Thursday, 29 December 2016

Hijrah, Sebuah Catatan Spiritual yang Panjang

Ini semua tentang perjalanan hijrah dalam berhijab, awal mulanya banyak "kerisihan-kerisihan" yang dialami hingga mengantarkanku seperti sekarang. Apa yang ada di benak kalian tentang wanita berhijab? Aku dulu berpikir bahwa hijab adalah kewajiban wanita muslimah, tanpa tau maknanya. Yang penting rambut ketutup oleh hijab. Aku masih inget, pertama kali pakai hijab ketika masuk SMA. Waktu itu aku sudah merasa risih menampakkan lengan tangan dan kakiku. Semua alami terjadi begitu saja, bahkan ketika masih SMP meski belum berhijab aku berusaha pakai baju lengan panjang dan celana panjang.

Kuputuskan memakai hijab ketika memasuki SMA. Tapi namanya setiap orang yang sedang berusaha memperbaiki diri pasti akan di uji oleh Allah swt. Aku mengalami perjuangan yang panjang ketika SMA hingga aku benar-benar mantap berhijab. Sempat lepas pakai hijab selama hampir 2 tahun. Alasanya? Banyak banget godaan buat istiqomah berhijab. Dulu jaman SMA lagi ngetrend banget rebonding, dan akupun yang rambutnya ikal menggelombang ini nggak mau ketinggalan trend. Alhasil merasa cantik dengan rambut lurus, akupun menanggalkan hijab... Sekolah tetap pakai hijab, tapi kalau pergi-pergi diluar jam sekolah aku nggak pakai hijab.  Meskipun aku nggak berhijab, pakaianku tetap sopan pakai serba lengan panjang. Sempet dinasehatin orang tua "jangan sampai gara-gara rebonding kamu copot jilbab" tapi tetep cuek aja. Duh norak deh pokoknya! Hahaha.. Bahkan nggak cuma orang tua aja, tetangga, sampe temen-temen mamahku sempet kaget dan menyindir secara halus aku nggak lagi berhijab. Namanya juga anak muda, lagi seneng-senengnya ya masa bodoh apa kata orang. Ditambah banyak temen-temenku yang kelakuanya serupa denganku, serasa ada temenya gitu.. Hahahha. Pengalaman terparah adalah ketika kelas dua SMA aku ikut kompetensi dance dan mengharuskan aku nggak pake hijab. Nah ternyata di kompetisi itu banyak banget temen-temen SMA aku yang pada nonton. Alhasil aku jadi trending topik besoknya gara-gara copot hijab buat ngedance.


Menjelang kelas tiga SMA, sedikit demi sedikit mulai insyaf hehehe. Udah ngerasa nggak nyaman keluar rumah tanpa hijab. Alhamdulilah pelan tapi pasti aku mulai pakai hijab lagi ketika keluar rumah. Memasuki kuliah, aku tetap istiqomah dengan hijabku.. Tapi you know lah waktu itu masih ikut-ikutan pakai hijab yang lagi ngetrend, celana jins ketat, baju ngepas, jilbab cekak (nggak menutup dada), nggak pakai kaos kaki. Hijab ala kadarnya banget. Dulu bahkan belum banyak temen-temenku yang berhijab. Baru ketika dian pelangi nongol, tiba-tiba hijab jadi booming dan banyak orang mulai pake hijab. Begitupun ketika banyak tutorial hijab bertebaran karena trend dian pelangi ini, aku tetep nggak ketinggalan ngikutin trend.

Waktu itu aku masih belum bisa memaknai hijab, belum banyak pengetahuan yang aku punya tentang aturan-aturan dalam mengenakan hijab. Entahlah, mungkin karena aku tidak diajari atau karena lingkungan tidak membawaku ke arah situ atau aku yang males belajar agama -.- Tapi lagi-lagi ada sesuatu yang aku rasakan secara alami. Aku ngerasa risih pakai baju cekak (yang nggak nutup pantat) karena waktu itu aku masih pakai celana jins juga. Mulailah aku pakai baju yang panjang-panjang. Senggaknya sampai sepaha dan menutup bagian pantat.

Dikampus mulai terlihat perkumpulan ukhti-ukhti yang pake jilbab lebar dan panjang. Awalnya aku menanggapi biasa saja sebagai sesuatu yang wajar. Bodohnya aku nggak berpikir apa kira-kira alasan mereka pakai jilbab selebar dan sepanjang itu. Belum lagi mereka adalah orang-orang minoritas. Nggak banyak cewe dikampusku yang pakai hijab lebar. Jadilah aku mengganggap sebagai angin lalu. Cewe berhijab panjang dan bercadar waktu itu diidentikan sebagai teroris, yaa lagi ramai-ramainya berita teroris juga dan menyoroti para istri-istri teroris yang hijabnya lebar dan bercadar. Sempat menimbulkan stereotype negatif tentang cewe bercadar. Meskipun berita itu sangat ramai, aku sama sekali nggak berpikir demikian. Itu cuma oknum-oknum yang tidak memaknai ajaran islam secara baik dan benar, mereka mencoba menghancurkan islam dengan cara-cara yang picik.

Menjelang kuliah semester enam aku mulai risih pakai celana jins aku pun mulai membeli rok sama baju-baju dress, dan pakai rok kalo kemana-mana. Baju sedikit longgar lah nggak ngepres badan. Tapi jilbab belum panjang, masih cekak belum menutup dada. Kebiasaan pakai rok terus berlangsung sampai masuk kerja. Walaupun masih suka pakai celana jins sekali-sekali, tapi itupun udah jarang banget.

Oya selama kuliah aku sempat mengalami yang namanya sebel sama cewe berhijab lebar. Bukan karena mereka disebut teroris atau apa, bukan itu.. Lebih ke personal orangnya. Aku sempat beberapa kali menjumpai cewe berhijab lebar yang nggak menjaga dirinya secara penampilan. Maksudnya gini, maaf kalo agak kasar: mereka bau, pakaianya lusuh dan kotor, penampilan kucel kayak nggak mandi, bajunya nggak padan, kaos kakinya bau.. pokoknya serba nggak enak dilihat lah. Aku tahu, sejatinya cewe berhijab memang gak boleh tabarujj berdandan berlebihan, pakai baju yang mewah/ glamour, nggak boleh berparfum ato pakai perhiasan berlebihan yang bisa memikat lawan jenis yg bukan mahram. Tapi menurutku nggak gitu juga.. Bukankah Allah swt mencintai kebersihan dan keindahan, meskipun tanpa makeup dan tanpa parfum setidaknya jagalah biar wajah nggak kucel, jangan mendzalimi orang lain dengan bau badan (karena jujur aku sering ngumpat sama orang-orang yg bau badan) kesel banget, kenapa mereka nggak peduli bahkan sama bau badannya sendiri?:'( Walau berpenampilan sederhana, seharusnya tetap menjaga kebersihan diri dan pakaian, menjaga kepadu-padanan pakaian. Jadi stereotype ku saat itu tentang wanita berhijab lebar adalah seperti itu: jorok. Aku bahkan nggak berminat buat pakai hijab lebar.. Takut ketularan joroknya mereka pikirku waktu itu.


Belakangan juga sempet muncul banyak cewe-cewe berhijab syar'i yang kesannya mereka sangat glamour seperti kalangan sosialita dengan baju syar'i yang mewah dan aku yakin harganya nggak murah, dandanan agak sedikit berlebihan. Sampai sekarang ini cukup menjadi trend loh. Aku termasuk yang nggak setuju sama mereka ini. Disamping aku nggak setuju dengan yang jorok, aku nggak setuju juga dengan yang berlebihan. Lagi-lagi sebaiknya berhijab itu yang sederhana dan simpel. Tapi tetap menjaga penampilan diri namun tidak berlebihan.

Maindset aku tentang cewe berhijab lebar tapi jorok berubah ketika aku KKN di semester 7. Salah satu temen kelompokku ada yang berhijab lebar dan bercadar. Anaknya sopan dan baik banget. Meski agak rempong sih dia pemalu banget. Pas pertama kali tidur bareng sekamar sesama cewe dia nggak mau lepas hijab. Padahal kita sesama cewe kan nggak apa-apa. Tapi akhirnya kita mulai terbiasa. Aku bahkan deket banget sama dia, banyak tanya soal hijab dan agama ke dia. Dia banyak ngasih tau ayat-ayat al-quran tentang hijab, aturan-aturan berhijab yang benar. Aku juga menanyakan awal mula keputusan dia buat pakai hijab lebar. Diapun menceritakan kisahnya.. dia berhijab panjang dan pakai cadar katanya belum lama baru setahunan. Dulunya dia sama kayak cewe-cewe lain, berhijab ala kadarnya, pake celana ketat dan masih sering lepas hijab. Dia juga sama kayak aku jadi korban trend rebonding, hahaha. Bahkan kalo pergi-pergi dia suka pakai celana hotpants. Suatu hari dia bermimpi, dan mimpi itu merubah dia untuk memantapkan diri menjadi lebih baik. Dia mimpi dicabut nyawanya sama malaikat pencabut maut, dan dia sempet merasakan sakitnya dimimpi itu ketika dicabut nyawanya. Bahkan dia mikir, mungkin waktu itu dikira beneran mati. Eh ternyata cuman mimpi. Setelah itu dia takut banget, dan tersadar bahwa kematian adalah sesuatu yang sangat dekat dan bisa terjadi kapan saja. Kalo nggak sekarang memperbaiki diri, kapan lagi kan? Diapun mulai banyak memperdalam ilmu agama, dan memperbaiki cara berhijabnya pelan-pelan. 

Mendengar ceritanya, aku cukup terinspirasi dan membenarkan apa yang dia katakan. Selama KKN itu pokoknya dia jadi guru ngaji aku deh. Aku yang paling cerewet sering tanya soal agama ke dia. Sebenernya, sejak awal kuliah aku udah merubah kebiasaanku dalam membaca Al-Quran. Aku mulai beli AL-Quran yang ada terjemahannya, setelah baca huruf arabnya aku baca terjemahanya biar lebih paham makna dan artinya. Tapi memang belum bisa sepenuhnya menerapkan sih dari apa yang aku baca. Berat banget emang ya mau jadi orang bener tuh :'). Semenjak berteman dengan dia, terbesit keinginanku buat memperbaiki cara berhijab. Dan mulai punya niat, suatu hari nanti harus bisa pakai hijab yang beneran hijab sesuai syariat islam. Setelah itu hingga sekarang aku mengalami proses yang cukup panjaaang. Aku tipikal orang yang berubahnya pelan banget tapi pasti, berusaha tidak terburu-buru hanya karena mengikuti nafsu sesaat yang nanti akhirnya cuma mood-mood-an nggak istiqomah.

Celana jins udah aku coret dari darftar hidupku, selain badan melar yang bikin jins pada nggak muat, aku juga merasa risih banget pakai celana ketat. Jadilah sejak itu sampai beberapa minggu yang lalu aku selalu pakai rok, celana longgar dan baju longgar. Hijabku? masih belum istiqomah, aku berusaha pelan-pelan buat nyari style hijab yang cocok sama muka aku yang bulet ini. Kadang masih pake hijab cekak, kadang pakai yang syar'i. Karena kekadang-kadangan itulah justru lama-lama aku merasa nyaman dengan hijab syar'i dan mulai risih pakai hijab cekak, rasanya nggak tenang gitu hijabku cekak nggak nutup dada. Bahkan kalo dipikir-pikir dengan akal sehat iya juga, nggak pantes perempuan berhijab tapi bajunya ketat dan dadanya masih menonjol (sebutanya jilboob). Nggak enak aja gitu diliat. Sering banget aku kalo lagi dikampus mengamati mereka-mereka ini yang berhijab tapi masih serba ketat, sangat nggak pantes buat dilihat. Aku sama sekali nggak nge-judge mereka yang masih berpenampilan seperti itu, mereka sama seperti aku yang sedang mengalami proses hijrah. 

Aku juga mulai membiasakan pakai kaos kaki sejak masuk kuliah S2. Awalnya karena jogja panas dan bikin item kaki, makanya aku pakai kaos kaki. Tapi lama-lama aku berusaha untuk pakai kaos kaki karena kaki itu bagian dari aurat perempuan. Di S2 ini aku juga ketemu temen yang sama-sama sedang berhijrah, dan kita jadi temen satu geng gitu namanya cantik soleha, hahahha. Dia termasuk orang yang cepet dalam berhijrah, pakai hijab baru sekitaran setahunan dia udah mantap pakai yang syar'i. Kemana-mana selalu pakai rok/gamis dan jilbabnya pun lebar menutup dada. Dan dia itu termasuk yang tangguh dan nggak goyah sama pendiriannya, meski barhijabnya belum lama. Nggak kayak aku yang kadang masih suka naik-turun. Dan banyak temen aku pada mulai memperbaiki cara berhijabnya, belum lagi adik aku nomer dua juga udah menerapkan hal ini. Pakai rok dan melebarkan hijab. Selebihnya, di lingkungan UGM banyak sesama cewe yang hijabnya pada lebar, dan mungkin jumlahnya cukup banyak tapi mereka tetap menjaga penampilan alias nggak jorok. Alhasil lingkungan yang mendukung, memantapkan aku untuk jangan goyah lagi. Belum lama sih, mungkin baru sekitar dua mingguan ini aku merasa mantap lagi untuk selalu pakai rok dan men-syar'i kan hijabku. Dan aku selalu berusaha belajar tentang fiqih perempuan, karena perempuan dalam islam punya aturan-aturan sendiri yang harus dipahami. Jangan sampai aku hanya tau ilmu dunia tapi bodoh ilmu agama dan akhirat. Bismilahirahmanirahim... meskipun proseku ini sangat lama, semoga saja kemantapan ini menjadi awal yang baik untuk tetap dalam istiqomah. Amin YRA.
Continue reading Hijrah, Sebuah Catatan Spiritual yang Panjang

Saturday, 17 December 2016

((Pengalaman)) Innovative Academy UGM, Mendirikan Start Up Berbasis Permasalahan Sosial

Beberapa bulan yang lalu, sekitar bulan April 2016 aku ikut salah satu program kewirausahaan di UGM. Namanya Innovative Academy, ini adalah sebuah program inkubasi selama 3 bulan yang dikelola oleh UGM dan Kibar untuk menciptakan enterpreneur yang bisa memberikan impact pada masyarakat. Output dari program ini bagi peserta yang bisa lolos hingga tahap inkubasi adalah mendirikan sebuah start up. Peserta yang boleh mendaftar adalah mahasiswa baik S1, S2, dan S3 maupun alumni UGM. Diharapkan start up ini mampu membantu permasalahan yang terjadi di masyarakat. Jadi konsep pendirian start up berangkat dari permasalahan yang terjadi di masyarakat, kemudian nanti dikerucutkan lagi untuk memilih akan fokus di bidang apa. Banyak ide-ide yang muncul dari berbagai bidang seperti ekonomi, pendidikan, budaya dan lain sebagainya.

Proses untuk bisa mendirikan start up ini cukup panjaang dan menyita waktu, tenaga, pikiran. Tapi cukup asyik dan memberikan banyak pengetahuan serta pengalaman baru. Sistem programnya pun ala-ala rekruitmen karyawan perusahaan gitu. Dari awal pendaftaran hingga akhir program akan ada peserta yang gugur satu persatu. Dimulai dari pendaftaran yang harus ngisi data diri, ide stratup yang ingin dibangun dan essay singkat yang lumayan banyak poinya tentang motivasi hidup dan motivasi mengikuti program. Seingetku ada 5-8 pertanyaan yang ditujukan untuk melihat minat serta kesungguhan kita dalam mengikuti program ini.

Aku pun lolos tahap pertama, yang aku sebut sebagai tahap administrasi. Lalu ada lagi tahap selanjutnya tapi aku lupa apa dan ngapain, yang jelas aku lolos sampai  ikut boothcamp selama tiga hari yang berlokasi di GSP dari hari jumat sampai minggu. Total peserta yang ikut boothcamp sekitar 120-an dari pendaftar 400-an orang. Acara boothcamp berlangsung dari pagi sampai sore. Di boothcamp ini juga terjadi proses seleksi dengan sistem gugur yang nantinya peserta tersisa akan mengikuti inkubasi 3 bulan. Nah disini juga ada sistem gugur lagi sampai akhirnya peserta nyisa 60-an orang dan aku masih lolos. Aku lupa detilnya selama tiga hari itu ngapain aja. Tapi seingatku, kita nanti dibentuk kelompok dengan cara pembentukan kelompok yang cukup unik dan sedikit ngeselin haha. Satu kelompok berisi 5-6 orang. Setelah kelompok terbentuk kita berdiskusi untuk menentukan ide stratup apa yang akan di usung. Nah disinilah akan terlihat mana orang egois, mana orang tertindas, dan mana orang bijaksana hahah. Jadi sebenarnya setiap peserta sudah punya ide startup-nya masing-masing, tapi disini kita harus mengeluarkan satu suara untuk menentukan satu saja ide startup yang akan kita bangun. Prosesnya anda tau lah bagaimana, orang egois akan selalu ngotot, orang tertindas akan mengalah, dan orang bijaksana akan mencoba menenangkan masing-masing pihak haha. Susah pokoknya agak bikin emosi, dan anda juga tau akhirnya dikelompokku siapalah yang menang "ya orang yang egois itu". Kita (terpaksa) sepakat pakai idenya dia. Sebenernya ide dia cukup bagus, tapi sikapnya itulah yang tidak cukup bagus. Tapi disini aku dan temen-temen lain berusaha menyeimbangkan ide dia biar ide anak-anak lain juga bisa dikombinasikan dengan idenya dia.

Setelah sepakat dengan ide startup esoknya kita brainstroaming buat mematangkan konsep. Di hari itu ada workshop seputar startup dengan pembicara para pendiri startup (waktu itu pembicaranya dari Kibar, Pasienesia, Kerjabilitas, SaleStok, dan Mojok.com) ada game, dan  diskusi kelompok  yang hasilnya akan dipresentasikan esok harinya. Jadilah kita mempersiapkan si presenter (1 orang perwakilan kelompok) dan materi presentasi untuk dipresentasikan didepan juri. Besoknya berjalanlah sesi presentasi dari sekitar kurang lebih 20-an kelompok dari pagi jam 8 sampai jam 3 sore. Ada beberapa kelompok yang disanjung karena ide yang cukup bagus (termasuk kelompokku) dan ada juga yang kurang bagus. Sorenya dari jam 3 sampai sekitar maghrib ada sesi tambahan yang cukup menegangkan, yaitu sesi wawancara. Model wawancara bukan perorangan tapi per kelompok. Sekali wawancara sekitar 4 kelompok jadi ada 20-an orang yang diwawancara dalam satu ruangan. Kita masuk ke sebuah ruangan dengan duduk berjejeran membentuk setengah lingkaran dan ditengahnya adalah pewawancara serta ada beberapa anak-anak panitia acara. Disinilah kita akan di uji oleh pewawancara (3 orang pewawancara). Sesinya cukup menegangkan karena pewawancara ngomongin panjang lebar tentang kehidupan ini ala-ala motivator atau ESQ gitu tapi ini ngomongnya serem sumpah bikin tegang -.-. Di sesi ini pewawancara akan melontarkan pertanyaan, kita peserta (20 orang) disuruh menjawab pertanyaan tersebut dengan cara langsung menjawab secara bebas tanpa harus tunjuk tangan. Disinilah terjadi rebutan mulut buat jawab. Sampe sedikit ricuh, karena lagi-lagi keliatan mana orang egois yang maunya mendominasi untuk ngomong, Sebenernya nggak jawab pun nggak masalah sih nggak akan diomelin juga. Dan sejujurnya orang-orang egois itu sepertinya merekalah yang akan dieliminasi, karena pewawancara sempet beberapa kali kesel dan sedikit ngomelin orang-orang macam ini. Kurang lebih ngomelnya seperti ini "Kamu lagi, kamu lagi. Gantian dong orang lain yang ngomong. Kamu diam! kasih kesempatan yang lain buat ngomong!"

Setelah melontarkan pertanyaan-pertanyaan, tibalah sesi terakhir yang sekaligus dapat menimbulkan perpecahan hubungan :D (ini serius!). Pewawancara akan menanyai leader kelompok, "dari skala satu sampai lima, mana urutan orang-orang dalam kelompok kalian yang paling berkontribusi dan nggak berkontribusi?". Disini sempet tegang banget, ya iya lah ya pasti nggak enak satu sama lain main jujur-jujuran gini -_-. Orang yang ditunjuk sama leader sebagai orang paling nggak berkontribusi dalam kelompok akan ditanyai balik oleh pewawancara, "kamu setuju nggak dibilang paling nggak berkontribusi?" Terjadilah perang dalam kelompok.. hore rameee!! Sebenernya di sesi ini pewawancara ingin melihat kedewasaan kita dalam bertindak, berfikir, dan memecahkan masalah. Sikap kita dalam menanggapi akan dinilai oleh pewawancara "layak atau tidak" untuk mengikuti inkubasi selama tiga bulan. Selepas keluar dari ruangan, keliatan banget pada diem-dieman seribu bahasa nggak ngomong satu sama lain... duh lucu kalo inget hahaha!

Beberapa hari kemudian aku dapet email dari Innovative Academy. Isi emailnya tidak menyebutkan aku lolos atau enggak tapi lebih ke persetujuan dari aku untuk berkomitmen dalam mengikuti masa inkubasi 3 bulan. Disitu juga tertera aturan-aturan serta jadwal yang harus aku lalui selama tiga bulan inkubasi. Inkubasi akan dilakukan setiap akhir pekan sekitar jumat sampai minggu. Jadi nggak akan mengganggu jadwal kuliahmu, tapi cukup mengganggu jadwal jalan-jalanmu XD. Masa inkubasi hanya meloloskan 30 orang saja, artinya separuh dari peserta akan tereliminasi. Selama inkubasi pun akan ada sistem gugur lagi hingga hanya orang-orang tangguhlah yang tersisa. Balik lagi ke persetujuan komitmen, disitu tertulis masa inkubasi adalah bulan Mei-Juli 2016. Dan disitulah aku keinget mau ngurusin nikahan, karena awal Agustus aku bakal merit. Setelah dipikir-pikir nggak bakalan bisa aku ngurus nikahan sembari ikutan program ini. Apalagi weekend adalah waktu terluasa buat balik ke Purwokerto ngurusin nikahan. Ditambah waktu itu posisi aku masih ada kuliah dan banyak tugas. Dengan berat hati aku menyatakan ketidaksetujuan dan otomatis dinyatakan mengundurkan diri hiks :'(. Sejauh ini perjuangan hingga tahap akhir memasuki inkubasi itu luar biasa banget. Meski nggak sampai ke inkubasi tapi cukup memberikan pengalaman yang berkesan. Kabar-kabarnya sih buat orang-orang yang sudah menyatakan persetujuan akan diseleksi lagi buat bener-bener lolos ke tahap inkubasi. Nah buat kalian anak UGM yang punya jiwa-jiwa pengusaha nggak ada salahnya ikutan program ini buat mengukur kemampuan kamu dalam berkompetisi.
Continue reading ((Pengalaman)) Innovative Academy UGM, Mendirikan Start Up Berbasis Permasalahan Sosial

((Review)) Vitacid, Salep Ampuh Pengusir Jerawat



Tiba-tiba aku merasa harus menulis ini buat sharing kepada para pejuang jerawat di luar sana :D. Sebenernya udah banyak sih yang mereview si Vitacid, tapi nggak papa lah aku ikutan nulis buat sekedar kasih gambaran aja dengan hasil kerja dari Vitacid. Mengingat aku udah melanglang buana dalam mengobati jerawat T.T

Awal tau Vitacid nggak sengaja nemuin salah satu blog yang meriview tentang doi. Hasil reviewnya positif. Aku mulai cari review blog-blog lain buat ngeliat gemana hasil pemakaian Vitacid. Kalo nggak salah mungkin aku baca ada sekitar 8-10 blog yang mereview Vitacid dan secara keseluruhan mereka menyatakan Vitacid ini sangat bagus untuk ‘mengusir’ jerawat. Merasa tertarik dan yakin akhirnya malam itu juga aku langsung beli di apotek terdekat. Berdasarkan informasi, Vitacid ini ada tiga macem dosis 0,025%; 0,05%; dan 0,1%. Harusnya kita pakai Vitacid dari yang dosisnya terendah yaitu 0,025% karena banyak yang bilang efek salep ini cukup “keras” di kulit wajah.

Begitu sampai di apotek ternyata adanya Vitacid yang dosis 0,05%. Agak ragu beli waktu itu karena takut berefek nggak baik di kulit. Melihat kebimbanganku, mbak apotekernya langsung tanya “mba sebelumnya pernah pakai cream dokter?”, Kujawab “Iya pernah mba, sekarang juga masih pake”, mbaknya bilang lagi “Kalo gitu mending pake yang dosis ini aja 0,05% karena mba kan udah terbiasa pake cream dokter yang sifatnya keras. Biasanya kalo pake yang dosis 0,025% nggak akan ngefek di kulit mba”. Seketika keraguanku pun hilang, iya juga sih aku pikir.  Mbak apotekernya juga bilang kalo pake tipis-tipis aja di bagian yang berjerawat, kalo nggak kuat sama efeknya bisa dipake selang-seling nggak harus tiap hari, terus kalo tidur sebaiknya dalam kondisi gelap atau pake lampu tidur yang redup banget.  Akhirnya akupun beli Vitacid dengan dosis 0,05% seharga 40.000.

Selepasnya aku penasaran banget sama ini salep sebenernya sekeras apakah efeknya? Karena aku udah sering mengalami ketidakenakan pengobatan jerawat dari yang kulit gatel-gatel, purging, kemerahan, mengelupas, perih, kering dan lain sebagainya. Kalo di keterangan dalam kardus ada keterangan efek samping seperti kemerahan, bengkak, melepuh atau mengeras, iritasi, sensitif terhadap sinar matahari. Bahkan salep ini sangat nggak aman buat busui dan bumil. Oke, sedikit mengerikan memang. Tapi mau gemana lagi aku udah bertekad mau pake dan yaah namanya juga usaha ya siapa tau cocok.

Hari pertama pakai biasa aja, nggak ada efek yang berati. Hari kedua pakai pas bangun tidur ada beberapa jerawat yang nongol sejenis jerawat mateng gitu mungkin sekitar 5-6 jerawat dan ada rasa perih kebakar di beberapa jerawat. Lumayan banyak yah. Hari ketiga sampe ke lima, dari jerawat yang nongol itu ada yang kemudian muncul mata jerawat dan pecah, ada juga yang nggak muncul jerawat tapi mereka lama-lama layu dan kempes sendiri. Dan aku sempet tidur lupa matiin lampu pas pake Vitacid dan itu perih bangett mukanya panas gitu kayak kebakar.

 Hari ke enam dan ketujuh aku berhenti pake Vitacid karena waktu itu pergi ke luar kota dan lupa nggak bawa. Hari ke delapan sampe hari keempat belas. Selama hari-hari itu... benarlah aku mengalami kondisi kulit seperti yang dijelaskan dalam petunjuk. Kulitku berubah jadi kemerahan, mengeras dan agak bengkak, tapi itu cuma dibagian jerawat-jerawatnya aja. Aku juga mengalami gatel-gatel di bagian jerawat dan kadang aku garukin karena saking gatelnya. Di area kulit yang berjerawat juga muncul semacam jerawat kecil-kecil kayak komedo gitu yang lama-lama keluar isinya kayak bulir-bulir wijen gitu. Katanya sih ini purging juga, karena si Vitacid juga mengeluarkan bakal-bakal jerawat di kulit. Cara kerja Vitacid itu menguras cairan jerawat. Kulitmu akan terasa lebih kering dan lebih banyak jerawat mateng dan bibit-bibit jerawat yang muncul. Tapi disamping purging yang luar biasa ini, di bagian kulit wajah yang lain juga ada yang mulai mengalami perbaikan. Bagian kulit pipi kanan kiri dekat hidung, dagu, dan di bagian jidat. Padahal sebelumnya sering banget nongol jerawat apalagi kalo mau mens tapi sejak pakai Vitacid kulit di bagian tersebut nggak pernah muncul jerawat lagi serta bekasnya lambat laun memudar. Tentunya di bagian kulit tersebut juga sempat mengalami purging ya, tapi purgingnya nggak parah dan lebih cepet sembuh dibanding bagian kulit lainnya.

Aku mulai mengalami purging tidak mengenakan ini sejak pemakaian hari ke delapan sampe ke empat belas. Selama pemakaian Vitacid juga lebih baik menghindari terkena sinar matahari langsung, dan kalo bisa kemana-mana pake masker wajah sama sunblok biar gak kebakar kulitnya. Tapi entah kenapa aku ngerasanya biasa aja, karena mungkin udah kebal dengan efek produk yang semacam ini.
Buat sebagaian orang yang nggak terbiasa mungkin akan ngerasa nggak kuat dengan efeknya. Kamu bisa menghentikan pemakaian Vitacid selama beberapa hari buat menetralisir kulitmu, setelah di rasa siap kamu bisa mulai pakai lagi. Buat yang nggak masalah dengan efeknya, sesekali kamu harus mengistirahatkan kulitmu selama satu atau dua malam tanpa Vitacid. Kasian banget soalnya kulit kita kena obat keras terus T.T

Pemakaian Vitacid di minggu ketiga aku barengi dengan minum Jovem Gluberry. Ceritanya kakak sepupu aku member gitu, terus liat aku jerawatan ditawarin produk ini. Nggak ada salahnya mencoba, terus aku seminggu minum jovem. Efeknya justru jerwatku makin banyak yang mateng dan nggak sembuh-sembuh. Usut punya usut ternyata Jovem bersifat mendetoksifikasi kulit dan mengeluarkan semua bakteri penyebab jerawat. Efeknya bakal banyak jerawat yang keluar sejenis purging. Mirip gitu efeknya sama si Vitacid, tapi Jovem lebih menyembuhkan dari dalam tubuh. Dan ternyataa juga.... si Jovem ini nggak bisa dibarengi dengan perawatan kimiawi seperti krim dokter dan krim atau obat-obatan lainnya. Oh ya pantesan aku minum Jovem sama pake Larissa + Vitacid malahan nggak sembuh-sembuh. Jadi jerawat mateng terus bermunculanlah di wajahku. Akhirnya aku putuskan untuk menghentikan minum Jovem dan memilih pakai vitacidnya, sisa Jovem yang tinggal dikit aku kasihkan buat diminum suamiku. Kondisi kulit setidaknya berangsur-angsur lebih membaik.
 
Sekarang pemakaian Vitacid udah memasuki 6 minggu.  Ini dia hasilnya, jerawat di jidat dan dagu hilang dan bekasnya berangsur memudar. Masih ada jerawat mateng di pipi kanan dan kiri. Tapi Cuma dibagian itu-itu aja. Kalo aku pikir mungkin memang dibagian kulitku itu (yang ada jerawat matengnya) memang udah terinfeksi bakteri jerawat dengan sangat parahnya, jadi penyembuhanya pun cukup memakan waktu lama. Jadi gini siklusnya... dibagian kulit yang ada jerawat matengnya berkali-kali jerawat itu muncul-mateng-pecah-kempes..... dan balik lagi ke siklus semula muncul-mateng-pecah-kempes. Siklus ini berlangsung sampe mungkin 4-5x. Itu Cuma dibagian kulit yang sama. Agak capek dan pegel sih karena meninggalkan bekas yang “lumayan” tidak enak dipandang mata T.T. Nah dibagian kulit yang lain ada yang udah anteng, nggak nongol lagi jerawatnya tinggal bekas-bekasnya aja (masih lumayan banyak bekas jerawat di pipi, tapi ada yg udah memudar). Dibagian bekas jerawat itu tetep aku olesin vitacid buat menghilangkan bekas jerawat. Beberapa kali sempet muncul jerawat kecil-kecil banget yang mateng tapi kemudian hilang sendiri dengan cepat. Kadang juga masih nongol jerawat kecil yang isinya kayak wijen gitu. Kulit muka dibagian bekas jerawat agak memerah bengkak, dan kadang merah banget. Saranku sih berdasarkan baca-baca review buat meredakanya bisa pakai lotion jerawat yang water based dan noncomedogenic atau pake sejenis blemish gel gitu. Kalo aku sementara meredakan kemerahan dan bengkak pake es batu, karena belum sempet beli acne lotion/gel-nya. Penilaianku vitacid ini cukup bagus, meskipun di aku prosesnya lumayan lama karena kondisi kulit orang kan berbeda-beda. Menurutku pemakaian vitacid ini sebaiknya dibarengi dengan pola hidup sehat, penting banget jangan begadang!, pola makan yg sehat juga perawatan kulit dan penggunaan produk lain yang bisa mendukung perbaikan dan pemulihan kulitmu.

Updated September 2017
Semenjak beli vitacid aku rutin pakai hampir setiap hari selama 6 bulan. Hasilnya bagus di kulit, kulit wajah sempet bersih banget nggak ada jerawat yg parah.. ada jerawat kecil tapi nggak parah. Bekas jerawatnya masih ada.. bopeng-bopeng gitu tapi nggak parah.. nggak keliatan banget juga soalnya aku barengin pake skin care buat ngilangin bekas jerawat. Setelah pemakaian yg panjang, aku sempet mengistirahatkan kulitku 1-2 bulan lebih karena pemakaian produk ini jangka panjang kan juga nggak baik. Apalagi waktu itu kan kondisi kulitku udah membaik. Tapi sayangnya karena aku punya jerawat hormonal (jerawat yg nongol kalo mens) jadi jerawatku mulai nongol lagi. Waktu itu aku cuekin sih, tapi akhirnya setelah beberapa bulan vakum aku balik pake vitacid lagi. Mungkin buat orang-orang yg nggak punya jerawat hormonal, pake ini bisa cukup ampuh menyembuhkan. Tapi buat yg punya jerawat hormonal kayak aku mungkin harus diobatin sampai tuntas. Dan harus cari cara pemakaian yg tepat biar jerawat nggak muncul parah lagi.

Sekarang ada produk sejenis yg lagi hits banget namanya oxy by Rotho katanya ampuh banget buat jerawat. Pernah tergoda buat cobain si, tapi nggak jadi karena selama aku cocok pake vitacid ngapain harus tergoda produk lain yg sejenis? Apalagi oxy harganya cukup mahal dan fungsinya sama aja kayak vitacid. Belum lagi aku juga pake produknya acnes yg notabene itu se-pabrik sama oxy. Jadi kalo ada produk yg cocok dan lebih low buget yaa kenapa enggak pilih yg lebih murah 😃

Baca juga:
Review my daily skin care routine for acne
Review acne pressed powder erha
Review la tulipe acne lotion
Review the body shop tea tree series
Review nature republic aloe vera gel
Continue reading ((Review)) Vitacid, Salep Ampuh Pengusir Jerawat