjian aja). Enaknya lagi kalo nggak puas sama dosen satu bisa minta pendapat juga sama dosen yg lain. Dengan cara ini mungkin kita bakal dapet banyak sudut pandang dari pendapat dosen tentang topik tesis tapi di sisi lain juga makin mumet dan bingung saking banyaknya pendapat hehe.

Beberapa faktor yang mungkin menyebabkan lamanya waktu tempuh studi S2 antara lain ada yang udah kerja (kuliah nyambi kerja), ibu-ibu yang pada sering ambil cuti, ada yang karena bolak balik ganti topik tesis, dosen pembimbingnya susah ditemuin, dan ada juga yang males (ini yg sebaiknya  jangan). Yang mengakibatkan kenapa aku bisa cepet ngerjain tesis adalah aku nggak pernah menunda waktu. Aku berusaha memanfaatkan setiap waktu yang luang untuk mengerjakan tesis. Beberapa temenku kenapa mereka lama mengerjakan, karena banyak yang ngilang begitu aja. Ya males lah, mager, gabut mau garap tesis. Ada juga yang pulang kampung dan mereka asik main males balik ke jogja lagi 😁. Bersyukur banget aku juga dapet dosen pembimbing yang nggak neko-neko, gampang ditemuin, nggak moody, nggak minta macem-macem. Karena dosen yang susah banget juga adaaa.. Bahkan temenku ada yg setiap mau nemunin pembimbing harus siapin mental dulu, yg deg2an lah, yg keringat dingin.. duh kasian banget pokoknya mereka 😟. Ada juga dosen yang sering pergi2 ke luar negeri jadi bikin mereka susah banget buat ditemuin. Bisa juga karena dosen yang susah ini bikin menghambat tesis cepet selesai. Yaa sama aja lah kayak pas ngerjain skripsi, dosennya macem-macem, mahasiswanya juga macem-macem. Tapi yang pasti kita harus berjuang semaksimal mungkin, harus muka badak alias nggak punya malu tiap hari nguber-uber dosen. Yang penting juga memanfaatkan setiap waktu luang jangan sampai menunda-nunda. Mudah-mudahan buat yg mau S2 atau yg udah S2 tapi lagi ngerjain tesis bisa tetep semangat ya ^.^
Continue reading Wisuda Pascasarjana UGM