Thursday 29 December 2016

Hijrah, Sebuah Catatan Spiritual yang Panjang

Ini semua tentang perjalanan hijrah dalam berhijab, awal mulanya banyak "kerisihan-kerisihan" yang dialami hingga mengantarkanku seperti sekarang. Apa yang ada di benak kalian tentang wanita berhijab? Aku dulu berpikir bahwa hijab adalah kewajiban wanita muslimah, tanpa tau maknanya. Yang penting rambut ketutup oleh hijab. Aku masih inget, pertama kali pakai hijab ketika masuk SMA. Waktu itu aku sudah merasa risih menampakkan lengan tangan dan kakiku. Semua alami terjadi begitu saja, bahkan ketika masih SMP meski belum berhijab aku berusaha pakai baju lengan panjang dan celana panjang.

Kuputuskan memakai hijab ketika memasuki SMA. Tapi namanya setiap orang yang sedang berusaha memperbaiki diri pasti akan di uji oleh Allah swt. Aku mengalami perjuangan yang panjang ketika SMA hingga aku benar-benar mantap berhijab. Sempat lepas pakai hijab selama hampir 2 tahun. Alasanya? Banyak banget godaan buat istiqomah berhijab. Dulu jaman SMA lagi ngetrend banget rebonding, dan akupun yang rambutnya ikal menggelombang ini nggak mau ketinggalan trend. Alhasil merasa cantik dengan rambut lurus, akupun menanggalkan hijab... Sekolah tetap pakai hijab, tapi kalau pergi-pergi diluar jam sekolah aku nggak pakai hijab.  Meskipun aku nggak berhijab, pakaianku tetap sopan pakai serba lengan panjang. Sempet dinasehatin orang tua "jangan sampai gara-gara rebonding kamu copot jilbab" tapi tetep cuek aja. Duh norak deh pokoknya! Hahaha.. Bahkan nggak cuma orang tua aja, tetangga, sampe temen-temen mamahku sempet kaget dan menyindir secara halus aku nggak lagi berhijab. Namanya juga anak muda, lagi seneng-senengnya ya masa bodoh apa kata orang. Ditambah banyak temen-temenku yang kelakuanya serupa denganku, serasa ada temenya gitu.. Hahahha. Pengalaman terparah adalah ketika kelas dua SMA aku ikut kompetensi dance dan mengharuskan aku nggak pake hijab. Nah ternyata di kompetisi itu banyak banget temen-temen SMA aku yang pada nonton. Alhasil aku jadi trending topik besoknya gara-gara copot hijab buat ngedance.


Menjelang kelas tiga SMA, sedikit demi sedikit mulai insyaf hehehe. Udah ngerasa nggak nyaman keluar rumah tanpa hijab. Alhamdulilah pelan tapi pasti aku mulai pakai hijab lagi ketika keluar rumah. Memasuki kuliah, aku tetap istiqomah dengan hijabku.. Tapi you know lah waktu itu masih ikut-ikutan pakai hijab yang lagi ngetrend, celana jins ketat, baju ngepas, jilbab cekak (nggak menutup dada), nggak pakai kaos kaki. Hijab ala kadarnya banget. Dulu bahkan belum banyak temen-temenku yang berhijab. Baru ketika dian pelangi nongol, tiba-tiba hijab jadi booming dan banyak orang mulai pake hijab. Begitupun ketika banyak tutorial hijab bertebaran karena trend dian pelangi ini, aku tetep nggak ketinggalan ngikutin trend.

Waktu itu aku masih belum bisa memaknai hijab, belum banyak pengetahuan yang aku punya tentang aturan-aturan dalam mengenakan hijab. Entahlah, mungkin karena aku tidak diajari atau karena lingkungan tidak membawaku ke arah situ atau aku yang males belajar agama -.- Tapi lagi-lagi ada sesuatu yang aku rasakan secara alami. Aku ngerasa risih pakai baju cekak (yang nggak nutup pantat) karena waktu itu aku masih pakai celana jins juga. Mulailah aku pakai baju yang panjang-panjang. Senggaknya sampai sepaha dan menutup bagian pantat.

Dikampus mulai terlihat perkumpulan ukhti-ukhti yang pake jilbab lebar dan panjang. Awalnya aku menanggapi biasa saja sebagai sesuatu yang wajar. Bodohnya aku nggak berpikir apa kira-kira alasan mereka pakai jilbab selebar dan sepanjang itu. Belum lagi mereka adalah orang-orang minoritas. Nggak banyak cewe dikampusku yang pakai hijab lebar. Jadilah aku mengganggap sebagai angin lalu. Cewe berhijab panjang dan bercadar waktu itu diidentikan sebagai teroris, yaa lagi ramai-ramainya berita teroris juga dan menyoroti para istri-istri teroris yang hijabnya lebar dan bercadar. Sempat menimbulkan stereotype negatif tentang cewe bercadar. Meskipun berita itu sangat ramai, aku sama sekali nggak berpikir demikian. Itu cuma oknum-oknum yang tidak memaknai ajaran islam secara baik dan benar, mereka mencoba menghancurkan islam dengan cara-cara yang picik.

Menjelang kuliah semester enam aku mulai risih pakai celana jins aku pun mulai membeli rok sama baju-baju dress, dan pakai rok kalo kemana-mana. Baju sedikit longgar lah nggak ngepres badan. Tapi jilbab belum panjang, masih cekak belum menutup dada. Kebiasaan pakai rok terus berlangsung sampai masuk kerja. Walaupun masih suka pakai celana jins sekali-sekali, tapi itupun udah jarang banget.

Oya selama kuliah aku sempat mengalami yang namanya sebel sama cewe berhijab lebar. Bukan karena mereka disebut teroris atau apa, bukan itu.. Lebih ke personal orangnya. Aku sempat beberapa kali menjumpai cewe berhijab lebar yang nggak menjaga dirinya secara penampilan. Maksudnya gini, maaf kalo agak kasar: mereka bau, pakaianya lusuh dan kotor, penampilan kucel kayak nggak mandi, bajunya nggak padan, kaos kakinya bau.. pokoknya serba nggak enak dilihat lah. Aku tahu, sejatinya cewe berhijab memang gak boleh tabarujj berdandan berlebihan, pakai baju yang mewah/ glamour, nggak boleh berparfum ato pakai perhiasan berlebihan yang bisa memikat lawan jenis yg bukan mahram. Tapi menurutku nggak gitu juga.. Bukankah Allah swt mencintai kebersihan dan keindahan, meskipun tanpa makeup dan tanpa parfum setidaknya jagalah biar wajah nggak kucel, jangan mendzalimi orang lain dengan bau badan (karena jujur aku sering ngumpat sama orang-orang yg bau badan) kesel banget, kenapa mereka nggak peduli bahkan sama bau badannya sendiri?:'( Walau berpenampilan sederhana, seharusnya tetap menjaga kebersihan diri dan pakaian, menjaga kepadu-padanan pakaian. Jadi stereotype ku saat itu tentang wanita berhijab lebar adalah seperti itu: jorok. Aku bahkan nggak berminat buat pakai hijab lebar.. Takut ketularan joroknya mereka pikirku waktu itu.


Belakangan juga sempet muncul banyak cewe-cewe berhijab syar'i yang kesannya mereka sangat glamour seperti kalangan sosialita dengan baju syar'i yang mewah dan aku yakin harganya nggak murah, dandanan agak sedikit berlebihan. Sampai sekarang ini cukup menjadi trend loh. Aku termasuk yang nggak setuju sama mereka ini. Disamping aku nggak setuju dengan yang jorok, aku nggak setuju juga dengan yang berlebihan. Lagi-lagi sebaiknya berhijab itu yang sederhana dan simpel. Tapi tetap menjaga penampilan diri namun tidak berlebihan.

Maindset aku tentang cewe berhijab lebar tapi jorok berubah ketika aku KKN di semester 7. Salah satu temen kelompokku ada yang berhijab lebar dan bercadar. Anaknya sopan dan baik banget. Meski agak rempong sih dia pemalu banget. Pas pertama kali tidur bareng sekamar sesama cewe dia nggak mau lepas hijab. Padahal kita sesama cewe kan nggak apa-apa. Tapi akhirnya kita mulai terbiasa. Aku bahkan deket banget sama dia, banyak tanya soal hijab dan agama ke dia. Dia banyak ngasih tau ayat-ayat al-quran tentang hijab, aturan-aturan berhijab yang benar. Aku juga menanyakan awal mula keputusan dia buat pakai hijab lebar. Diapun menceritakan kisahnya.. dia berhijab panjang dan pakai cadar katanya belum lama baru setahunan. Dulunya dia sama kayak cewe-cewe lain, berhijab ala kadarnya, pake celana ketat dan masih sering lepas hijab. Dia juga sama kayak aku jadi korban trend rebonding, hahaha. Bahkan kalo pergi-pergi dia suka pakai celana hotpants. Suatu hari dia bermimpi, dan mimpi itu merubah dia untuk memantapkan diri menjadi lebih baik. Dia mimpi dicabut nyawanya sama malaikat pencabut maut, dan dia sempet merasakan sakitnya dimimpi itu ketika dicabut nyawanya. Bahkan dia mikir, mungkin waktu itu dikira beneran mati. Eh ternyata cuman mimpi. Setelah itu dia takut banget, dan tersadar bahwa kematian adalah sesuatu yang sangat dekat dan bisa terjadi kapan saja. Kalo nggak sekarang memperbaiki diri, kapan lagi kan? Diapun mulai banyak memperdalam ilmu agama, dan memperbaiki cara berhijabnya pelan-pelan. 

Mendengar ceritanya, aku cukup terinspirasi dan membenarkan apa yang dia katakan. Selama KKN itu pokoknya dia jadi guru ngaji aku deh. Aku yang paling cerewet sering tanya soal agama ke dia. Sebenernya, sejak awal kuliah aku udah merubah kebiasaanku dalam membaca Al-Quran. Aku mulai beli AL-Quran yang ada terjemahannya, setelah baca huruf arabnya aku baca terjemahanya biar lebih paham makna dan artinya. Tapi memang belum bisa sepenuhnya menerapkan sih dari apa yang aku baca. Berat banget emang ya mau jadi orang bener tuh :'). Semenjak berteman dengan dia, terbesit keinginanku buat memperbaiki cara berhijab. Dan mulai punya niat, suatu hari nanti harus bisa pakai hijab yang beneran hijab sesuai syariat islam. Setelah itu hingga sekarang aku mengalami proses yang cukup panjaaang. Aku tipikal orang yang berubahnya pelan banget tapi pasti, berusaha tidak terburu-buru hanya karena mengikuti nafsu sesaat yang nanti akhirnya cuma mood-mood-an nggak istiqomah.

Celana jins udah aku coret dari darftar hidupku, selain badan melar yang bikin jins pada nggak muat, aku juga merasa risih banget pakai celana ketat. Jadilah sejak itu sampai beberapa minggu yang lalu aku selalu pakai rok, celana longgar dan baju longgar. Hijabku? masih belum istiqomah, aku berusaha pelan-pelan buat nyari style hijab yang cocok sama muka aku yang bulet ini. Kadang masih pake hijab cekak, kadang pakai yang syar'i. Karena kekadang-kadangan itulah justru lama-lama aku merasa nyaman dengan hijab syar'i dan mulai risih pakai hijab cekak, rasanya nggak tenang gitu hijabku cekak nggak nutup dada. Bahkan kalo dipikir-pikir dengan akal sehat iya juga, nggak pantes perempuan berhijab tapi bajunya ketat dan dadanya masih menonjol (sebutanya jilboob). Nggak enak aja gitu diliat. Sering banget aku kalo lagi dikampus mengamati mereka-mereka ini yang berhijab tapi masih serba ketat, sangat nggak pantes buat dilihat. Aku sama sekali nggak nge-judge mereka yang masih berpenampilan seperti itu, mereka sama seperti aku yang sedang mengalami proses hijrah. 

Aku juga mulai membiasakan pakai kaos kaki sejak masuk kuliah S2. Awalnya karena jogja panas dan bikin item kaki, makanya aku pakai kaos kaki. Tapi lama-lama aku berusaha untuk pakai kaos kaki karena kaki itu bagian dari aurat perempuan. Di S2 ini aku juga ketemu temen yang sama-sama sedang berhijrah, dan kita jadi temen satu geng gitu namanya cantik soleha, hahahha. Dia termasuk orang yang cepet dalam berhijrah, pakai hijab baru sekitaran setahunan dia udah mantap pakai yang syar'i. Kemana-mana selalu pakai rok/gamis dan jilbabnya pun lebar menutup dada. Dan dia itu termasuk yang tangguh dan nggak goyah sama pendiriannya, meski barhijabnya belum lama. Nggak kayak aku yang kadang masih suka naik-turun. Dan banyak temen aku pada mulai memperbaiki cara berhijabnya, belum lagi adik aku nomer dua juga udah menerapkan hal ini. Pakai rok dan melebarkan hijab. Selebihnya, di lingkungan UGM banyak sesama cewe yang hijabnya pada lebar, dan mungkin jumlahnya cukup banyak tapi mereka tetap menjaga penampilan alias nggak jorok. Alhasil lingkungan yang mendukung, memantapkan aku untuk jangan goyah lagi. Belum lama sih, mungkin baru sekitar dua mingguan ini aku merasa mantap lagi untuk selalu pakai rok dan men-syar'i kan hijabku. Dan aku selalu berusaha belajar tentang fiqih perempuan, karena perempuan dalam islam punya aturan-aturan sendiri yang harus dipahami. Jangan sampai aku hanya tau ilmu dunia tapi bodoh ilmu agama dan akhirat. Bismilahirahmanirahim... meskipun proseku ini sangat lama, semoga saja kemantapan ini menjadi awal yang baik untuk tetap dalam istiqomah. Amin YRA.

0 comments: