Monday 11 May 2015

If You Can Dream it, You Can Do it Part 3



Part 3

Its Not about the Diamond, its about Passion. To be good if you can get two of them.

Selama masih kuliah, aku pernah beberapa kali kerja part time buat nambah-nambah duit jajan sekaligus pengalaman. 3x sih kalo nggak salah. Kesemuanya nggak pernah bertahan lama. Paling lama 3 bulan, trus resign buat fokus kuliah. Dari kesemuanya, alasan aku resign selain tugas kuliah yang menumpuk adalah aku bosenan. Ya bosen banget kerja cuman duduk di ruangan nunggu pelanggan dateng. 

Itu pemikiranku 1,5 tahun yg lalu. Sekarang? Aku terjebak dalam nostalgia! Hahhaha. Terjebak sama omongan sendiri maksudnya.. Niatan nggak mau kerja kantoran, eehh kesasar kerja di kantor. Any something wrong kerja kantoran di sini itu bener banget. Seperti kesasar juga iya banget. Dari awal masuk kerja aku bergelut dengan diri sendiri buat pencarian jati diri. Aku terus berpikir dan bertanya pada diri sendiri. Aku hidup mau apa? Untuk apa? Buat siapa? Mau melakukan apa? Bingung banget buat ngejawab pertanyaan-pertanyaan itu. Aku sering banget curhat sambil nangis bombay ke mas pacar, dan dia dengan sabarnya ngladenin aku yang lebay ini~

Disamping terus kerja kantoran sambil belajar & cari pengalaman, pelan tapi pasti aku berusaha me-restart hidupku. Mencari tau apa yang aku mau dan apa yang akan membuatku bahagia, its about passion right? Mengutip dari bukunya Ahmad Rifa'i, "jangan main-main dengan dua hal ini: memilih jodoh dan profesi, karena kita akan menghabiskan hampir seumur hidup dengan keduanya." Bener banget kan kutipannya? Kalau pilih jodoh, udah. Insha Allah dia yg the best buat aku.. Amiin. Nah profesi ini yg belum aku dapetin. Bukan masalah uang dan bukan masalah kerja di tempat yang keren. Aku udah menepis itu jauh-jauh. Ini masalah panggilan hati, akan kemanakah hati ini berlabuh? Itulah jawaban yang harus segera di cari.

Dari dulu aku udah mendapati bahwa ada sesuatu yang beda dari diriku sendiri, beda nggak kayak kebanyakan orang pada umumnya. Kalau kebanyakan orang liat sesuatu mereka berdecak kagum, beda halnya denganku. Aku bakal berdecak kagum sambil berpikir, bagaimana caranya menciptakan yang seperti itu? Bahkan yang lebih keren lagi kalo bisa... Aku nggak pernah bilang "nggak bisa" sebelum mencoba. Ketika udah dicoba tapi tetep nggak bisa, aku bakal makin penasaran lagi buat terus mencoba sampai bisa. Jiwa pejuangku emang luar biasa, dan satu lagi kelebihanku, aku nekad banget orangnya. Tapi permasalahanya adalah, sifat-sifat kayak gini bisa terkikis kalo nggak di dukung dengan situasi sekitar. Artinya lingkungan dengan atmosfer yang mendukung. Nah kalo disekelilingku orangnya pada males-males? Bisa aja aku jadi ketularan.. Makanya ada istilah, kita yang harus merubah keadaan, atau keadaan yang akan merubah diri kita. Setuju??

By the way soal panggilan hati, aku mulai menemukan apa mau hatiku sebenernya.. ciiehhhh ehm. Sebenernya udah lama sih aku tahu, cuman masih takut untuk mengakui. Tapi sampai kapan mau takut mengakui? Masa depanku sudah dimulai, waktunya bergerak tinggalkan zona nyaman. Aku tahu aku seneng jadi enterpreneur, terbukti sejak kuliah aku mendirikan beberapa kali usaha yang modalnya dibiayain kampus. Yup ikut program PKM nya dikti dan alhamdulilah 2 kali lolos dapet pendanaan. Pernah terbesit dalam hati kalau nanti suatu hari nanti apapun profesiku, jadi enterpreneur tetep harus jalan. Bisa dibilang udah jadi hobi, ngerasa asyik juga iya. Ada kepuasan tersendiri juga buat jadi enterpreneur, aku bisa bantu orang lain, bisa menghidupi orang lain dengan usahaku. Tapi jangan dikira jadi enterpreneur itu gampang dan bisa langsung sukses. Jatuh bangun itu biasa, gagal juga sering. Jadi pengusaha emang kayak cari jodoh, jodoh-jodohan sama usahanya. Kalau belum jodoh ya terus aja cari sampe dapet. Dan kalau udah dapet, dipertahankan.. karena kita bakal sukses dengan jodoh itu. Dari beberapa kali usaha yang aku bangun, yang masih bertahan sampai saat ini cuma satu. Lah yang lain? ada lahh beberapa permasalahan yang mengharuskan bubaran sampai overtake. Begitulah resikonya jadi pengusaha, harus siap rugi juga. Sekarang aku berusaha bangkit lagi buat cari 'jodoh' usahaku. Entahlah sambil terus mencari dan sesuai dengan kesenengan alias hobi tentunya. Yang pasti mau mencoba usaha dengan skala yg lebih besar biar menghasilkan lebih banyak juga.

Panggilan hati yang kedua adalah aku udah memutuskan profesi tetapku. Aku mau jadi dosen. Kenapa dosen? Panjang sih ceritanya.. keputusan ini juga nggak terlepas dari aku yang dibesarkan di lingkungan keluarga  yg sebagian besar profesinya guru, terutama ibu aku yg beliau juga menjadi dosen. Nggak pernah terbesit sedikitpun buat jadi guru ataupun dosen, apa bagusnya? Pikirku waktu itu. Aku bahkan berpikir untuk pekerjaan lain yang lebih keren dan dengan gaji yang gede. Tapi itu semua berubah seiring aku tumbuh dewasa.

Aku seneng banget nonton acara tv yang tema-nya motivasi, atau tentang reality show yang menampilkan sisi kehidupan orang-orang tertentu. Gara-gara tayangan tv itu, aku jadi kagum sama sosok guru. Yap, sempet beberapa kali nonton tentang pengabdian ikhlas seorang guru yang mengajar di daerah pelosok, yg notabene akses susah, minim fasilitas, minim upah pula. Ditambah lagi liat anak-anak pedalaman yang semangat berangkat sekolah meski perjalanan yang ditempuh ke sekolah juga nggak gampang. Jujur sihhh sering malu sama diri sendiri kalo inget sekolah masih suka males-malesan -.-

Acara tv jadi awal mula kekagumanku akan sosok guru, yg kedua datang dari intern keluarga. Kayak yg aku cerita tadi kalo ibuku berprofesi sebagai dosen. Dari jaman aku SMA sampe mau wisuda kuliah, aku inget banget sering banget dilibatin sama ibuku ke kegiatan-kegiatannya beliau. Memasuki jenjang kuliah aku baru tau kalo jadi dosen itu ada tri dharma perguruan tinggi, yaitu mengajar, penelitian dan pengabdian. Duluu aku taunya yaa dosen tuh cuma ngajar dikelas aja. Tapi ternyata jadi dosen nggak sebercanda itu haha.

Jadi sekarang ceritanya aku udah tau, kalau dari dulu kegiatan yang sering aku ikutin itu pengabdian dan penelitiannya ibuku. Bisa dibilang aku yang paling sering diajak ibu buat kegiatan-kegiatan ini, dari situ aku juga jadi banyak pengalaman dan banyak ilmu. Lama kelamaan aku ngerasa enjoy buat terlibat sama kegiatannya ibu. Aku juga ngerasa bahwa, ini lohh duniaku banget. Aku selalu penasaran, selalu ingin tahu. Aku ngerasain atmosfer kompetisi, kompetisi buat lolos penelitian, pengabdian masyarakat, dan kompetisi-kompetisi lainnya. Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Selain bermanfaat buat orang-orang disekeliling, dari pengabdian & penelitian nantinya aku bisa meningkatkan skill-ku, meningkatkan empati dan simpatiku terhadap lingkungan sekitar, bisa memberikan kontribusi yang bermanfaat. Insha Allah, aku niatin ini semua buat beribadah dan sekarang mulai menata rencana buat menggapai cita-cita..

The End

If You Can Dream it, You Can Do it Part 1
If You Can Dream it, You Can Do it Part 2

Continue reading If You Can Dream it, You Can Do it Part 3

Thursday 7 May 2015

If You Can Dream it, You Can Do it Part 2

If You Can Dream it, You Can Do it Part 1

Part 2

Menjalani 10 bulan kerja di perusahaan ini banyak bgt pembelajaran yg bisa aku ambil hikmahnya. Percaya deh, setelah kerja 10 bulan tiba-tiba aku nggak menganggap penting lagi soal gaji. Yaa bukannya sok, tapi aku percaya Tuhan selalu mencukupi kebutuhan hidupku, dan alhamdulilah aku selalu merasa cukup. Ngomong-ngomong soal ambil hikmah, ya aku belajar banyak bgt disini. Bukan cuma tentang jobdesk ku, tugas-tugas di operation yang ampuun deh banyaknya, tapi aku juga belajar kedisiplinan kerja, kepribadian orang lain, budaya kerja, karakter kepemimpinan, kebersamaan, dan kerjasama tim. Disini udah jadi rumah pertama buat aku. Kalo di itung-itung sih waktuku lebih banyak tercurah di kantor daripada di rumah. Nah makanya kantor jadi rumah pertama, rumah yang sesungguhnya jadi rumah kedua -.-

Nyambung sama masalah gaji, kenapa aku nggak lagi mempersoalkan gaji? (Yaa walaupun sih gajiku udah naik ditambah full fasilitas dan tunjangan). Aku punya tujuan lain dalam bekerja, karena aku sadar, aku nggak bakalan kerja disini selamanya (its really not my world). Selain pada umumnya orang kerja tuh cari duit, aku punya niatan yang lain:
1. Untuk ibadah. Pokoknya kerja aku niatkan untuk beribadah pd Allah swt, karena setiap orang-orang yang berjuang dan berusaha pasti akan dimudahkan dan diberi jalan oleh Allah swt.
2. Untuk belajar & menimba ilmu. Setiap saat aku dikantor, berusaha menyerap ilmu dari sekelilingku. Dari karakter temen-temen kantor, dari kejadian-kejadian di kantor. Alhamdulilah lingkungan kerja disini sangat kekeluargaan. Nggak ada senioritas, semua sama, semua teman.
3. Untuk menjalin silaturahim, mencari relasi. Seperti yang aku bilang tadi. Disini udah jadi rumah pertamaku. Bayangin aja kerja senin-jumat jam 9.30-16.45 ditambah hari sabtu jam 9.30-13.00. Belum lagi kalo lemburan, bisa pulang sampe sekitar jam 19.00-21.00. Rekor nya adalah pulang jam 23.00 karena lemburanya ampun dehh. Mau nggak mau aku setiap hari banyak menghabiskan waktu dikantor, aku juga harus punya hubungan baik dong sama temen-temen kantor. Jadi aku udah anggep mereka kaya keluarga dan saudara sendiri.
4. Untuk refreshing. Nahhh kalo yang satu ini, nggak semua orang bisa berpikiran sama kayak aku. Yang ada di kepala orang tentang pekerjaan mungkin adalah beban, momok, bikin pusing, nyut-nyutan, bikin capek & lelah. Boleh deh tanya sama temen-temen kantor, apa pernah aku dikantor marah-marah, pasang muka asem, moody-an, ato pernah ngomong yang nggak enak. Aku terkenalnya anaknya cerewet, suka becanda, dan hampir nggak pernah keliatan marah. Apa kuncinya? Aku menganggap kerja itu refreshing, liburan. Dan yang namanya liburan, pikiran juga harus fresh kan?

Aku nggak menganggap pekerjaan adalah sesuatu yang membebankan. Santai aja lah.. Tapi bukan berarti nggak serius juga. Maksudnya santai dalam arti berpikiran yang jernih, ditambah hati yang riang gembira dalam mengerjakan setiap pekerjaan kantor. Satu hal lagi yang aku terapin di kantor adalah, aku nggak pernah ngambil hati sama perkataan atau sikap temen-temen kantor yang mungkin secara nggak sengaja pernah menyakiti perasaanku, hiks :'( Pasti lah dalam lingkungan kantor selalu ada gesekan-gesekan nggak enak dan pertengkaran-pertengkaran kecil. Tapi balik lagi ke diri sendiri, kita mau menyikapi nya bagaimana? Mau ikut-ikutan bersikap seperti itu, atau mau jadi orang yang bisa berpikiran jernih tanpa perlu membawa emosi. Ibarat AC gitu di cuaca yang panas terik, membawa adem~ halah, gak nyambung! -.-

Sakit hati, kesel, marah? Ya sering lah.. Namanya juga berhubungan sama banyak orang dengan bermacam karakter. Tapi balik ke diri sendiri, aku nggak menyikapi perlakuan mereka secara serius. Easy going aja, bawa santai. Aku diciptakan bukan untuk mendendam. Kalo ditanya nyaman gak, seneng gak kerja disini? Yes, i agree.. I feel comfort. But, any something wrong with me.. Kerja disini juga berasa aku lagi  jalan-jalan ke Paris, maunya ke menara Eifel malah nyasar ke hutan belantara. Begitu sih kalo diibaratkan..
Continue reading If You Can Dream it, You Can Do it Part 2