Thursday 29 December 2016

Hijrah, Sebuah Catatan Spiritual yang Panjang

Ini semua tentang perjalanan hijrah dalam berhijab, awal mulanya banyak "kerisihan-kerisihan" yang dialami hingga mengantarkanku seperti sekarang. Apa yang ada di benak kalian tentang wanita berhijab? Aku dulu berpikir bahwa hijab adalah kewajiban wanita muslimah, tanpa tau maknanya. Yang penting rambut ketutup oleh hijab. Aku masih inget, pertama kali pakai hijab ketika masuk SMA. Waktu itu aku sudah merasa risih menampakkan lengan tangan dan kakiku. Semua alami terjadi begitu saja, bahkan ketika masih SMP meski belum berhijab aku berusaha pakai baju lengan panjang dan celana panjang.

Kuputuskan memakai hijab ketika memasuki SMA. Tapi namanya setiap orang yang sedang berusaha memperbaiki diri pasti akan di uji oleh Allah swt. Aku mengalami perjuangan yang panjang ketika SMA hingga aku benar-benar mantap berhijab. Sempat lepas pakai hijab selama hampir 2 tahun. Alasanya? Banyak banget godaan buat istiqomah berhijab. Dulu jaman SMA lagi ngetrend banget rebonding, dan akupun yang rambutnya ikal menggelombang ini nggak mau ketinggalan trend. Alhasil merasa cantik dengan rambut lurus, akupun menanggalkan hijab... Sekolah tetap pakai hijab, tapi kalau pergi-pergi diluar jam sekolah aku nggak pakai hijab.  Meskipun aku nggak berhijab, pakaianku tetap sopan pakai serba lengan panjang. Sempet dinasehatin orang tua "jangan sampai gara-gara rebonding kamu copot jilbab" tapi tetep cuek aja. Duh norak deh pokoknya! Hahaha.. Bahkan nggak cuma orang tua aja, tetangga, sampe temen-temen mamahku sempet kaget dan menyindir secara halus aku nggak lagi berhijab. Namanya juga anak muda, lagi seneng-senengnya ya masa bodoh apa kata orang. Ditambah banyak temen-temenku yang kelakuanya serupa denganku, serasa ada temenya gitu.. Hahahha. Pengalaman terparah adalah ketika kelas dua SMA aku ikut kompetensi dance dan mengharuskan aku nggak pake hijab. Nah ternyata di kompetisi itu banyak banget temen-temen SMA aku yang pada nonton. Alhasil aku jadi trending topik besoknya gara-gara copot hijab buat ngedance.


Menjelang kelas tiga SMA, sedikit demi sedikit mulai insyaf hehehe. Udah ngerasa nggak nyaman keluar rumah tanpa hijab. Alhamdulilah pelan tapi pasti aku mulai pakai hijab lagi ketika keluar rumah. Memasuki kuliah, aku tetap istiqomah dengan hijabku.. Tapi you know lah waktu itu masih ikut-ikutan pakai hijab yang lagi ngetrend, celana jins ketat, baju ngepas, jilbab cekak (nggak menutup dada), nggak pakai kaos kaki. Hijab ala kadarnya banget. Dulu bahkan belum banyak temen-temenku yang berhijab. Baru ketika dian pelangi nongol, tiba-tiba hijab jadi booming dan banyak orang mulai pake hijab. Begitupun ketika banyak tutorial hijab bertebaran karena trend dian pelangi ini, aku tetep nggak ketinggalan ngikutin trend.

Waktu itu aku masih belum bisa memaknai hijab, belum banyak pengetahuan yang aku punya tentang aturan-aturan dalam mengenakan hijab. Entahlah, mungkin karena aku tidak diajari atau karena lingkungan tidak membawaku ke arah situ atau aku yang males belajar agama -.- Tapi lagi-lagi ada sesuatu yang aku rasakan secara alami. Aku ngerasa risih pakai baju cekak (yang nggak nutup pantat) karena waktu itu aku masih pakai celana jins juga. Mulailah aku pakai baju yang panjang-panjang. Senggaknya sampai sepaha dan menutup bagian pantat.

Dikampus mulai terlihat perkumpulan ukhti-ukhti yang pake jilbab lebar dan panjang. Awalnya aku menanggapi biasa saja sebagai sesuatu yang wajar. Bodohnya aku nggak berpikir apa kira-kira alasan mereka pakai jilbab selebar dan sepanjang itu. Belum lagi mereka adalah orang-orang minoritas. Nggak banyak cewe dikampusku yang pakai hijab lebar. Jadilah aku mengganggap sebagai angin lalu. Cewe berhijab panjang dan bercadar waktu itu diidentikan sebagai teroris, yaa lagi ramai-ramainya berita teroris juga dan menyoroti para istri-istri teroris yang hijabnya lebar dan bercadar. Sempat menimbulkan stereotype negatif tentang cewe bercadar. Meskipun berita itu sangat ramai, aku sama sekali nggak berpikir demikian. Itu cuma oknum-oknum yang tidak memaknai ajaran islam secara baik dan benar, mereka mencoba menghancurkan islam dengan cara-cara yang picik.

Menjelang kuliah semester enam aku mulai risih pakai celana jins aku pun mulai membeli rok sama baju-baju dress, dan pakai rok kalo kemana-mana. Baju sedikit longgar lah nggak ngepres badan. Tapi jilbab belum panjang, masih cekak belum menutup dada. Kebiasaan pakai rok terus berlangsung sampai masuk kerja. Walaupun masih suka pakai celana jins sekali-sekali, tapi itupun udah jarang banget.

Oya selama kuliah aku sempat mengalami yang namanya sebel sama cewe berhijab lebar. Bukan karena mereka disebut teroris atau apa, bukan itu.. Lebih ke personal orangnya. Aku sempat beberapa kali menjumpai cewe berhijab lebar yang nggak menjaga dirinya secara penampilan. Maksudnya gini, maaf kalo agak kasar: mereka bau, pakaianya lusuh dan kotor, penampilan kucel kayak nggak mandi, bajunya nggak padan, kaos kakinya bau.. pokoknya serba nggak enak dilihat lah. Aku tahu, sejatinya cewe berhijab memang gak boleh tabarujj berdandan berlebihan, pakai baju yang mewah/ glamour, nggak boleh berparfum ato pakai perhiasan berlebihan yang bisa memikat lawan jenis yg bukan mahram. Tapi menurutku nggak gitu juga.. Bukankah Allah swt mencintai kebersihan dan keindahan, meskipun tanpa makeup dan tanpa parfum setidaknya jagalah biar wajah nggak kucel, jangan mendzalimi orang lain dengan bau badan (karena jujur aku sering ngumpat sama orang-orang yg bau badan) kesel banget, kenapa mereka nggak peduli bahkan sama bau badannya sendiri?:'( Walau berpenampilan sederhana, seharusnya tetap menjaga kebersihan diri dan pakaian, menjaga kepadu-padanan pakaian. Jadi stereotype ku saat itu tentang wanita berhijab lebar adalah seperti itu: jorok. Aku bahkan nggak berminat buat pakai hijab lebar.. Takut ketularan joroknya mereka pikirku waktu itu.


Belakangan juga sempet muncul banyak cewe-cewe berhijab syar'i yang kesannya mereka sangat glamour seperti kalangan sosialita dengan baju syar'i yang mewah dan aku yakin harganya nggak murah, dandanan agak sedikit berlebihan. Sampai sekarang ini cukup menjadi trend loh. Aku termasuk yang nggak setuju sama mereka ini. Disamping aku nggak setuju dengan yang jorok, aku nggak setuju juga dengan yang berlebihan. Lagi-lagi sebaiknya berhijab itu yang sederhana dan simpel. Tapi tetap menjaga penampilan diri namun tidak berlebihan.

Maindset aku tentang cewe berhijab lebar tapi jorok berubah ketika aku KKN di semester 7. Salah satu temen kelompokku ada yang berhijab lebar dan bercadar. Anaknya sopan dan baik banget. Meski agak rempong sih dia pemalu banget. Pas pertama kali tidur bareng sekamar sesama cewe dia nggak mau lepas hijab. Padahal kita sesama cewe kan nggak apa-apa. Tapi akhirnya kita mulai terbiasa. Aku bahkan deket banget sama dia, banyak tanya soal hijab dan agama ke dia. Dia banyak ngasih tau ayat-ayat al-quran tentang hijab, aturan-aturan berhijab yang benar. Aku juga menanyakan awal mula keputusan dia buat pakai hijab lebar. Diapun menceritakan kisahnya.. dia berhijab panjang dan pakai cadar katanya belum lama baru setahunan. Dulunya dia sama kayak cewe-cewe lain, berhijab ala kadarnya, pake celana ketat dan masih sering lepas hijab. Dia juga sama kayak aku jadi korban trend rebonding, hahaha. Bahkan kalo pergi-pergi dia suka pakai celana hotpants. Suatu hari dia bermimpi, dan mimpi itu merubah dia untuk memantapkan diri menjadi lebih baik. Dia mimpi dicabut nyawanya sama malaikat pencabut maut, dan dia sempet merasakan sakitnya dimimpi itu ketika dicabut nyawanya. Bahkan dia mikir, mungkin waktu itu dikira beneran mati. Eh ternyata cuman mimpi. Setelah itu dia takut banget, dan tersadar bahwa kematian adalah sesuatu yang sangat dekat dan bisa terjadi kapan saja. Kalo nggak sekarang memperbaiki diri, kapan lagi kan? Diapun mulai banyak memperdalam ilmu agama, dan memperbaiki cara berhijabnya pelan-pelan. 

Mendengar ceritanya, aku cukup terinspirasi dan membenarkan apa yang dia katakan. Selama KKN itu pokoknya dia jadi guru ngaji aku deh. Aku yang paling cerewet sering tanya soal agama ke dia. Sebenernya, sejak awal kuliah aku udah merubah kebiasaanku dalam membaca Al-Quran. Aku mulai beli AL-Quran yang ada terjemahannya, setelah baca huruf arabnya aku baca terjemahanya biar lebih paham makna dan artinya. Tapi memang belum bisa sepenuhnya menerapkan sih dari apa yang aku baca. Berat banget emang ya mau jadi orang bener tuh :'). Semenjak berteman dengan dia, terbesit keinginanku buat memperbaiki cara berhijab. Dan mulai punya niat, suatu hari nanti harus bisa pakai hijab yang beneran hijab sesuai syariat islam. Setelah itu hingga sekarang aku mengalami proses yang cukup panjaaang. Aku tipikal orang yang berubahnya pelan banget tapi pasti, berusaha tidak terburu-buru hanya karena mengikuti nafsu sesaat yang nanti akhirnya cuma mood-mood-an nggak istiqomah.

Celana jins udah aku coret dari darftar hidupku, selain badan melar yang bikin jins pada nggak muat, aku juga merasa risih banget pakai celana ketat. Jadilah sejak itu sampai beberapa minggu yang lalu aku selalu pakai rok, celana longgar dan baju longgar. Hijabku? masih belum istiqomah, aku berusaha pelan-pelan buat nyari style hijab yang cocok sama muka aku yang bulet ini. Kadang masih pake hijab cekak, kadang pakai yang syar'i. Karena kekadang-kadangan itulah justru lama-lama aku merasa nyaman dengan hijab syar'i dan mulai risih pakai hijab cekak, rasanya nggak tenang gitu hijabku cekak nggak nutup dada. Bahkan kalo dipikir-pikir dengan akal sehat iya juga, nggak pantes perempuan berhijab tapi bajunya ketat dan dadanya masih menonjol (sebutanya jilboob). Nggak enak aja gitu diliat. Sering banget aku kalo lagi dikampus mengamati mereka-mereka ini yang berhijab tapi masih serba ketat, sangat nggak pantes buat dilihat. Aku sama sekali nggak nge-judge mereka yang masih berpenampilan seperti itu, mereka sama seperti aku yang sedang mengalami proses hijrah. 

Aku juga mulai membiasakan pakai kaos kaki sejak masuk kuliah S2. Awalnya karena jogja panas dan bikin item kaki, makanya aku pakai kaos kaki. Tapi lama-lama aku berusaha untuk pakai kaos kaki karena kaki itu bagian dari aurat perempuan. Di S2 ini aku juga ketemu temen yang sama-sama sedang berhijrah, dan kita jadi temen satu geng gitu namanya cantik soleha, hahahha. Dia termasuk orang yang cepet dalam berhijrah, pakai hijab baru sekitaran setahunan dia udah mantap pakai yang syar'i. Kemana-mana selalu pakai rok/gamis dan jilbabnya pun lebar menutup dada. Dan dia itu termasuk yang tangguh dan nggak goyah sama pendiriannya, meski barhijabnya belum lama. Nggak kayak aku yang kadang masih suka naik-turun. Dan banyak temen aku pada mulai memperbaiki cara berhijabnya, belum lagi adik aku nomer dua juga udah menerapkan hal ini. Pakai rok dan melebarkan hijab. Selebihnya, di lingkungan UGM banyak sesama cewe yang hijabnya pada lebar, dan mungkin jumlahnya cukup banyak tapi mereka tetap menjaga penampilan alias nggak jorok. Alhasil lingkungan yang mendukung, memantapkan aku untuk jangan goyah lagi. Belum lama sih, mungkin baru sekitar dua mingguan ini aku merasa mantap lagi untuk selalu pakai rok dan men-syar'i kan hijabku. Dan aku selalu berusaha belajar tentang fiqih perempuan, karena perempuan dalam islam punya aturan-aturan sendiri yang harus dipahami. Jangan sampai aku hanya tau ilmu dunia tapi bodoh ilmu agama dan akhirat. Bismilahirahmanirahim... meskipun proseku ini sangat lama, semoga saja kemantapan ini menjadi awal yang baik untuk tetap dalam istiqomah. Amin YRA.
Continue reading Hijrah, Sebuah Catatan Spiritual yang Panjang

Saturday 17 December 2016

((Pengalaman)) Innovative Academy UGM, Mendirikan Start Up Berbasis Permasalahan Sosial

Beberapa bulan yang lalu, sekitar bulan April 2016 aku ikut salah satu program kewirausahaan di UGM. Namanya Innovative Academy, ini adalah sebuah program inkubasi selama 3 bulan yang dikelola oleh UGM dan Kibar untuk menciptakan enterpreneur yang bisa memberikan impact pada masyarakat. Output dari program ini bagi peserta yang bisa lolos hingga tahap inkubasi adalah mendirikan sebuah start up. Peserta yang boleh mendaftar adalah mahasiswa baik S1, S2, dan S3 maupun alumni UGM. Diharapkan start up ini mampu membantu permasalahan yang terjadi di masyarakat. Jadi konsep pendirian start up berangkat dari permasalahan yang terjadi di masyarakat, kemudian nanti dikerucutkan lagi untuk memilih akan fokus di bidang apa. Banyak ide-ide yang muncul dari berbagai bidang seperti ekonomi, pendidikan, budaya dan lain sebagainya.

Proses untuk bisa mendirikan start up ini cukup panjaang dan menyita waktu, tenaga, pikiran. Tapi cukup asyik dan memberikan banyak pengetahuan serta pengalaman baru. Sistem programnya pun ala-ala rekruitmen karyawan perusahaan gitu. Dari awal pendaftaran hingga akhir program akan ada peserta yang gugur satu persatu. Dimulai dari pendaftaran yang harus ngisi data diri, ide stratup yang ingin dibangun dan essay singkat yang lumayan banyak poinya tentang motivasi hidup dan motivasi mengikuti program. Seingetku ada 5-8 pertanyaan yang ditujukan untuk melihat minat serta kesungguhan kita dalam mengikuti program ini.

Aku pun lolos tahap pertama, yang aku sebut sebagai tahap administrasi. Lalu ada lagi tahap selanjutnya tapi aku lupa apa dan ngapain, yang jelas aku lolos sampai  ikut boothcamp selama tiga hari yang berlokasi di GSP dari hari jumat sampai minggu. Total peserta yang ikut boothcamp sekitar 120-an dari pendaftar 400-an orang. Acara boothcamp berlangsung dari pagi sampai sore. Di boothcamp ini juga terjadi proses seleksi dengan sistem gugur yang nantinya peserta tersisa akan mengikuti inkubasi 3 bulan. Nah disini juga ada sistem gugur lagi sampai akhirnya peserta nyisa 60-an orang dan aku masih lolos. Aku lupa detilnya selama tiga hari itu ngapain aja. Tapi seingatku, kita nanti dibentuk kelompok dengan cara pembentukan kelompok yang cukup unik dan sedikit ngeselin haha. Satu kelompok berisi 5-6 orang. Setelah kelompok terbentuk kita berdiskusi untuk menentukan ide stratup apa yang akan di usung. Nah disinilah akan terlihat mana orang egois, mana orang tertindas, dan mana orang bijaksana hahah. Jadi sebenarnya setiap peserta sudah punya ide startup-nya masing-masing, tapi disini kita harus mengeluarkan satu suara untuk menentukan satu saja ide startup yang akan kita bangun. Prosesnya anda tau lah bagaimana, orang egois akan selalu ngotot, orang tertindas akan mengalah, dan orang bijaksana akan mencoba menenangkan masing-masing pihak haha. Susah pokoknya agak bikin emosi, dan anda juga tau akhirnya dikelompokku siapalah yang menang "ya orang yang egois itu". Kita (terpaksa) sepakat pakai idenya dia. Sebenernya ide dia cukup bagus, tapi sikapnya itulah yang tidak cukup bagus. Tapi disini aku dan temen-temen lain berusaha menyeimbangkan ide dia biar ide anak-anak lain juga bisa dikombinasikan dengan idenya dia.

Setelah sepakat dengan ide startup esoknya kita brainstroaming buat mematangkan konsep. Di hari itu ada workshop seputar startup dengan pembicara para pendiri startup (waktu itu pembicaranya dari Kibar, Pasienesia, Kerjabilitas, SaleStok, dan Mojok.com) ada game, dan  diskusi kelompok  yang hasilnya akan dipresentasikan esok harinya. Jadilah kita mempersiapkan si presenter (1 orang perwakilan kelompok) dan materi presentasi untuk dipresentasikan didepan juri. Besoknya berjalanlah sesi presentasi dari sekitar kurang lebih 20-an kelompok dari pagi jam 8 sampai jam 3 sore. Ada beberapa kelompok yang disanjung karena ide yang cukup bagus (termasuk kelompokku) dan ada juga yang kurang bagus. Sorenya dari jam 3 sampai sekitar maghrib ada sesi tambahan yang cukup menegangkan, yaitu sesi wawancara. Model wawancara bukan perorangan tapi per kelompok. Sekali wawancara sekitar 4 kelompok jadi ada 20-an orang yang diwawancara dalam satu ruangan. Kita masuk ke sebuah ruangan dengan duduk berjejeran membentuk setengah lingkaran dan ditengahnya adalah pewawancara serta ada beberapa anak-anak panitia acara. Disinilah kita akan di uji oleh pewawancara (3 orang pewawancara). Sesinya cukup menegangkan karena pewawancara ngomongin panjang lebar tentang kehidupan ini ala-ala motivator atau ESQ gitu tapi ini ngomongnya serem sumpah bikin tegang -.-. Di sesi ini pewawancara akan melontarkan pertanyaan, kita peserta (20 orang) disuruh menjawab pertanyaan tersebut dengan cara langsung menjawab secara bebas tanpa harus tunjuk tangan. Disinilah terjadi rebutan mulut buat jawab. Sampe sedikit ricuh, karena lagi-lagi keliatan mana orang egois yang maunya mendominasi untuk ngomong, Sebenernya nggak jawab pun nggak masalah sih nggak akan diomelin juga. Dan sejujurnya orang-orang egois itu sepertinya merekalah yang akan dieliminasi, karena pewawancara sempet beberapa kali kesel dan sedikit ngomelin orang-orang macam ini. Kurang lebih ngomelnya seperti ini "Kamu lagi, kamu lagi. Gantian dong orang lain yang ngomong. Kamu diam! kasih kesempatan yang lain buat ngomong!"

Setelah melontarkan pertanyaan-pertanyaan, tibalah sesi terakhir yang sekaligus dapat menimbulkan perpecahan hubungan :D (ini serius!). Pewawancara akan menanyai leader kelompok, "dari skala satu sampai lima, mana urutan orang-orang dalam kelompok kalian yang paling berkontribusi dan nggak berkontribusi?". Disini sempet tegang banget, ya iya lah ya pasti nggak enak satu sama lain main jujur-jujuran gini -_-. Orang yang ditunjuk sama leader sebagai orang paling nggak berkontribusi dalam kelompok akan ditanyai balik oleh pewawancara, "kamu setuju nggak dibilang paling nggak berkontribusi?" Terjadilah perang dalam kelompok.. hore rameee!! Sebenernya di sesi ini pewawancara ingin melihat kedewasaan kita dalam bertindak, berfikir, dan memecahkan masalah. Sikap kita dalam menanggapi akan dinilai oleh pewawancara "layak atau tidak" untuk mengikuti inkubasi selama tiga bulan. Selepas keluar dari ruangan, keliatan banget pada diem-dieman seribu bahasa nggak ngomong satu sama lain... duh lucu kalo inget hahaha!

Beberapa hari kemudian aku dapet email dari Innovative Academy. Isi emailnya tidak menyebutkan aku lolos atau enggak tapi lebih ke persetujuan dari aku untuk berkomitmen dalam mengikuti masa inkubasi 3 bulan. Disitu juga tertera aturan-aturan serta jadwal yang harus aku lalui selama tiga bulan inkubasi. Inkubasi akan dilakukan setiap akhir pekan sekitar jumat sampai minggu. Jadi nggak akan mengganggu jadwal kuliahmu, tapi cukup mengganggu jadwal jalan-jalanmu XD. Masa inkubasi hanya meloloskan 30 orang saja, artinya separuh dari peserta akan tereliminasi. Selama inkubasi pun akan ada sistem gugur lagi hingga hanya orang-orang tangguhlah yang tersisa. Balik lagi ke persetujuan komitmen, disitu tertulis masa inkubasi adalah bulan Mei-Juli 2016. Dan disitulah aku keinget mau ngurusin nikahan, karena awal Agustus aku bakal merit. Setelah dipikir-pikir nggak bakalan bisa aku ngurus nikahan sembari ikutan program ini. Apalagi weekend adalah waktu terluasa buat balik ke Purwokerto ngurusin nikahan. Ditambah waktu itu posisi aku masih ada kuliah dan banyak tugas. Dengan berat hati aku menyatakan ketidaksetujuan dan otomatis dinyatakan mengundurkan diri hiks :'(. Sejauh ini perjuangan hingga tahap akhir memasuki inkubasi itu luar biasa banget. Meski nggak sampai ke inkubasi tapi cukup memberikan pengalaman yang berkesan. Kabar-kabarnya sih buat orang-orang yang sudah menyatakan persetujuan akan diseleksi lagi buat bener-bener lolos ke tahap inkubasi. Nah buat kalian anak UGM yang punya jiwa-jiwa pengusaha nggak ada salahnya ikutan program ini buat mengukur kemampuan kamu dalam berkompetisi.
Continue reading ((Pengalaman)) Innovative Academy UGM, Mendirikan Start Up Berbasis Permasalahan Sosial

((Review)) Vitacid, Salep Ampuh Pengusir Jerawat



Tiba-tiba aku merasa harus menulis ini buat sharing kepada para pejuang jerawat di luar sana :D. Sebenernya udah banyak sih yang mereview si Vitacid, tapi nggak papa lah aku ikutan nulis buat sekedar kasih gambaran aja dengan hasil kerja dari Vitacid. Mengingat aku udah melanglang buana dalam mengobati jerawat T.T

Awal tau Vitacid nggak sengaja nemuin salah satu blog yang meriview tentang doi. Hasil reviewnya positif. Aku mulai cari review blog-blog lain buat ngeliat gemana hasil pemakaian Vitacid. Kalo nggak salah mungkin aku baca ada sekitar 8-10 blog yang mereview Vitacid dan secara keseluruhan mereka menyatakan Vitacid ini sangat bagus untuk ‘mengusir’ jerawat. Merasa tertarik dan yakin akhirnya malam itu juga aku langsung beli di apotek terdekat. Berdasarkan informasi, Vitacid ini ada tiga macem dosis 0,025%; 0,05%; dan 0,1%. Harusnya kita pakai Vitacid dari yang dosisnya terendah yaitu 0,025% karena banyak yang bilang efek salep ini cukup “keras” di kulit wajah.

Begitu sampai di apotek ternyata adanya Vitacid yang dosis 0,05%. Agak ragu beli waktu itu karena takut berefek nggak baik di kulit. Melihat kebimbanganku, mbak apotekernya langsung tanya “mba sebelumnya pernah pakai cream dokter?”, Kujawab “Iya pernah mba, sekarang juga masih pake”, mbaknya bilang lagi “Kalo gitu mending pake yang dosis ini aja 0,05% karena mba kan udah terbiasa pake cream dokter yang sifatnya keras. Biasanya kalo pake yang dosis 0,025% nggak akan ngefek di kulit mba”. Seketika keraguanku pun hilang, iya juga sih aku pikir.  Mbak apotekernya juga bilang kalo pake tipis-tipis aja di bagian yang berjerawat, kalo nggak kuat sama efeknya bisa dipake selang-seling nggak harus tiap hari, terus kalo tidur sebaiknya dalam kondisi gelap atau pake lampu tidur yang redup banget.  Akhirnya akupun beli Vitacid dengan dosis 0,05% seharga 40.000.

Selepasnya aku penasaran banget sama ini salep sebenernya sekeras apakah efeknya? Karena aku udah sering mengalami ketidakenakan pengobatan jerawat dari yang kulit gatel-gatel, purging, kemerahan, mengelupas, perih, kering dan lain sebagainya. Kalo di keterangan dalam kardus ada keterangan efek samping seperti kemerahan, bengkak, melepuh atau mengeras, iritasi, sensitif terhadap sinar matahari. Bahkan salep ini sangat nggak aman buat busui dan bumil. Oke, sedikit mengerikan memang. Tapi mau gemana lagi aku udah bertekad mau pake dan yaah namanya juga usaha ya siapa tau cocok.

Hari pertama pakai biasa aja, nggak ada efek yang berati. Hari kedua pakai pas bangun tidur ada beberapa jerawat yang nongol sejenis jerawat mateng gitu mungkin sekitar 5-6 jerawat dan ada rasa perih kebakar di beberapa jerawat. Lumayan banyak yah. Hari ketiga sampe ke lima, dari jerawat yang nongol itu ada yang kemudian muncul mata jerawat dan pecah, ada juga yang nggak muncul jerawat tapi mereka lama-lama layu dan kempes sendiri. Dan aku sempet tidur lupa matiin lampu pas pake Vitacid dan itu perih bangett mukanya panas gitu kayak kebakar.

 Hari ke enam dan ketujuh aku berhenti pake Vitacid karena waktu itu pergi ke luar kota dan lupa nggak bawa. Hari ke delapan sampe hari keempat belas. Selama hari-hari itu... benarlah aku mengalami kondisi kulit seperti yang dijelaskan dalam petunjuk. Kulitku berubah jadi kemerahan, mengeras dan agak bengkak, tapi itu cuma dibagian jerawat-jerawatnya aja. Aku juga mengalami gatel-gatel di bagian jerawat dan kadang aku garukin karena saking gatelnya. Di area kulit yang berjerawat juga muncul semacam jerawat kecil-kecil kayak komedo gitu yang lama-lama keluar isinya kayak bulir-bulir wijen gitu. Katanya sih ini purging juga, karena si Vitacid juga mengeluarkan bakal-bakal jerawat di kulit. Cara kerja Vitacid itu menguras cairan jerawat. Kulitmu akan terasa lebih kering dan lebih banyak jerawat mateng dan bibit-bibit jerawat yang muncul. Tapi disamping purging yang luar biasa ini, di bagian kulit wajah yang lain juga ada yang mulai mengalami perbaikan. Bagian kulit pipi kanan kiri dekat hidung, dagu, dan di bagian jidat. Padahal sebelumnya sering banget nongol jerawat apalagi kalo mau mens tapi sejak pakai Vitacid kulit di bagian tersebut nggak pernah muncul jerawat lagi serta bekasnya lambat laun memudar. Tentunya di bagian kulit tersebut juga sempat mengalami purging ya, tapi purgingnya nggak parah dan lebih cepet sembuh dibanding bagian kulit lainnya.

Aku mulai mengalami purging tidak mengenakan ini sejak pemakaian hari ke delapan sampe ke empat belas. Selama pemakaian Vitacid juga lebih baik menghindari terkena sinar matahari langsung, dan kalo bisa kemana-mana pake masker wajah sama sunblok biar gak kebakar kulitnya. Tapi entah kenapa aku ngerasanya biasa aja, karena mungkin udah kebal dengan efek produk yang semacam ini.
Buat sebagaian orang yang nggak terbiasa mungkin akan ngerasa nggak kuat dengan efeknya. Kamu bisa menghentikan pemakaian Vitacid selama beberapa hari buat menetralisir kulitmu, setelah di rasa siap kamu bisa mulai pakai lagi. Buat yang nggak masalah dengan efeknya, sesekali kamu harus mengistirahatkan kulitmu selama satu atau dua malam tanpa Vitacid. Kasian banget soalnya kulit kita kena obat keras terus T.T

Pemakaian Vitacid di minggu ketiga aku barengi dengan minum Jovem Gluberry. Ceritanya kakak sepupu aku member gitu, terus liat aku jerawatan ditawarin produk ini. Nggak ada salahnya mencoba, terus aku seminggu minum jovem. Efeknya justru jerwatku makin banyak yang mateng dan nggak sembuh-sembuh. Usut punya usut ternyata Jovem bersifat mendetoksifikasi kulit dan mengeluarkan semua bakteri penyebab jerawat. Efeknya bakal banyak jerawat yang keluar sejenis purging. Mirip gitu efeknya sama si Vitacid, tapi Jovem lebih menyembuhkan dari dalam tubuh. Dan ternyataa juga.... si Jovem ini nggak bisa dibarengi dengan perawatan kimiawi seperti krim dokter dan krim atau obat-obatan lainnya. Oh ya pantesan aku minum Jovem sama pake Larissa + Vitacid malahan nggak sembuh-sembuh. Jadi jerawat mateng terus bermunculanlah di wajahku. Akhirnya aku putuskan untuk menghentikan minum Jovem dan memilih pakai vitacidnya, sisa Jovem yang tinggal dikit aku kasihkan buat diminum suamiku. Kondisi kulit setidaknya berangsur-angsur lebih membaik.
 
Sekarang pemakaian Vitacid udah memasuki 6 minggu.  Ini dia hasilnya, jerawat di jidat dan dagu hilang dan bekasnya berangsur memudar. Masih ada jerawat mateng di pipi kanan dan kiri. Tapi Cuma dibagian itu-itu aja. Kalo aku pikir mungkin memang dibagian kulitku itu (yang ada jerawat matengnya) memang udah terinfeksi bakteri jerawat dengan sangat parahnya, jadi penyembuhanya pun cukup memakan waktu lama. Jadi gini siklusnya... dibagian kulit yang ada jerawat matengnya berkali-kali jerawat itu muncul-mateng-pecah-kempes..... dan balik lagi ke siklus semula muncul-mateng-pecah-kempes. Siklus ini berlangsung sampe mungkin 4-5x. Itu Cuma dibagian kulit yang sama. Agak capek dan pegel sih karena meninggalkan bekas yang “lumayan” tidak enak dipandang mata T.T. Nah dibagian kulit yang lain ada yang udah anteng, nggak nongol lagi jerawatnya tinggal bekas-bekasnya aja (masih lumayan banyak bekas jerawat di pipi, tapi ada yg udah memudar). Dibagian bekas jerawat itu tetep aku olesin vitacid buat menghilangkan bekas jerawat. Beberapa kali sempet muncul jerawat kecil-kecil banget yang mateng tapi kemudian hilang sendiri dengan cepat. Kadang juga masih nongol jerawat kecil yang isinya kayak wijen gitu. Kulit muka dibagian bekas jerawat agak memerah bengkak, dan kadang merah banget. Saranku sih berdasarkan baca-baca review buat meredakanya bisa pakai lotion jerawat yang water based dan noncomedogenic atau pake sejenis blemish gel gitu. Kalo aku sementara meredakan kemerahan dan bengkak pake es batu, karena belum sempet beli acne lotion/gel-nya. Penilaianku vitacid ini cukup bagus, meskipun di aku prosesnya lumayan lama karena kondisi kulit orang kan berbeda-beda. Menurutku pemakaian vitacid ini sebaiknya dibarengi dengan pola hidup sehat, penting banget jangan begadang!, pola makan yg sehat juga perawatan kulit dan penggunaan produk lain yang bisa mendukung perbaikan dan pemulihan kulitmu.

Updated September 2017
Semenjak beli vitacid aku rutin pakai hampir setiap hari selama 6 bulan. Hasilnya bagus di kulit, kulit wajah sempet bersih banget nggak ada jerawat yg parah.. ada jerawat kecil tapi nggak parah. Bekas jerawatnya masih ada.. bopeng-bopeng gitu tapi nggak parah.. nggak keliatan banget juga soalnya aku barengin pake skin care buat ngilangin bekas jerawat. Setelah pemakaian yg panjang, aku sempet mengistirahatkan kulitku 1-2 bulan lebih karena pemakaian produk ini jangka panjang kan juga nggak baik. Apalagi waktu itu kan kondisi kulitku udah membaik. Tapi sayangnya karena aku punya jerawat hormonal (jerawat yg nongol kalo mens) jadi jerawatku mulai nongol lagi. Waktu itu aku cuekin sih, tapi akhirnya setelah beberapa bulan vakum aku balik pake vitacid lagi. Mungkin buat orang-orang yg nggak punya jerawat hormonal, pake ini bisa cukup ampuh menyembuhkan. Tapi buat yg punya jerawat hormonal kayak aku mungkin harus diobatin sampai tuntas. Dan harus cari cara pemakaian yg tepat biar jerawat nggak muncul parah lagi.

Sekarang ada produk sejenis yg lagi hits banget namanya oxy by Rotho katanya ampuh banget buat jerawat. Pernah tergoda buat cobain si, tapi nggak jadi karena selama aku cocok pake vitacid ngapain harus tergoda produk lain yg sejenis? Apalagi oxy harganya cukup mahal dan fungsinya sama aja kayak vitacid. Belum lagi aku juga pake produknya acnes yg notabene itu se-pabrik sama oxy. Jadi kalo ada produk yg cocok dan lebih low buget yaa kenapa enggak pilih yg lebih murah 😃

Baca juga:
Review my daily skin care routine for acne
Review acne pressed powder erha
Review la tulipe acne lotion
Review the body shop tea tree series
Review nature republic aloe vera gel
Continue reading ((Review)) Vitacid, Salep Ampuh Pengusir Jerawat

Monday 28 November 2016

((Review)) Acne Treatment di Larissa Aesthetic Centre

Berhenti dari Erha, aku beralih ke Larissa buat mengobati jerawat di kulitku. Sebenernya bisa dibilang downgrade yah dari Erha ke Larissa :D. Ini pun berdasarkan hasil cari-cari informasi lewat review para blogger dan tanya temen-temen juga yang pernah perawatan disana. Kalo berdasarkan hasil review blogger bisa dibilang efek dari perawatan acne di Larissa cukup beragam ya hasilnya ke tiap-tiap orang. Tapi kalo perawatan temen-temenku cukup memberikan hasil yang bagus bahkan kulitnya kembali mulus lagi kayak nggak pernah jerawatan. Akhirnya aku memantapkan diri buat ke Larissa.

Pertama kali perawatan aku  dateng ke Larissa Purwokerto, ambil nomer antrian untuk konsul sama dokter. Ditanyai riwayat pengobatan, di periksa kulitnya sama dikasih saran produk. Dokternya cukup ramah dan yang penting nggak maksa suruh treatment ini itu atau harus beli produk ini itu. Aku dibebasin boleh beli semua produk yang di rekomendasikan atau nggak harus semuanya juga nggak masalah. Dokternya sempet nawarin facial, tapi kalo mau nunggu jerawatku mendingan dulu juga nggak masalah. Karena waktu itu jerawatku lagi nongol banyak-banyaknya.  Aku inget banget dulu di Erha, dokternya bahkan nggak pernah menyarankan facial buat kondisi kulit berjerawat. Facial itu cuma buat kulit normal, karena jika kulit sedang berjerawat justru memperparah kondisi kulit. Treatment yang disarankan oleh dokternya Erha adalah acne peeling, sama home peeling (sejenis beli cream peeling Erha buat peeling sendiri di rumah). Peeling yang dimaksud bukan melakukan penggosokan kulit ya. Tapi mengoleskan sejenis cairan atau cream yang fungsinya untuk mengempeskan jerawat dan meregenerasi sel-sel kulit mati. Dan proses peeling ini nggak digosok sama sekali.

Produk yang aku ambil terdiri dari  krim jerawat pagi dan malam, facial foam, milk cleanser, toner, dan acne lotion, total semua produk adalah 189.000, free konsul dokter. Sempet kaget sih karena murah banget, iya lah ya secara di Erha biasa ngeluarin duit 500.000 sekali kontrol -_-. Awal mulai pemakaian Larissa sekitar tanggal 9 Agustus 2016 dan sekarang (28 November) udah berselang kurang lebih selama 4 bulan pemakaian produk. Bisa dibilang produk-produknya awet banget. Milk cleanser, toner, facial foam dan acne lotion ku aja sampai sekarang udah 4 bulan pemakaian masih (facial foam baru banget abis kemaren). Padahal hampir setiap hari aku pakai, kecuali acne lotion kalo pas jerawatnya gede-gede doank. Selama empat bulan itu krim pagi dan krim malam baru pernah beli dua kali. Awet dan ngirit banget lah pokoknya.

Untuk cara penggunaan produknya standar sih ya. Krim pagi dan malam dipakai setiap pagi dan malam (mulai dari jam 6 sore) setelah membersihkan muka dengan facial foam. Krim pagi  mengandung spf 15 yang berfungsi melindungi kulit dari paparan sinar matahari. Untuk krim malam dipakai tipis-tipis (sedikit aja) dan hanya 2 jam pemakaian, pemakaian melebihi 2 jam apalagi dibiarkan semalaman itu nggak dianjurkan. Kata dokternya sih bahaya, karena krim malam sifatnya lebih keras dan bikin kulit kusem kalo dibiarkan terlalu lama. Milk cleanser dan toner untuk membersihkan muka dari debu-debu dan sisa make up. Acne lotion digunakan untuk mengempeskan dan mengeringkan jerawat yang membengkak/parah. Oya, untuk krim malam sebaiknya disimpan di kulkas. Atau kalo nggak disimpan di tempat yang kering, dingin, rapat. Dulu pas awal-awal aku nyimpen krim malem nggak bener, sering keluar masuk kulkas (disimpen di kulkas tapi sering lupa masukin lagi kalo habis pakai), kadang dibawa pergi-pergi kepanasan di tas, nutupnya nggak rapet dan berbagai keteledoran lainnya. Hasilnya, krim malem masih banyak banget tapi warnanya udah berubah jadi kuning. Serem liat warnanya berubah gitu, akhirnya aku buang dan beli krim malem yang baru. Sejak saat itu aku jadi lebih berhati-hati buat nyimpen krim malem.

Selama perawatan empat bulan di Larissa, aku udah tiga kali konsul dokter. Dua kali di Purwokerto, sekali di Jogja cabang mall Galeria. Dan dokter yang di Jogja itu ya ngeselin, nggak ramah sama sekali dan nggak begitu nanggepin keluhanku. Selama empat bulan itu pula aku nggak pernah ganti jenis krim. Krimnya masih sama kayak awal Agustus aku kontrol di Larissa. Beda ya kalo sama di Erha dulu, dalam 7 bulan perawatan udah beberapa kali ganti jenis krim muka baik pagi ataupun malam. Tergantung dari kondisi dan perkembangan kulitku juga buat menentukan krim apa yang cocok buatku. Sebenernya nggak tau juga sih di Larissa itu ada berapa jenis krim yang dipakai buat mengatasi jerawat. Kalo kata temenku mereka punya sekitar 2 atau 3 jenis krim gitu. Tapi entahlah karena dari awal aku nggak pernah ganti krim.

Ini dia hasilnya 4 bulan perawatan di Larissa: nggak menunjukkan perubahan apapun kecuali kulit lebih kering di bagian tertentu. Bahkan jerawatku sama sekali nggak berkurang, bekas-bekasnya masih banyak (nggak memudar sama sekali), jerawat batu masih ada, waktu menstruasi juga sering nongol jerawat. Yaa.. mungkin aku kurang cocok ya sama si Larissa ini. Aku sempet sekali facial di Larissa, ini pun nggak disengaja. Aku nggak tau kalo ternyata di Larissa itu semua treatmentnya udah termasuk facial. Maksudku, aku mau treatment yang tanpa facial sebenernya sejenis acne peeling kalo di Erha. Aku ambil perawatan acne control kalo nggak salah atau apa ya namanya lupa, harganya sekitar 200 ribu gitu. Pas lagi treatment aku bilang ke mbak-mbaknya kalo nggak mau dipencetin jerawatnya karena kulitku sensitif banget. Kata mbaknya, iya gak pa-pa mba nanti bilang aja ke mbak yang bagian mencet2in (karena beda tugas beda orang gitu).  Tibalah saat pemencetan itu, aku menolak gak mau dipencetin tapi mbaknya bilang “tapi ini komedonya banyak banget loh mba.. atau mau dipencet komedonya aja, jerawatnya enggak?” meski agak ragu akhirnya akupun mengiyakan.

Setelah perawatan kulitku bengep kurang lebih selama 2 hari. Selama itu hampir 5 kali dalam sehari aku ngompres es batu ke muka buat ngilangin bengepnya. Alhamdulilah hari ketiga wajah udah kembali normal. Tapi efek setelah facial ini loh yang ngeselin. Wajah emang keliatan lebih bersih, tapi habis itu wajah aku muncul bruntusan dan jerawat kecil-kecil di jidat. Dibagian pipi kiri dan kanan juga muncul jerawat kecil-kecil yang jumlahnya lumayan banyak. Bahkan sampai sekarangpun masih. Intinya aku nggak cocok sama perawatan yang namanya facial. Pengennya peeling, tapi sayangnya di Larissa nggak ada treatment peeling hampir keseluruhan adalah facial.

Emang sih yang namanya ngobatin jerawat tuh nggak instan, butuh proses yang lama. Tapiii tetep aja ini udah bulan ke-4 dan nggak menunjukkan perubahan yang berarti di kulit. Sempet berfikir untuk balik lagi ke Erha (tapi mahal L) atau pindah perawatan kulit ke skin care lain (tapi masih bingung mau pakai apa L). Belum lagi capek banget harus memulai dari awal. Ditambah krim muka masih banyak, jadi sayang mau dihentikan pemakaiannya. Sampai sekarang aku masih bertahan pakai Larissa sambil ngehabisin semua produknya. Rencananya kalau milk clenser dan toner habis, aku nggak akan repurchase (mau balik lagi pakai viva milk cleanser + toner yang greentea). Facial foam juga baru banget kemaren habis dan aku nggak beli lagi. Aku malah beli facial foam nya Erha yang ACSBP soalnya aku ngerasa lebih cocok pake itu. Nah kalau krim-krimnya habis belum tau sih mau beralih ke produk apa. Belakangan selain pakai Larisa udah setengah bulan aku barengi dengan pemakaian Vitacid (sejenis salep jerawat gitu) aku memutuskan pakai Vitacid setelah lihat reviewnya yang positif.


Jadi pakai Larissa tetep jalan, malamnya setelah pake krim malam Larissa selama 2 jam , aku lanjut pakai Vitacid sebelum tidur dan aku biarkan sampai pagi. Next akan aku posting juga tentang hasil dari pemakaian Vitacidnya. Kalo ternyata Vitacid ini cocok dan bisa nyembuhin jerawatku, aku nggak akan lanjut pakai produk-produknya Larissa. Jadi kesimpulannya, Larissa ini nggak begitu ngefek di kulit aku dan aku pun nggak begitu cocok dengan jenis treatmentnya Larissa yang sebagian besar adalah facial. Secara kulit aku yang sensitif ini nggak cocok dengan treatment facial. Nggak cocok di aku, bukan berarti nggak cocok di kalian ya. Karena banyak juga temen-temenku yang cocok pakai Larissa ini.
Continue reading ((Review)) Acne Treatment di Larissa Aesthetic Centre

Sunday 27 November 2016

Beberapa Hal Ini Harus Kamu Pikirkan Sebelum Kuliah S2

Siapapun kamu yang punya mimpi, rencana, atau disuruh orang tua (mungkin) untuk lanjut S2 pasti perlu mempertimbangkan pendidikan yang satu ini dari berbagai aspek. Nah buat yang baru akan memulai pastinya masih banyak kebingungan yang dirasakan mulai dari pemilihan universitas, syarat masuk, maupun biaya pendidikan. Yah wajar sih, dulu pun aku mengalami. Makanya harus banyak-banyak cari informasi sebelum akhirnya memutuskan melanjutkan kuliah S2. Tulisan ini sengaja  aku bikin buat membantu kalian yang sedang mencari-cari informasi tentang kuliah S2. Tapi tulisan ini lebih kepada ‘making decision’, proses yang harus kamu lalui dan pikirkan sebelum akhirnya kamu memutuskan untuk kuliah S2.

1. Apa tujuanmu kuliah S2?

Ini adalah pertanyaan dasar banget yang harus ditanyakan pada diri sendiri. Berdasarkan pengalamanku selama kuliah S2, aku melihat banyak sekali alasan yang melatarbelakangi teman-temanku buat ambil S2. Dari mulai alasan yang masuk akal, sampai yang sedikit sedikit aneh juga aku rasa ada. Jangan sampai kamu terjebak kuliah S2 untuk alasan yang nggak rasional atau mungkin hanya karena keinginan sesaat. Ini dia beberapa alasan dari teman-temanku mengapa mereka lanjut kuliah S2 sebagai gambaran: karena belum dapet kerjaan yang cocok, iseng-iseng daftar eh keterima, nganggur terlalu lama daripada nggak ngapa-ngapain  mending S2 aja, resign dari kerjaan sambil nunggu pekerjaan yang baru, tugas belajar dari kantor (kalo yang ini kebanyakan PNS), mau ngajar  atau jadi dosen, ingin kerja di kementrian, bisa dapet posisi/jabatan yang lebih baik jika bekerja nanti, ingin menuntut ilmu lebih banyak (bercita-cita bisa S2), disuruh orang tua, dan lain-lain. Kalian termasuk yang manakah???

Beberapa temen-temenku yang kuliah S2 karena alasan pekerjaan, sempat ikut jobfair beberapa kali/sambil nyari-nyari kerjaan selama kuliah, ikut interview sana-sini. Beberapa diantaranya ada yang cuma buat iseng-isengan daftar (mengukur kemampuan), ada yang kepincut dengan kerjaan terus kuliah akhirnya ditinggalkan begitu saja, ada juga yang akhirnya merasa ‘sayang’ meninggalkan S2 untuk pekerjaan dan harus menyelesaikan S2 dulu.

Aku sih mengapresiasi baik buat temen-temen yang meskipun tadinya kuliah cuma buat nunggu kerjaan tapi akhirnya bertanggung jawab  menyelesaikan kuliahnya. Sekarang, bayangkan jika kamu hanya kuliah S2 karena sambil nunggu kerjaan atau iseng-iseng aja. Ketika kamu dapet pekerjaan yang cocok, kamu ninggalin kuliahmu. Pikirkan uang SPP, biaya buku, kos, dan biaya hidup yang  telah kamu keluarkan bakal terbuang percuma. Kenapa aku bilang percuma, ya karena kamu kuliah cuma sebentar, mengeluarkan banyak uang, ilmu yang didapet cuma setengah-setengah dan gelar master pun nggak di dapat. Beda lagi yang karena iseng-iseng daftar. Apakah nggak memikirkan bahwa kuliah S2 membutuhkan dana yang besar, dan jika tidak direncanakan dengan baik akan membuat keuangan menjadi kacau(mungkin agak lebay, tapi ini bener kok). So, think smart guys!

2. Siapa yang Mendanai Kuliah S2?

Pertanyaan soal duit emang agak sensitif ya, hehe. Coba pikirkan dari mana datangnya duit buat kuliah S2? Apa itu dari orang tuamu, duitmu sendiri, ataukah beasiswa. Kebanyakan orang tua yang menyuruh anaknya lanjut S2 aku yakin mereka udah punya perencanaan keuangan yang matang. Kalo orang tuamu termasuk tipe ini bersyukurlah kamu nggak usah pusing-pusing. Berarti anggaran untuk kamu kuliah S2 udah disediakan. Beda lagi kalau pake duitmu sendiri, kamu harus punya perhitungan yang matang apakah uangmu ini bakal cukup mengcover biaya pendidikanmu sampe kamu wisuda. Membuat perhitungan anggaran juga harus memperkirakan biaya tidak terduga loh. Karena faktanya, akan banyak ‘uang-uang’ yang keluar dikarenakan biaya tidak terduga itu. Biasanya yang membiayai kuliahnya sendiri itu orang-orang yang tadinya kerja dan mereka punya tabungan yang cukup dan akhirnya dipakai buat kuliah S2. Atau mungkin kalo mau sedikit berkhayal kamu habis dapet warisan dari orang kaya tak dikenal, dan kamu memutuskan buat S2 daripada duitnya bingung mau dipakai untuk apa :D *abaikan*

Lain halnya soal beasiswa, jika kamu berniat ‘kuliah gratis’ dengan beasiswa seriuslah dalam mencari beasiswa. Karena pengalamanku buat mendapatkan beasiswa itu nggak gampang ya, butuh perjuangan dan pengorbanan T.T. Kalo saranku lebih baik dipastikan dulu bahwa kamu sudah mendapatkan beasiswa tersebut sebelum kamu kuliah, dibandingkan kamu baru mencari beasiswa ketika perkuliahaan sudah berjalan.

3. Tentukan Mau Kuliah dimana?

Penentuan ini mencakup akan kuliah di Universitas mana dan kota mana. Setiap orang pasti punya imipian mau kuliah dimana. Tapi penentuan universitas juga menentukan dimana kota yang akhirnya kamu tinggali. Seperti misalnya Unpad di Bandung, UGM di Jogja, UI di Jakarta, Unbra di Surabaya, Undip di Semarang dan lain sebagainya. Menentukan tempat kuliah juga bakal berpengaruh terhadap biaya hidup yang akan kamu keluarkan selama kuliah, apalagi buat yang merantau. Masing-masing kota punya biaya hidup yang berbeda-beda. Jangan samakan kuliah di Jogja dengan di Bandung. Mungkin buat para perantau duit sejuta cukup buat hidup sebulan di Jogja, tapi nggak  cukup buat hidup sebulan di Bandung. Soal ini juga harus diukur dengan kemampuan finansial kamu.

Selain masalah biaya hidup, kamu perlu tahu bagaimana dinamika kehidupan di kota yang akan kamu tinggali. Seperti misalnya kondisi lalu lintas di kota tersebut, ada lokasi rawan kejahatan ditempat tertentu, karakter maasyarakatnya bagaimana, tipe masakan mereka seperti apa. Contoh nih kaya aku yang lagi kuliah di Jogja. Jogja itu tergolong kota yang selalu ramai karena memang jadi tujuan wisata. Terkadang lalu lintas macet di beberapa waktu tertentu dan lokasi tertentu.  Mungkin buat yang di kota asalnya nggak seramai kaya di Jogja bakalan kaget dengan lalu lintasnya karena emang rame banget dan kamu harus terbiasa dengan kondisi lalu lintas di kota tempatmu kuliah.

Terus soal masakan nih, masakan orang jogja menurutku manis-manis bahkan sambel pun kadang ikut manis nggak berasa pedes :D. Kalo soal rasa masakan nggak jauh beda sih sama kota asalku, tapi memang di Jogja jauh lebih manis. Dan disini susah banget nemu mendoan khas banyumas, adanya pasti tempe kering dan mereka menyebut itu sebagai ‘mendoan’ -.-, nyari gado-gado sama pecel yang enak juga agak susah. Kalo di Purwokerto banyak banget penjual makanan ini yang enak-enak. Belum lagi aku juga kaget sama soto Jogja yang beningan kaya sop gitu khas soto Semarang. Sedangkan kalo di Purwokerto soto nya pake kuah kaldu, bumbu kacang, dan pake ketupat bukan nasi kaya soto Jogja. Sejauh ini aku bisa menyesuaikan soal rasa masakan, tapi ada juga nih temenku yang orang Aceh nggak begitu suka sama masakan Jawa yang manis-manis. Mereka biasanya masak sendiri, atau sekarang juga udah banyak rumah makan Aceh yang berdiri di Jogja. Kata mereka sih rasanya mirip sama masakan asli disana. So, kalo kamu nggak cocok dengan rasa masakan di tempat kuliah kamu, sekarang udah banyak tersedia rumah makan dari berbagai nusantara. Jadi nggak perlu khawatir ya!  

4. Buatlah target sedini mungkin

Nggak ada salahnya meskipun kamu belum mulai kuliah S2 kamu mulai memikirkan beberapa target seperti jangka waktu kuliah (target lulus kapan) dan rencana topik tesis. Kuliah S2 itu sebentar banget ya, kayaknya baru kemaren masuk eh sekarang udah mau kelar aja. Materi kuliah akan disampaikan pada dua semester awal, di semester ketiga akan lebih fokus pada tesis atau penelitianmu. Ada juga di beberapa jurusan yang sejak semester dua sudah mulai berfokus pada tesis. Jika kamu tidak memiliki target atau perencanaan ‘kapan lulus’ bisa jadi kuliahmu akan mulur-mulur nambah beberapa semester lagi. Dan memang sebaiknya tesis itu sudah mulai dipikirkan sejak sebelum masuk kuliah S2. Tujuannya biar nanti kamu nggak bingung ketika tiba waktunya harus menulis tesis.  Ada juga beberapa kejadian temen-temenku yang bolak balik ganti topik tesis karena galau dan bingung mau neliti apa. Alangkah baiknya kamu sendiri harus tahu bidang apa yang menjadi minatmu dan kamu memiliki passion untuk menelitinya kelak.

Dosen-dosen S2 itu sangat terbuka. Jika dari semester awal kamu sudah memiliki topik tesis, kamu bisa konsultasikan hal ini dengan dosen-dosenmu. Ajak mereka sharing, ngobrol santai ataupun diskusi. Boleh dengan dosen yang akrab denganmu, ataupun dosen yang bergelut dengan bidang yang sesuai dengan topik tesismu. Mereka akan dengan senang hati memberikan arahan dan masukan dari apa yang kamu kemukakan. Dosen juga akan mengapresiasi dan membantu mahasiswanya yang punya semangat buat lulus cepet dan memikirkan tesisnya sejak awal masuk kuliah.

5. Buang jauh-jauh pikiran ini

Beberapa orang menganggap bahwa memiliki tingkat pendidikan yang tinggi adalah suatu prestige tersendiri. Tapi semakin tinggi pendidikan seseorang seharusnya membuat orang tersebut makin rendah hati. Memutuskan untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi memang akan banyak merubah dirimu. Terutama tentang caramu memandang ‘dunia’, melihat permasalahan, menganalisis, dan memecahkannya. Kamu akan jauh lebih banyak tahu dibandingkan orang lain yang tidak mengenyam pendidikan setinggi kamu. Wawasanmu akan lebih luas, cara berfikirmu akan berbeda ketika menanggapi suatu hal/peristiwa tertentu. Kamu akan berpikir bahwa ‘oh, ternyata selama ini aku nggak tahu apa-apa toh’ yaa pernyataan mirip-mirip begitulah.

Karena benefit itulah kadang beberapa orang justru merasa sombong. Buang jauh-jauh pikiran bahwa kuliah S2 hanya untuk terlihat wah, keren, hebat ataupun pintar.  Karena hal-hal tersebut tidak akan berguna sama sekali.  Kuliah S2 itu butuh perjuangan baik tenaga, waktu, dan pikiran. Banyak orang yang akhirnya menyerah dan tidak menyelesaikan kuliah S2 ini karena kurangnya tekad. Kalo di pikir-pikir memang kuliah S2 itu kadang melelahkan dan ingin segera mengakhiri saja :D. Harus diingat pencapaian yang baik tidak akan pernah terwujud tanpa perjuangan yang keras dan sungguh-sungguh.  Tetaplah membumi, jadikan kelebihan yang kamu miliki sebagai ‘solusi’ bagi orang-orang disekelilingmu.


Bagaimana, sudah merasa mantap untuk kuliah S2?
Continue reading Beberapa Hal Ini Harus Kamu Pikirkan Sebelum Kuliah S2

Friday 21 October 2016

Meraup Keuntungan sembari Kuliah melalui Usaha Laundry Kiloan

ralali


Pasti banyak mahasiswa yang mengalami dilematis pengin cari uang saku tambahan sembari kuliah. Pilihannya antara kerja part time atau berwirausaha. Untuk memutuskan tentunya wajib dipikirkan secara matang. Kalau kerja part time harus pinter-pinter manajemen waktu biar kuliah nggak keteteran ataupun terbengkalai. Sedangkan jika pilih berwirausaha kadang seringkali bingung mau buka usaha apa ya kira-kira yang cocok buat mahasiswa? Nah buat kalian mahasiswa yang sedang mengalami kebingungan ini.. tenaaanggg kali ini aku mau sharing pengalaman berwirausahaku ketika kuliah. Ini real story ya, siapa tau bisa menginspirasi kamu untuk mengikuti jejak cari duit sambil kuliah. 

Aku pun sempat mengalami bingung antara kerja part time atau berwirausaha. Dan akhirnya keduanya pun aku coba. Awal kuliah aku nyoba kerja part time dan hanya bertahan 2-3 bulan karena susahnya mengatur jam kerja dengan waktu kuliah. Setelah merasa kurang cocok dengan kerja part time, melalui pertimbangan yang matang akupun memutuskan untuk membuka usaha.

Usaha yang aku rintis pada saat itu adalah usaha jasa laundry kiloan! Kenapa aku memilih usaha jasa laundry? Pertama, aku terinspirasi dengan usaha laundry yang ada di depan rumahku dan kebetulan aku dekat dengan sang pemilik. Awalnya cuma iseng main aja kalau lagi gabut. Lama-lama tertarik buat tanya-tanya tentang usaha laundry karena melihat laundry-an yang selalu rame. Nah mulailah aku bertanya soal usaha laundry dari manajemen usaha, pemasaran hingga perhitungan keuntungannya. Sampai akhirnya aku tertarik buat buka usaha serupa dengan lokasi yang berbeda. Bahkan ketika aku menyatakan niatku untuk buka usaha jasa laundry kiloan, si pemilik laundry sangat mendukung dan bersedia untuk membagikan ilmunya. Alasan kedua adalah aku bisa menjalankan usaha ini sembari kuliah. Di sela-sela waktu kuliah aku bisa sepenuhnya mengatur dan mengurus usaha. Singkat cerita aku melakukan perencanaan sekaligus persiapan dibantu oleh pemilik laundry depan rumah. Beberapa hal ini penting untuk kamu perhatikan ketika membuka usaha laundry :

1. Menentukan anggaran untuk modal usaha
Anggaran untuk modal usaha haruslah dipikirkan dari mana sumber dananya. Apakah dari uang tabungan sendiri, pinjaman dari orang lain atau berhutang ke bank. Jika uang tersebut diperoleh dari pinjaman perlu dipikirkan bagaimana cara menyicilnya setiap bulan. Juga melakukan perkiraan perhitungan berapa lama kisaran waktu untuk balik modalnya.

2. Menentukan konsep dan segmentasi
Penting untuk menentukan konsep usaha laundry seperti apakah yang akan kamu jalankan. Apakah hanya duduk manis menunggu pelanggan, aktif melakukan jemput bola atau mungkin mengadakan promo-promo menarik untuk meraih pelanggan. Selain itu segmentasi juga ditujukan untuk menentukan sasaran siapakah pelanggan laundrymu. Apakah untuk kalangnan pelajar mahasiswa, ekonomi menengah kebawah, atau kelas ekonomi menengah keatas. Hal ini juga berpengaruh dengan penentuan tarif jasa laundry.

3. Menentukan lokasi laundry
Jika kamu memiliki lahan di tengah kota atau di tempat-tempat strategis hal ini dapat menguntungkan karena kamu tidak perlu memikirkan biaya sewa. Tapi jika tidak memiliki lahan, salah satu solusinya adalah menyewa tempat. Untuk menyewa tempat pun tidak bisa sembarangan. Kamu harus memperhitungkan akses lokasi, biaya sewa, ukuran tempat (memungkinkan atau tidak untuk dijadikan tempat laundry, seperti adanya saluran air, pembuangan, serta tempat untuk menjemur pakaian). Seandainya kamu ingin lebih praktis dan efisien dari segi biaya, kamu juga bisa membuka jasa laundry online. Jadi kamu tidak perlu menyewa tempat, tempat mencuci dan operasional bisa dilakukan dirumahmu atau dikosanmu (jika memungkinkan). Kamu bisa membuka jasa laundry online via social media seperti Instagram ataupun Facebook. Jangan lupa harus gencar melakukan promosi dan menyiapkan kurir untuk antar-jemput.

4. Menentukan harga jasa laundry
Penentuan harga merupakan hal yang penting dan tidak dilakukan dengan asal. Karena kita juga harus mengukur besarnya laba atau kemungkinan kerugian, biaya operasional, gaji karyawan (jika kamu mempekerjakan karyawan) dan perhitungan balik modal. Harga jasa laundry juga ditentukan berdasarkan segmentasi pasar yang akan kamu tuju.

5. Survey harga bahan baku dan peralatan laundry
Kalau yang satu ini kamu harus banyak-banyak survey ke tempat-tempat laundry atau menanyakan pada ahlinya tentang alat dan bahan baku apa saja yang dibutuhkan. Berdasarkan pengalamanku, alat yang dibutuhkan mencakup mesin cuci, meja setrika, setrika, alat pengering pakaian (kondisional) hanger pakaian, jemuran, ember, keranjang pakaian, plastik laundry, timbangan, lemari untuk memajang pakaian laundry. Untuk bahan habis pakai mencakup detergen, pelembut pakaian, dan pewangi pakaian. Jika usaha laundry-mu masih berada dalam tahap merintis, beli lah alat-alat laundry mulai dari yang sederhana. Mesin cuci cukup satu, nanti bisa ditambah seiring dengan semakin majunya usahamu. Alat pengering pakaian mungkin belum butuh, kamu bisa memanfaatkan sinar matahari di siang hari untuk mengeringkan pakaian.  

Bahan habis pakai untuk laundry ini khusus ya berbeda dengan produk-produk yang ada di pasaran. Biasanya dijual secara kiloan dan partai besar dengan harga khusus serta wanginya juga berbeda dengan produk-produk yang ada dipasaran. Untuk jenis detergent bubuk biasanya ada yang nggak berbau, sedangkan yang jenis detergent cair biasanya berbau wangi dan jenisnya macem-macem ada yang sudah sekaligus dengan pelembut ada yang belum. Nah untuk pewangi pakaian ini juga wanginya beragam kayak parfum-parfum untuk badan. Wanginya juga lebih awet. Buat bahan habis pakai kamu bisa beli di suplier-suplier yang menyediakan bahan baku laundry. Dan kamu bisa melakukan survey terlebih dahulu untuk membandingkan harga dan kualitasnya. Karena beda suplier beda pula harga dan kualitasnya. Tapi saranku kalau kamu males repot nih, bisa juga belanja bahan baku di www.ralali.com. Apa sih Ralali.com itu? Ralali adalah platform marketplace Business to Business (B2B) terbesar di Indonesia yang mempertemukan penjual dan pembeli untuk bertransaksi online secara grosir. Bisa dibilang kalo Ralali ini adalah rajanya platform suplier. Jadi kamu nggak perlu bingung-bingung lagi buat kulakan bahan baku dimana. Nggak ada cerita kamu panasan muter-muter sana sini buat survey bahan baku. Karena di Ralali kamu bisa langsung membandingkan harga dari suplier yang berbeda-beda.

Di Ralali.com nggak cuma menyediakan bahan baku untuk usaha laundry tapi ada juga makanan, alat-alat salon, furniture dan lain sebagainya. Jadi kalau kamu berminat untuk membuka usaha jenis lain, bisa banget buat kulakan disini! Setelah aku cek juga, ternyata harganya terjangkau banget... bahkan bisa dibilang lebih terjangkau dari harga suplier laundry yang aku pakai. Kelebihan lain kalau belanja kebutuhan di Ralali.com adalah belanjanya nggak ribet, tinggal klik, transfer dan barang diantar.

6. Mencari karyawan
Ini sebenernya opsional sih, kamu mau mempekerjakan karyawan atau mau kamu tangani sendiri usahamu. Tapi menurutku biar nggak repot carilah karyawan untuk mengurus operasional laundry-mu. Kamu bisa fokus ke pemasaran dan pengembangan usaha. Kalau bisa, carilah karyawan yang telah memiliki pengalaman bekerja di laundry. Setidaknya hal ini akan memudahkanmu dalam mengajari tugas-tugasnya (karena biasanya sudah paham). Mereka yang pernah bekerja di laundry lebih mudah menyesuaikan diri terhadap pekerjaannya. Selain itu kejujuran dan kesungguhan dari karyawan juga diperlukan. Jangan sampai usahamu rugi karena karyawanmu nggak jujur atau kamu kerepotan karena karyawanmu tidak bekerja sungguh-sungguh. Seperti bolak-balik keluar masuk kerja misalnya. Sehingga menyita tenaga dan waktumu untuk mencari karyawan yang baru.

Itu tadi beberapa hal yang bisa kamu jadikan salah satu acuan untuk memulai usaha laundry kiloan. Nah gimana, mudah kan nggak ribet. Apalagi di zaman serba teknologi gini, kamu bahkan bisa melakukan segala sesuatunya lewat gadgetmu. Mulai dari perencanaan bisa searching di mbah google hingga akhirnya kamu menemukan artikel ini :), mencari lokasi, mencari karyawan, hingga mencari suplier untuk usaha laundrymu. Semua bakal lebih mudah lagi kalau kamu memiliki kesungguhan dan keuletan dalam memulainya. Semoga artikel ini bermanfaat ya buat kalian para mahasiswa yang sedang bingung memulai usaha. Semangat wirausaha!

#B2BMarketPlace #ralalib2bmarketplace #sumpahpemuda
Continue reading Meraup Keuntungan sembari Kuliah melalui Usaha Laundry Kiloan

Sunday 2 October 2016

Q & A tentang Kuliah S2

Banyak banget email yang masuk ke aku buat menanyakan tentang sekolah S2. Nggak nyangka juga karena ternyata banyak yang antusias. Tapi banyak diantara email-email yang masuk menanyakan pertanyaan yang udah aku jelasin sejelas-jelasnya di postinganku. Ehh.. malah masih ditanyain lagi, kan capek bu jawabnya :D

Maka dari itu aku berinisiatif merumuskan semua pertanyaan yang masuk ke email tentang kuliah S2. Karena aku ada dua pengalaman mendaftar kuliah S2, di Unpad dan di UGM semuanya bakal aku campur jadi satu ya semua rumusan pertanyaannya di postingan ini. Harapannya sih semoga nggak ada pertanyaan yang ditanyakan berulang-ulang. Kecuali nih memang hal tersebut nggak aku paparkan dalam tulisan.


Q. 1 : Syarat Mendaftar S2 apa aja?? 

A. 1 : Buat syarat mendaftar S2 baik UGM, Unpad atau universitas manapun bisa kalian lihat di website resmi masing-masing universitas. Karena aku bukan pengamat pendaftaran, so nggak tahu juga syarat-syarat terbarunya apa aja. Setiap tahun persyaratan bisa saja berubah-rubah sesuai dengan aturan universitas. Seperti yang udah aku jelasin di postingan tentang syarat masuk UGM (klik disini) ataupun Unpad (pasca Unpad) ya begitulah adanya. Itupun berlaku pada tahun aku mendaftar kuliah (2015). Bisa saja beda tahun pendaftaran, berubah pula syarat pendaftarannya.

Q. 2 : Syarat mendaftar S2 dari Jurusan (Khusus UGM)

A. 2 : Jadi kalau daftar di UGM itu selain terdapat syarat umum yang ditetapkan universitas, setiap jurusan juga masing-masing punya ketentuan syarat pendaftaran. Kalau aku menyebutnya sih tambahan syarat pendaftaran. Misalnya gini, jurusan ilmu komunikasi dan jurusan sosiologi punya mekanisme pendaftaran & syarat yang berbeda. Kalau dijurusanku selain harus melengkapi syarat yang ditetapkan universitas, aku juga harus melengkapi syarat yang ditetapkan jurusan. Syarat tambahan dari jurusan adalah membuat essay tentang isu-isu komunikasi terkini sebanyak 5 lembar. Essay tersebut kemudian dikirim melalui pos ke alamat jurusan ilmu komunikasi UGM. 

Nah beda lagi dengan jurusan sosiologi. Di jurusan ini ketika pendaftaran hanya disuruh melengkapi syarat yang ditetapkan universitas. Pihak jurusan tidak memberikan syarat tambahan apapun untuk pendaftaran. Berdasarkan pengalaman, ada jurusan yang menyantumkan hal ini di website resmi jurusannya secara jelas dan transparan misalnya di jurusan ekonomi manajemen. Tapi ada juga yang enggak nyantumin (salah satunya jurusanku). Nah gimana nih kalau enggak dicantumin di website?? Solusinya silahkan kamu telepon langsung ke jurusan yang bersangkutan tentang syarat tambahan tersebut. Tanyakan juga sejelas-jelasnya tentang mekanisme syarat tambahan dari jurusan biar kamu nggak bingung.  

Q. 3 : Sesi wawancara ditanyain apa aja? (Khusus Unpad)

A. 3 : Sewaktu aku daftar Unpad taun 2015, mereka menerapkan adanya sesi wawancara sebagai salah satu poin penilaian. Bisa aja di tahun-tahun berikutnya berubah ya. Silahkan buat selalu update liat di website resminya. Sesi wawancara di Unpad sepertinya juga udah aku jelasin yaa di postingan. Sebagai catatan, itu sesi wawancara yang aku alami. Bisa aja beda orang yang mewawancarai, beda pula topik wawancara yang dibahas. 

Secara garis besar wawancara masuk kuliah nggak bakal ditanyai soal teori-teori kuliah. Tapi lebih ditanya tentang profil pribadi, aktivitas, sumber pembiayaan kuliah, topik penelitian, dan mungkin harapan setelah lulus kuliah. Ada juga sih yang tanya ke aku soal wawancara di UGM gimana dan topiknya apa (beberapa jurusan di UGM juga ada yang menerapkan sesi wawancara). Tapii lagi-lagi nih balik ke pengalamanku, di jurusanku diUGM nggak menerapkan sesi wawancara ya. Jadi plis banget jangan tanya ini ke aku, karena aku juga nggak ngerti. Takutnya malah aku sotoy terus menjerumuskan kalian ke jurang kesalahan kan bahaya :D

Q. 4 : Score TOEFL dan TPA yang belum lolos (khusus UGM)

A. 4 : Ini pertanyaan paling hits ya pokok'e :D Banyak yang nanya kalo score TOEFL dan TPA belom lolos gimana?? Yaa.. terserah keyakinan kalian aja deh. Kalo emang masih banyak waktu ya sebaiknya diperbaiki terus sampe lolos score-nya. Tapi kalo waktu udah mepet dan ternyata score belom lolos juga... yaudah bismilah aja daftarnya pake score itu :D
Udah aku ceritain juga di postinganku kalo aku daftar UGM pake score TOEFL dan TPA seadanya (belom lolos) karena posisi waktu itu udah mepet banget, pendaftaran udah mau tutup dan nggak ada waktu buat memperbaiki score. Dan alhamdulilah aku lolos UGM. 

UGM punya kebijakan bagi mahasiswanya, buat siapa saja yang lolos UGM tapi score TOEFL dan TPA-nya belom lolos dipersilahkan untuk memperbaiki selama kuliah S2/S3 sampe sebelum yudisium. Jadi jangan harap diwisuda kalo dua score ini belom lolos ya! Yang jadi poin penting lagi, score TOEFL & TPA nggak semata-mata menentukan kamu bakal lolos UGM atau enggak. Karena komponen penilaiannya itu ada banyak sebagai pertimbangan orang tersebut diterima/enggak, nggak sebatas score TOEFL & TPA. Ada transkip nilai S1, form proyeksi keinginan, sesi wawancara (kalau ada), tulisan essay (kalau ada) dan lain sebagainya. 

Q. 5 : Penulisan proposal tesis

A. 5 : Pertanyaan ini juga nggak kalah banyak dan banyak pula yang pada parno maupun panik soal syarat yang satu ini. Banyak yang bingung mau nulis tentang apa karena belum tau mau neliti apa ditambah gimana cara nulis proposal thesis, komponen apa yang dimasukan ke dalam proposal tersebut. Kalo dulu pas aku daftar UGM (thn 2015) mereka nggak mensyaratkan proposal thesis. Tapi katanya yang pendaftaran thn 2016 ada syarat proposal thesisnya. Jadi aku cuma ngisi di form proyeksi keinginan kan ada poin pertanyaan soal rencana penelitian. Nah aku cuma ngisi itu aja (nggak bikin proposal) itupun sebatas gambaran secara umum banget yang aku tulis dalam tiga paragraf. 

Sedangkan beda lagi dengan di Unpad, aku bikin proposal thesis lengkap dari latar belakang sampe metodologi. Tapi aku lupa juga sih waktu itu Unpad mensyaratkan proposal thesis lengkap atau cuma gambaran secara umum aja. Soalnya yang ada dipikiranku waktu itu yang namanya bikin proposal yaa berarti proposal lengkap dong. Mengenai hal ini, jika di website keterangannya nggak jelas mendingan telepon langsung aja ke universitas yang bersangkutan. Mereka minta proposal thesis secara lengkap atau enggak. Misalnya kalo nggak lengkap kamu bisa nulis secara garis besar aja tentang rencana penelitianmu. 

Terus jangan panik juga soal syarat ini, karena masih bingung dan nggak tau mau nulis apa. Pada kenyataanya proposal thesis yang kamu tulis untuk mendaftar, bisa saja berbeda saat menulis thesis yang sesungguhnya. Seiring berjalannya waktu ilmu pengetahuan dan pemahaman kamu akan terus berkembang dan memungkinkan munculnya ide-ide baru untuk menulis thesis. Jadi hal ini NGGAK MASALAH sama sekali dan jangan panik! Kalaupun kamu mau bikin hanya sebagai formalitas pendaftaranpun juga nggak masalah! Yang penting rencana topik thesis yang kamu bikin juga nggak asal-asalan ya..

Sekian dulu, semoga cukup membantu dan juga nggak ditanyakan berulang-ulang. Semoga sukses buat S2nya!!

Baca Juga :
Seleksi Masuk Pascasarjana Unpad
Alhamdulilah.. Lolos UGM !!
Continue reading Q & A tentang Kuliah S2

Thursday 8 September 2016

Kakang Mbekayu Banyumas, Sudahkah Membawa Nama Banyumas?

Mencoba merefleksikan fungsi dari agenda wajib tahunan kakang mbekayu Banyumas, sudahkan agenda ini mampu membawa nama Banyumas melalui kakang dan mbekayu yang terpilih? Bagaimana anggapan para peserta? Apakah agenda ini hanya sebagai sarana untuk eksis semata atau mereka yang berinisiatif mengikuti memiliki jiwa untuk mengabdi demi memajukan nama Banyumas?

Pertanyaan yang cukup menggelitik pikiran saya adalah, sudahkah kakang mbekayu Banyumas yang resmi terpilih telah diposisikan secara tepat? Yang tidak hanya sebagai maskot Banyumas tetapi juga sebagai komunikator yang efektif menyampaikan pesan kepada publik bahwa Banyumas memiliki potensi yang luar biasa di lihat dari berbagai sisi, baik dari pariwisata, budaya, maupun kuliner. Sudah saatnya agenda kakang mbekayu Banyumas dijadikan ajang untuk menunjukkan bakat dan prestasi kaum muda untuk mengabdi selama setahun penuh kepada daerah asalnya.

Mari kita telusuri satu persatu untuk menjadikan agenda tahunan ini menjadi sesuatu yang berkualitas dan juga dapat menjadi sarana untuk menarik wisatawan. Kandidat yang berkualitas, bermula dari proses seleksi yang benar. Panitia perlu memberikan kualifikasi peserta yang jelas baik secara fisik maupun skill, dan berikan syarat mutlak bahwa kakang mbekayu Banyumas adalah mereka yang orang tulen asli Banyumas. Lahir dan besar di Banyumas, disertai ciri khasnya yakni logat bahasa ngapak. Tidak lucu bukan, jika maskot Banyumas tetapi berasal dari kota lain misalnya? Yang notabene mereka hanya orang rantau dan sedang menuntut ilmu di Banyumas. Mereka yang terpilih nantinya akan menjadi perwakilan Banyumas.

Tidak munafik, persyaratan secara fisik juga perlu di dukung. Bagaimana cara mengetahui kondisi fisik peserta? Pencantuman foto ukuran post card dapat dilakukan dengan menampilkan foto tampak depan, samping kanan dan samping kiri.  Selain itu, tingkat kecerdasan peserta tidak kalah penting. Panitia dapat memberikan syarat pendaftaran yang mewajibkan peserta untuk menulis essay dengan tema-tema kepariwisataan maupun budaya misalnya.

Secara umum, alur proses rekrutmen dapat dipahami sebagai berikut: proses pendaftaran, seleksi administrasi, proses interview, fokus group discussion, terakhir pengumuman peserta yang lolos. Birokrasi perekrutan yang benar dan clear akan menghasilkan kandidat yang berkualitas.

Setelah proses seleksi administrasi selesai dilakukan, peserta yang terpilih akan dihadapkan pada proses interview. Untuk mewawancarai peserta tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang. Diperlukan orang-orang yang berpengalaman dan ahli dalam bidang human resource. Dalam hal ini panitia dapat menggunakan pihak ketiga yakni agensi yang bergerak di bidang human resource, ataupun memanfaatkan aktor-aktor Banyumas yang mereka memiliki keahlian dalam bidang ini. Lolos dari proses interview, tahapan selanjutnya adalah focus group discussion. Tahapan ini sangat penting untuk mengetahui sejauh mana tingkat kecerdasan peserta, jiwa kepemimpinan dan kemampuannya menjadi problem solver.

Menentukan indikator yang perlu dikuasai oleh calon kakang mbekayu Banyumas juga tidak kalah penting. Character building perlu dilakukan selama proses karantina sebelum hari H. Misalnya pihak penyelenggara memberikan syarat 10 indikator yang perlu dikuasai calon kakang mbekayu yang meliputi atittude, pengetahuan umum, minat dan bakat, pemecahan masalah, kepemimpinan, aksi sosial, kebudayaan, pariwisata, dan bahasa.

Untuk mendidik calon kakang mbekayu tersebut mari kita libatkan orang-orang asli Banyumas yang berpotensi dan ahli dalam bidangnya. Mereka yang terpilih jangan sampai menjadi kakang mbekayu yang instan terbentuk hanya dalam waktu singkat. Jadikan kesan bahwa menjadi kakang mbekayu Banyumas merupakan suatu prestasi bergengsi yang luar biasa dan dapat menambah nilai plus bagi mereka yang pernah menduduki posisi ini. Jika bukan kita yang peduli dengan Banyumas, lalu siapakah yang akan peduli?


Continue reading Kakang Mbekayu Banyumas, Sudahkah Membawa Nama Banyumas?

Tuesday 6 September 2016

Rich Dad, Poor Dad by Robert Kyiosaki: Kecerdasan Finansial Perlu dibangun Sejak Dini

Ada yang udah pernah denger buku ini?? Yap ini buku best seller banget, dan isinya juga luarr biasa!
Aku udah punya buku ini sejak awal kuliah S1. Sebenernya yang beli adik aku sih, dan udah ngejongkrok di rak buku adik aku sejak lama. Pas lihat bukunya nggak begitu tertarik, cuma penasaran aja sama buku ini karena jadi best seller di salah satu toko buku terkemuka dan setiap kesana pasti liat buku ini tercetak banyak banget. Waktu tanya adik aku, ini buku apa sih? Rich dad poor dad, ayah miskin ayah kaya? Aku mikirnya buku ini bakal membahas tentang perjuangan ayah-ayah di dunia untuk meraih kesuksesan *halah* Dan adikku pun menjawab, ini ceritanya tentang perbedaan pola asuh ayah terhadap anak antara ayah yang kaya dengan ayah yang miskin tuh beda pola asuhnya pokoknya bagus deh. Ooohhh jadi buku tentang parenting ya?? Nggak tertarik sama sekali waktu denger penjelasan adikku. Alhasil aku cuekin buku ini bertahun-tahun lamanya tanpa berminat membaca.

Enam tahun kemudian ketika posisi aku udah kuliah S2 semester 2, aku pergi jalan-jalan ke toko buku sambil nemenin temenku beli buku (dia suka banget baca buku & punya koleksi buku banyak banget). Disana terjadilah percakapan antara aku dengan temenku, "Kamu udah baca buku ini belum? (sambil pegang buku rich dad poor dad)." Aku jawab " Aku punya sih tapi belum pernah baca." Dia bilang lagi, "Baca dong i, bagus banget tau ini tentang kecerdasan finansial yang diajarkan oleh ayah ke anak." Dasar mata ijo ya, denger kata-kata finansial langsung melek banget dan menggebu-gebu pengen baca bukunya.

Akhirnya pas mudik ke rumah aku baca bukunya, dan ternyata iya bagus banget. Bikin aku punya pengetahuan baru tentang kecerdasan finansial sekaligus menyesal, kenapa aku nggak baca buku ini dari dulu? Coba adik aku ngejelasinnya lebih menarik pasti aku langsung baca, hahaha!

Secara garis besar buku ini menceritakan tentang Robert Kyiosaki yang memiliki 2 ayah. Pertama ayah kandungnya yaitu ayah yg miskin, dan ayah teman dekatnya yaitu ayah yg kaya. Kedua ayah ini memiliki pola asuh yg berbeda dalam mengajarkan Robert tentang keuangan. Perbedaan pola asuh kedua ayahnya sangat mempengaruhi Robert dalam memandang dan berfikir tentang uang. 

Aku tertarik banget dengan istilah "perlombaan tikus" atau aku sebut juga dengan "lingkaran setan" istilah sadisnya dan juga pemahaman akan "asset dan liabilitas." Sebagai orang awam, melihat kehidupan yang seperti "perlombaan tikus" adalah sesuatu yg sangat wajar. Aku pun berfikir setiap orang pasti mengalami hal seperti itu. Mereka menikah, punya istri/suami dan anak kemudian pekerjaan dengan gaji tertentu sekaligus punya kartu kredit. Kemudian tanggungan bertambah dan harus mencukupi kebutuhan ini dan itu. Dengan gaji yang segitu-segitu aja akhirnya mereka berhutang sana-sini atau menggunakan kartu kreditnya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Setelah itu gaji-gaji mereka hanya digunakan untuk membayar hutang dan tagihan-tagihan setiap bulannya. Hal ini terjadi secara terus menerus sehingga mengakibatkan seseorang tidak dapat menikmati penghasilan untuk dirinya sendiri. Iya sedih ya hidup begini, dan itulah yang terjadi pada sebagian besar orang.

Aku setuju dengan pemikiran Robert jika semakin dewasa kita, harus semakin menekan pengeluaran jangan justru semakin menghambur-hamburkan uang dengan gaya hidup mewah ala sosialita. Kita harus hidup sesederhana mungkin dengan memikirkan baik-baik uang kita akan dikeluarkan untuk apa serta apa untung/manfaatnya untuk diri kita. Ketika kita telah dewasa, harus mampu membedakan mana kebutuhan prioritas dan mana "keinginan". Karena kadang-kadang kita membeli sesuatu bukan berdasarkan butuh, tapi berdasarkan keinginan semata. Dan namanya keinginan pasti berhubungan dengan hawa nafsu untuk membeli. Nahh.. kalau udah gini banyak-banyaklah berlindung kepada Tuhan YME dari dorongan hawa nafsu untuk menghamburkan uang!!

Inti utamanya adalah mengeluarkan uang seminimal mungkin untuk diri sendiri. Misalkan nih kita udah punya baju banyak, terus pengin beli baju lagi. Kalau bisa baju-baju yang lama dan jarang terpakai lebih baik di garage sale atau disumbangkan untuk orang-orang yang membutuhkan. Tentunya sikap seperti ini akan menjadikan kita pribadi yang efektif, nggak menumpuk barang-barang sampai bejibun banyaknya. Dan paling penting kita juga harus memikirkan, sekiranya kalau kita membeli barang tersebut apakah akan bermanfaat atau mubadzir?? Tapii meskipun kita berusaha menekan pengeluaran, jangan lupa tetaplah beramal/bersedekah. Karena amal dan sedekah adalah peluang untuk membuka pintu rejeki yang lebih besar.

Kita beralih ke pembahasan antara aset dan liabilitas. Aset seperti yang kita ketahui adalah harta yang kita miliki. Sedangkan liabilitas adalah kewajiban yang harus kita bayarkan. Apa saja yang termasuk dalam aset? Mungkin bagi sebagian besar orang akan menyebutkan mobil, motor, dan rumah sebagai aset. Yaa.. akupun dulu berpikiran seperti itu. Namun tidak bagi Robert Kyosaki. Mobil, motor dan rumah adalah liabilitas yang harus kita bayarkan tagihan-tagihannya. Misalnya kita punya mobil, ketika punya mobil kita harus memiliki dana ekstra untuk merawat mobil tersebut. Seperti membeli bensin, servis mobil, membetulkan jika ada kerusakan, membayar pajak. Semua hal tersebut mengakibatkan kita mengeluarkan uang yang tidak ada hentinya. Begitu juga dengan motor dan rumah, mereka adalah liabilitas bagi kita.  Untuk bisa menekan liabilitas kita harus pintar-pintar dalam mengelola keuangan dan berusaha untuk tidak menambah liabilitas lagi.

Lalu apa yang disebut sebagai aset? Aset adalah sesuatu yang mendatangkan uang bagi kita. Misalnya kita memiliki usaha yang telah mandiri dan tanpa campur tangan kita setiap bulannya mendatangkan pemasukan. Atau bisa jadi rumah sebagai aset, jika  memiliki rumah yang disewakan dan memberikan pemasukan bagi kita.  Robert juga menjelaskan tentang sistem gali lubang dan tutup lubang (gali lubang tutup lubang ini sebutanku sendiri sih). Misalkan ketika kita menambah sebuah liabilitas, kita harus memiliki dana dari aset yang mampu menutupnya. Jadi penambahan liabilitas ini tidak akan mengurangi penghasilan utama kita setiap bulannya.

Sebenarnya jika konsep Robert Kyosaki ini bisa diterapkan secara penuh dalam kehidupan sehari-hari.. menambah aset sebanyak-banyaknya dan menekan liabilitas semaksimal mungkin, besar kemungkinan kita  bisa memperoleh financial freedom. Tapi menerapkan hal ini juga gak gampang ya, banyak cobaan dan godaan. Belum lagi mencoba beralih dari kebiasaan lama dan turun-temurun dilakukan ke sebuah kebiasaan baru yang benar-benar masih asing diterapkan. Semoga saja perlahan tapi pasti banyak orang yang bisa menerapkan pemikiran Robert Kyosaki ini.
Happy Financial Freedom!!
Continue reading Rich Dad, Poor Dad by Robert Kyiosaki: Kecerdasan Finansial Perlu dibangun Sejak Dini

Monday 25 July 2016

Berburu Beasiswa Unggulan untuk Mahasiswa On Going

Alhamdulilah bisa nulis postingan tentang beasiswa. Ceritanya postingan ini udah aku niatin sejak sekian lama kalau aku lolos beasiswa unggulan. Salah satu motivasiku buat nulis juga karena sedikit banget informasi tentang beasiswa unggulan terutama dari orang-orang yang lolos dan nerima beasiswa ini. Awal mula jadi scholarship hunter sebenernya udah lama banget dari sebelum daftar S2 di UGM. Aku udah mulai cari info sana-sini tentang beasiswa S2. Secara kuliah S2 itu nggak murah ya, berat juga kalau harus membiayai sendiri apa lagi kalo minta ke orang tua *backsoundsedih* 

Beasiswa incaranku pertama kali adalah LPDP, siapa yang nggak pengen dapet beasiswa LPDP?? Cerita dari para blogger dan temen-temen yang dapet beasiswa ini makmur banget deh hidupnya. Udah nggak pernah lagi mikirin duit, taunya ada duit masuk aja ke rekening. Tapi meskipun penerima beasiswa ini makmur-makmur, ngedapetinnya juga nggak gampang ya? Syaratnya ribet dan belibet banyak banget. Dan singkat cerita aku nggak lolos seleksi administrasi waktu daftar beasiswa LPDP. Emang banyak faktor sih kenapa aku nggak lolos beasiswa ini, mulai dari score TOEFL ITP sampe tragedi salah masukin data pas pendaftaran. Ya sudahlah belum rejeki ya namanya. Setelah tau nggak lolos, mau mencoba daftar lagi males banget jujur aja. Nggak pernah punya waktu buat memperbaiki score ITP karena kesibukan kerja, belum lagi biaya ITP yang nggak "murah" bikin tambah males juga. 

Sampai akhirnya aku nekad daftar S2 meski tanpa beasiswa, pikirku waktu itu bakal tetap berusaha buat nyari-nyari info beasiswa sambil jalan. Cuman modal nekad dan penuh keyakinan kalau pasti bakalan dapet beasiswanya. Waktu itu dapet info juga dari dosen-dosen S1 ku buat daftar beasiswa unggulan karena syaratnya nggak seribet LPDP.  Nah langsung deh googling tentang beasiswa unggulan dan beberapa kali kontak via email sama salah satu penerima beasiswa. Sempet pesimis dengan beasiswa ini karena websitenya yang mati suri dan sangat minim informasi. Jadi satu-satunya informasi yang aku dapetin tentang beasiswa unggulan adalah telepon langsung ke kantor beasiswa unggulan. Itupun teleponnya penuh perjuangan karena sering nggak diangkat!

Buat daftar beasiswa unggulan sebenernya harus daftar online, tapi karena waktu itu websitenya mati suri dan maintenance.. sama mbak-mbak yang angkat teleponku bilang berkas suruh kirim langsung aja ke alamat kantor beasiswa unggulan. Setelah itu aku langsung prepare syarat-syarat yang dibutuhkan buat daftar beasiswa ini. Aku masih inget banget ngeposin berkas beasiswa tuh sekitar tanggal 30 Oktober 2015 dan itu posisiku lagi semester 1 akhir. Beberapa minggu kemudian setelah kirim berkas aku telepon lagi buat ngecek apa berkasku udah masuk atau belum. Sekaligus menanyakan kapan seleksi tahap selanjutnya akan dilaksanakan dan mbaknya menjawab sekitar awal tahun 2016 akan ada seleksi lagi. Sekedar informasi dulu beasiswa unggulan jadwal seleksinya kurang transparan dan nggak jelas, gak kayak beasiswa LPDP. Jadi model seleksi mereka tuh, kalau berkas pengajuan beasiswa yang masuk di rasa udah cukup memenuhi kuota barulah mereka mengadakan seleksi. 

Ditunggu beberapa bulan sampai sekitar Februari 2016 tetep nggak ada kabar seleksi. Liat website juga nggak ada perubahan dan nggak ada informasi apapun. Akhirnya pasrah banget dan udah nggak begitu ngarep dengan beasiswa ini. Sekitar awal Mei 2016 aku iseng-iseng buka lagi websitenya beasiswa unggulan dan sedikit berharap ada secercah keajaiban di websitenya. Dan bener-bener keajaiban ya, kaget banget pas buka karena websitenya baru, informasinya up to date, sistem manajemen seleksinya juga baru, jenis beasiswanya ada banyak, dan yang bikin syok syarat untuk pengajuan beasiswa juga diperbaharui (sepenglihatanku waktu susah gitu syaratnya, apa lagi syarat score TOEFL-nya). Jadi ketika bulan Mei itu aku lihat syaratnya TOEFL harus setara ITP dan score-nya pun minimal 500 untuk jenjang S2. Down banget waktu tau syarat pengajuannya jadi susah gini. Karena di syarat yang lama, TOEFL nggak harus ITP dan minimal score 450. Tambah udah nggak mengharapkan beasiswa unggulan, aku pikir mungkin berkasku udah dihanguskan dan dibuang entah kemana. Waktu itu akhirnya aku mikir buat daftar ulang lagi, sembari memperbaiki score TOEFL. Selama masih ada kesempatan buat pengajuan beasiswa ini kenapa enggak.

Eh tiba-tiba di akhir bulan Ramadhan sekitar Juli 2016 akhir, seminggu sebelum lebaran aku dapet email dari beasiswa unggulan kalo lolos seleksi Batch I dan disuruh melengkapi berkas online. Seneng banget dong nggak nyangka bisa lolos, yang tadinya ngira berkasku udah dibumihanguskan! Bayangkan 8 bulan tanpa kabar, dan informasi apapun, kok tiba-tiba dikabarin kalau aku lolos seleksi? Nah loh aku sih seneng-seneng aja hehehe. Karena penasaran banget, aku buka lagi website BU dan download Juknis-nya. Ternyata, persyaratan TOEFL berubah lagi di Juknisnya itu. Syarat TOEFL balik lagi ke semula, score minimal 450 dan nggak harus ITP. Ahlamduliah, nggak harus buru-buru ngebenerin score TOEFL :D  Jadi syarat pengajuan BU ini memang sempet beberapa kali berubah, dari yang awalnya ribet banget dan sekarang udah balik lagi kaya semula.

Setelah melengkapi berkas online, seminggu kemudian dapet lagi email buat ikut tahap wawancara, verifikasi data dan penandatanganan kontrak. Bedanya beasiswa unggulan sama LPDP, kalo LPDP tahap wawancara jadi salah satu komponen penilaian & seleksi. Tapi kalau beasiswa unggulan, tahap wawancara itu cuma untuk verifikasi data dan tanda tangan kontrak, Artinya kalau udah lolos seleksi administrasi berarti otomatis udah dapet/lolos beasiswanya. Aku ngira tahap wawancara bakalan ditanyain macem-macem kayak sejenis LPDP, sampai aku udah nyiapin transkip wawancara juga. Ehh ternyata nggak ditanyain apapun. Cuman dilihat berkas-berkas asli yang di upload via online, sekaligus tanda tangan kontrak. Di dalem kontrak ada pasal-pasal yang mengatur hak dan kewajiban Pihak I (Beasiswa Unggulan) dan Pihak II (penerima beasiswa) sekaligus dicantumin juga berapa nominal dana beasiswa yang bakal kita terima. Dan alhamdulilah nominalnya mencukupi buat nyelesein sisa kuliah selama setahun. Buat temen-temen yang pengin tahu lebih lanjut tentang beasiswa ini bisa langsung mengunjungi website resminya di http://beasiswaunggulan.kemdikbud.go.id/

>> Update 28 September 2016

Sejak aku posting tentang BU di blog, banyak banget email yang masuk menanyakan tentang beasiswa ini. Alhamdulilah, postinganku bermanfaat :)
Beberapa ada juga yang udah lolos dan sharing tentang Batch 2 BU th 2016. Jadi di Batch 2 ini sempet ada perubahan pengumuman seleksi administrasi dari yang tadinya dijadwalkan tgl 30 September, dimajukan jadi 7 September. Berdasarkan pengalamanku juga sih ya pas ngurus-ngurus berkas sampe tahap pencairan dana, jadi tuh BU emang beasiswa ajaib. Sering banget berubah-rubah tanpa terduga-duga. Terutama soal perubahan jadwal, bisa aja dimajukan atau dimundurin. Selama itu pula harus stanby email & Hp karena mereka sering ngasih pemberitahuan mendadak. Jadi buat yang daftar dan lolos BU harus sabar-sabar dengan beasiswa ini, karena emang menguji kesabaran banget..hehehe.

Berdasarkan sharing juga dengan para fans (abaikan) yang ngimel aku, ada perbedaan dari proses wawancara BU Batch 1 dan Batch 2. Di Batch 1 tahapan wawancara dilakukan untuk verifikasi data, tanda tangan kontrak beasiswa di atas materai, dimana kita disodorkan kontrak, dijelaskan mengenai kontrak tersebut dan mengetahui nominal berapa beasiswa yang kita dapatkan. Selebihnya cuma ngobrol-ngobrol biasa aja sih, obrolan santai buat formalitas aja biar nggak canggung. Mereka juga ngasih tahu kapan dana akan dicairkan. Nah tahap wawancara di Batch 2 ini ternyata beda lagi. Jadi tahap wawancara di Batch 2 isinya menandatangani form kesediaan mengikuti BU, verifikasi data dan sedikit wawancara mengenai proposal studi. Untuk kontrak beasiswa di unduh di akun masing-masing sesuai tanggal pengumuman yang telah ditentukan. Selanjutnya kontrak tersebut di print, ditandatangani dan dikirim kembali via pos ke sekretariat BU. Agak berbeda ya di Batch 1 dan Batch 2 ini. Emang sih kemaren pas Batch 1 sesi tanda tangan kontrak banyak trouble yang bikin sesi ini kelarnya lama banget dan ngaret. Aku aja baru kelar jam 7 malem. Jadi banyak kontrak yang nggak beres, salah ketik, ketilep dan belum di print. Dan mungkin ini jadi evaluasi bagi BU untuk merubah sesi ttd kontraknya di Batch 2. Thanks buat Nurul. N yg udah sharing tentang Batch 2. Semoga cukup memberikan gambaran ya.

Continue reading Berburu Beasiswa Unggulan untuk Mahasiswa On Going