Thursday, 28 April 2016

Yuk, Merawat Kulit Berjerawat!

Masalah jerawat emang nggak pernah ada habisnya, satu ilang eh yang lain nongol atau yang lebih parah lagi dateng keroyokan. Aduhhh pusing deh menghadapi jerawat, rasanya hayati lelah bang (lebaaaayyy). Kali ini aku mau share nih pengalaman pribadiku sendiri. Sebagai salah satu orang yang juga berjuang melawan musuh (jerawat), penting buat nge-share ilmu ke temen-temen yang juga mengalami nasib serupa, hiks sedih :(

Sedikit cerita yah awal mulanya berjerawat, dulu nggak pernah tuh yang namanya ada jerawat dan bekas jerawat di wajah. Paling nongol satu dua abis itu ilang ditelan bumi. Muka bersih cling, mulus luus kayak jalan tol. Tapi suatu waktu karena waktu itu masih jaman kuliah (jaman alay) mulai centil dandan, suka pake make-up, dan tergoda buat perawatan wajah (facial, cream dokter) dari situlah jerawat berdatangan satu persatu.

Kalau masalah dandan dan ber-make up menurutku sih no problem, karena sehabis pakai make-up selalu dibersihin. Nah kalau yang satu ini nih soal perawatan wajah yang jadi biang keladinya. Awalnya makai cream dokter karena ngikut mamah yang juga perawatan dokter karena ngobatin sakit kulitnya (vertiligo). Aku makai cream yang buat mutihin wajah sama mencegah jerawat. Alhasil wajah putih dan glowing, sampai temen-temen pada tanya aku makai apaan, kulit muka bisa putih glowing gitu. Setelah itu aku tertarik buat facial, peeling wajah dan aneka perawatan wajah lainnya. Sayangnya dulu aku perawatan wajah berani coba-coba. Kalau ada tempat baru dan diskon, langsung ngiler dan di jajal deh. Padahal (baru akhir-akhir ini taunya) buat perawatan wajah harus konsisten di satu tempat buat menghindari adanya berbagai reaksi di kulit wajah kita kalau nggak cocok dengan produk di skincare/ dokter itu. Apalagi kulit aku sebenernya sensitif banget, huhuuu.

Menjelang satu tahun akhir kuliah mulai deh muncul jerawat, di pipi sebelah kanan bagian bawah (deket dagu) dan munculnya pritilan langsung ada tiga! yang satu gede, lainnya bibit jerawat. Jerawat itu ngebekas sampai sekarang dan selalu kumat muncul klau lagi masa PMS. Jadinya nggak ilang-ilang deh :( 

Sejak ituu.. muncul deh jerawat satu persatu, sampai muka pernah ngalamin breakout banget karena jerawat yang grudugan di tambah bekas jerawat yang juga tak kunjung hilang. Karena kondisi wajah yang lumayan bikin nggak pede, aku langsung fokus buat ngebersihin wajah dari jerawat-jerawat bandel. Waktu itu dan sampai sekarang masih trauma sama skincare atau klinik kecantikan. I dont trust them, forever! Aku mulai pikir otak dan cari info sana-sini buat ngilangin jerawat tanpa melibatkan yang namanya klinik kecantikan! Aku juga mulai menghentikan pemakaian cream dokter karena sempet mengalami iritasi kulit di lekukan hidung kanan-kiri dan lekukan bawah bibir. Jadi tuh nggak cuman iritasi merah aja tapi juga rasanya itu perih banget kayak di beset silet gitu. Dan dibagian kulit yang iritasi selalu mengelupas, efeknya ke make up deh bikin nggak rata karena dibagian-bagian itu selalu pecah hasil make up nya.

Nah namun berhubung aku mau menikah (ciyee) jadi butuh banget yang namanya pengobatan jerawat dan akhirnya aku pake Erha (bisa baca postingan aku yang sebelumnya. Alhamdulilah sejauh ini cocok dan muka berangsur-angsur membaik. Tapi buat temen-temen yang memang nggak mau menggunakan perawatan wajah dari skincare tertentu atau dokter kulit, bisa juga di coba menggunakan skincare yang umumnya ada dipasaran / menggunakan bahan-bahan alami.

Tapi berdasarkan pengalaman melawan jerawat kurang lebih selama hampir 3 tahun (lama bener ye) ada beberapa poin penting yang harus diperhatikan yang cukup berpengaruh bagi kondisi kulit. Asalkan kuncinya adalah mau sabar dan telaten: 

1. Pola hidup sehat
2. Menjaga kebersihan kulit
3. Menggunakan kosmetik yang cocok untuk jenis kulit.

Yuuuk cin kupas tuntas satu per satu..

1. Pola Hidup Sehat.

Ini salah satu hal utama yang penting banget buat diperhatikan. Kalau mau menghilangkan jerawat, harus mau merubah pola hidup yang awug-awug-an menjadi pola hidup sehat. Nah apa aja sih bentuk dari pola hidup sehat itu?

a. Perbanyak minum air putih
Yap! banyak minum air putih jadi urutan pertama, idealnya kita minum 8 gelas sehari atau setara 1 liter air. Kalau aku buat takaran biasanya konsumsi pakai botol minum yang ukuran setengah liter. Jadi dalam satu hari aku harus habis minimal 2 botol minum, lebih banyak lebih bagus lagi sih. Banyak minum air putih berguna banget buat proses pencernaan, kesehatan ginjal dan termasuk buat kecantikan kulit juga. Minum air putih harus diimbangi dengan menghindari minuman-minuman pabrik yang nggak sehat. Seperti soda, minuman kaleng, minuman-minuman manis lainnya yang banyak mengandung pemanis buatan & pengawet. Hindari sebisa mungkin, dan ganti dengan air putih.

b. Olahraga teratur
Dulu pernah ngeyel nggak percaya waktu dibilangin mas pacar kalau sering olahraga itu membantu kulit biar tetap bersih dan sehat. Tapi setelah aku praktekan sendiri, its work! Ketika kita berolahraga, kita akan mengeluarkan keringat, dimana di dalam keringat itu terdapat racun/toksin yang dikeluarkan dari dalam tubuh. Dan menurutku dengan rajin berolahraga kulit tampak lebih kenyal, moist dan sehat. Lakukan olahraga rutin 1-3x seminggu. Nggak usah lama-lama, durasi 30 menit-1 jam aja cukup banget buat menghasilkan keringat. Kalo buat yang sibuk harus ngantor pagi-pagi, sempetin aja olahraga 30 menit setelah subuhan. Entah itu jogging ataupun sepedaan juga boleh. Oya buat kulit berjerawat jangan sering-sering berenang di kolam renang umum. Karena air kolam renang banyak mengandung bakteri dan penyakit, jadi bisa memicu muncul jerawat yang lebih parah. Kecuali punya kolam renang pribadi atau renang di laut sekalian itu nggak masalah.

c. Makan sayur dan buah
Yang ini resep mujarab sekaligus sulit diterapkan ya?? Yaaa gimana nggak susah, hidup di jaman serba instan dan junk food jadi makanan sehari-hari, belum lagi makanan-makanan yang mengandung pengawet, MSG, micin.. oh noo!! Itu sebenernya makanan yang justru harus dihindari. Saranku buat yang susah banget makan sayur dan buah bisa di variasi jadi berbagai olahan makanan misal dijadiin salad, jus, es krim, bubur, sandwich dan lain sebagainya. Kalo males repot?? beli aja, asal dijamin kebersihan dan kesehatanya. Konsumsi makanan seimbang dalam satu hari berpengaruh banget buat kesehatan kulit. Misal dalam sehari itu makan 3x, berarti 3x makan itu harus menggunakan lauk yang beragam. Jika makan pagi sudah pakai daging, makan siang seenggaknya makan yang mengandung sayur-sayuran. Buat cemilan sebaiknya mengkonsumsi buah-buahan dari pada jajan yang nggak jelas. 

2. Menjaga Kebersihan Kulit
Menjaga kebersihan kulit memang gampang-gampang susah. Kadang faktor malas adalah penyebab dari kenapa banyak orang kurang menjaga kebersihan kulit wajahnya. Padahal kebersihan kulit itu sangat penting. Ketika kulit kotor atau tidak dibersihkan dengan baik, maka sisa-sisa kotoran yang menumpuk dapat mengakibatkan masalah kulit seperti kusam, jerawat, dan komedo. Untuk membersihkan kulit sebaiknya dilakukan pagi dan malam hari serta setiap habis bepergian. Nah agar kulit bersih nggak cukup dengan menggunakan air aja, tapi gunakan produk perawatan wajah khusus untuk membersihkan kulit.

a. Make up remover
Jika menggunakan make up seperti lipstik, eyeshadow, eyeliner, dsb.. sebaiknya dibersihkan dulu dengan menggunakan make up remover. Make up remover ini digunakan khusus untuk bagian-bagian kulit tertentu aja yang menggunakan make up. Untuk memastikan bahwa make up udah bersih bisa disapukan sebanyak 2x ke bagian kulit yang ingin dibersihkan. Saat ini dipasaran udah tersedia berbagai merek produk make up remover, aku menyarankan belilah yang tidak mengandung alkohol. Kamu tinggal pilih produk yang cocok dengan kulitmu.

b. Gunakan pembersih 2 langkah
Sekarang banyak banget pembersih muka praktis, yang hanya 1 langkah untuk membersihkan kulit. Tapi menurutku jika kondisi kulit berjerawat  atau ingin kulit lebih bersih, mendingan pakai pembersih 2 langkah yang terdiri dari susu pembersih dan penyegar. Pembersih jenis ini meskipun agak repot penggunaanya, bisa menghasilkan kulit yang lebih bersih dibandingkan dengan pembersih satu langkah. Contoh produk yang menyediakan pembersih 2 langkah adalah sariayu, viva, dan marta tilaar. Varian produknya ada banyak, bisa dipilih sesuai dengan jenis kulit. Kalau aku pakai viva susu pembersih dan penyegar varian greentea (bukan lagi promosi loh ya).Selain enak digunakan (nggak pedih di kulit) harganya juga enak di kantong hihi. Buat kulit berjerawat mungkin bisa menggunakan varian jeruk/lemon dan greentea.

c. Selalu memakai facial foam
Setelah kulit dibersihkan dengan menggunakan susu pembersih dan penyegar, bisa di akhiri dengan menggunakan facial foam. Ada dua cara yang bisa diterapkan untuk membersihkan muka. Pertama gunakan susu pembersih-facial foam-penyegar. Atau cara kedua, gunakan susu pembersih-penyegar-facial foam-penyegar. Kedua cara ini bisa digunakan, dan terserah kalian mau pakai cara yang mana. Yang jelas dengan mengakhiri kegiatan membersihkan muka dengan facial foam, muka akan lebih bersih dan kesat. Dijamin udah nggak ada kuman bakteri lagi menempel di kulit muka! Buat kulit berminyak dan berjerawat, menggunakan facial foam dapat menjaga kulit agar tetap kering.

3. Menggunakan kosmetik yang cocok untuk jenis kulit
Ini dia nggak kalah penting. Karena jika kosmetikmu nggak cocok dengan jenis kulit malah bisa menimbulkan masalah baru di kulitmu. Perhatikan kandungan kosmetik, apa efeknya, dan untuk jenis kulit apa kosmetik tersebut. Sekarang kosmetik sudah semakin terklasifikasi seperti kosmetik untuk jenis kulit kering, berminyak, normal, normal berminyak, normal kering, sensitif, dan lain sebagainya. Pilihlah yang sesuai dengan kondisi kulit. Jika ternyata tidak cocok atau menimbulkan iritasi/kondisi kulit yang tidak diinginkan segera hentikan pemakaian kosmetik. Untuk memilih kosmetik yang tepat bisa juga bertanya pada teman, saudara atau melihat review blogger untuk mengetahui plus minusnya. Khusus untuk kulit berjerawat jangan menggunakan kosmetik terlalu tebal agar kulit bisa bernapas.

Nah itu dia beberapa hal yang aku perhatikan dan aku terapkan dalam merawat kulitku yang berjerawat dan menurutku cukup membantu untuk tidak menambah tingkat keparahan jerawat di muka. Semoga bermanfaat :)


Continue reading Yuk, Merawat Kulit Berjerawat!

Thursday, 21 April 2016

Sejuta Permasalahan di Kampung Sri Rahayu Purwokerto

Hari Jumat, 15 April 2016 ceritanya aku dan sepupu aku Fitri yang juga sedang studi S2 di PSDK (pembangunan sosial dan kesejahteraan) berkunjung ke kampung Sri Rahayu. Letak kampungnya itu dibelakang taman kota andang pangrenan Purwokerto. Aku sih nggak ada perlu sebenernya cuman nemenin sepupu aja yang mau penelitian buat thesis di kampung itu. Dan pengin tahu juga sekarang kondisi kampung Sri Rahayu seperti apa, setelah terakhir kesana kurang lebih pas semseter 5 jaman S1 dulu. Dulu juga aku cuma tahu sekilas tentang kampung Sri Rahayu. Iya tahu bahwa kampung ini penuh masalah, dan hanya sebatas itu.

Sesampainya di kampung Sri Rahayu kondisi masih terlihat sama seperti dulu.. kumuh dan kotor. Kita berdua langsung menuju rumah Pak Musofan, beliau ini adalah ketua yayasan Dewi Sri Rahayu. Sebuah yayasan dengan basis pemberdayaan masyarakat kampung Sri Rahayu. Selain sebagai ketua yayasan, beliau juga merupakan salah satu orang yang ditokohkan di kampung tersebut. Rumahnya tepat disebelah sanggar Dewi Sri Rahayu dan di depan satu-satunya musola di kampung tersebut. Rumahnya pun sangat sederhana, dindingnya masih terbuat dari sejenis triplek tapi lebih tebel.. apa tuh namanya ya?? Kesan pertama bertemu bapak ini beliau sangat sederhana penampilannya, menggunakan kaos oblong dan celana panjang. Malah sedikit terkesan awut-awutan dan jauh dari rapi. Setelah mengobrol, kita baru tahu kalau Pak Musofan ternyata dulu mahasiswa lulusan STAIN Purwokerto jurusan pendidikan agama. Beliau datang ke kampung ini pada tahun 2001 karena prihatin melihat kampung ini tidak memiliki tempat ibadah sekaligus tidak terjamah pendidikan agama. Pak Musofan pada akhirnya memutuskan menetap di Kampung Sri Rahayu dan ingin mengabdi di kampung ini dengan niat memberikan pendidikan agama kepada masyarakat kampung. Subhanalah.. sungguh aku tersentuh dan berfikir.. 1001 lah lulusan mahasiswa yang mau mengabdikan diri untuk kehidupan sosial, apalagi sampai memutuskan menetap di kampung itu.

Sedikit sejarah tentang kampung ini, mayoritas penduduk kampung adalah pendatang. Jadi mereka bukanlah orang asli Purwokerto/ Banyumas. Kebanyakan dari mereka berasal dari kota-kota besar. Mereka terbuang dan terkucilkan dari keluarga dan saudara sehingga tidak memungkinkan untuk bisa kembali lagi ke kota asal. Rata-rata dari merekapun adalah orang-orang bermasalah, yang pada akhirnya mereka menetap di kampung Sri Rahayu dan beranak pinak di kampung ini. Kampung ini kurang lebih memiliki 250 KK dengan beragam pekerjaan serta sekitar 200 anak usia sekolah, 50 diantaranya mereka tidak bersekolah.


Sanggar Dewi Sri Rahayu (tempat kegiatan yayasan Sri Rahayu)


Satu-satunya mushola di kampung Sri Rahayu


Rumah Pak Musofan disebelah sanggar & didepan mushola


Kondisi kampung Sri Rahayu


Kondisi kampung Sri Rahayu


Kita membahas banyak hal, dan sesungguhnya aku sangat antusias dan lebih banyak bertanya daripada sepupuku yang mempunyai hajat untuk bikin thesis. Ini adalah sebuah fakta dan realita kehidupan, sebuah permasalahan sosial yang sesungguhnya bukan menjadi PR pemerintah. Tapi itu PR kita bersama sebagai warga negara, sebagai generasi muda, seberapa besar kita memiliki kepedulian untuk memberikan solusi terhadap masalah sosial. Kampung Sri Rahayu ini diibaratkan Los Angles nya kota Purwokerto. Semua pekerjaan yang sedikit menyimpang ada disini: gelandangan, pengemis, PSK (PSK cewe, PSK gig*l*, PSK waria), copet, preman, dan segala bentuk pekerjaan yang tidak wajar hampir lengkap ada disini. Bedakan dengan Doli di Surabaya dan Sarkem di Jogja apa permasalahan kedua tempat tersebut? Yap prostitusi. Sedangkan di kampung Sri Rahayu warganya memiliki permasalahan yang sangat kompleks, lebih dari sekedar prostitusi.

Apa yang terjadi di kampung Sri Rahayu ibarat lingkaran setan yang akan terus berlanjut hingga kapanpun. Seseorang yang tinggal di kampung tersebut rata-rata tidak mampu mengubah nasib dan keluar dari lingkaran setan. Dari orang tua sampai anak cucunya bisa aja jadi gelandangan dan gak ada kemajuan apapun. Menurut penuturan Pak Musofan, banyak warga kampung Sri Rahayu yang sudah mau berubah. Satu-satunya cara untuk memutus rantai lingkaran setan adalah dengan berhijrah, pergi dari kampung itu selama-lamanya dan menetap di wilayah lain dengan kondisi lingkungan yang lebih kondusif. Kebanyakan dari mereka yang masih menetap di kampung tersebut dan berusaha mencari pekerjaan lain seperti kuli ataupun berjualan, pasti mereka akan kembali ke pekerjaan mereka yang dulu (entah itu jadi pengemis atau copet, dsb). Itu disebabkan oleh kondisi orang-orang sekitar yang tidak memungkinkan diri sendiri untuk berubah. Ingat sebuah pepatah teman kita adalah cerminan diri kita. Kalo temennya preman ya kemungkinan besar kita bisa ikut ketularan jadi preman.

Beberapa waktu yang lalu pemerintah Kabupaten Banyumas mensosialisasikan perda No.16 Tahun 2015 yang isinya kurang lebih seperti ini "Setiap orang/lembaga/badan hukum yang memberi uang dan atau barang dalam bentuk apapun kepada gelandangan, pengemis, pengamen, dan orang terlantar dan anak jalanan di tempat umum diancam pidana kurungan paling lama 3 bulan dan atau denda paling banyak Rp 20.000.000." Perda tersebut dipasang di papan pinggir jalan di setiap persimpangan lampu merah di Purwokerto. Karena lama di jogja, jadi pas balik dan jalan-jalan di Purwokerto agak kaget gitu sih liat ada papan itu.

Usut punya usut ternyata perda tersebut sedikit menimbulkan kerusuhan -.-. Berdasarkan berita yang aku baca di koran lokal sih tujuan perda Banyumas memasang papan tersebut buat mensosialisasikan tentang perda itu dan memberikan pengetahuan kepada masyarakat biar tidak sembarangan memberikan uang kepada mereka. Sebenernya maksud pemerintah baik, pemerintah tidak ingin mereka manja dengan hanya bergantung menjadi pengemis dan gelandangan dengan meminta-minta dijalanan. Sebenernya akupun nggak setuju dengan para gepeng (gelandangan & pengemis) itu, dan sekarang aku nggak pernah memberikan uang sepeserpun pada peminta-minta. Apalagi yang kondisi badannya masih sehat, yang sebenernya mereka bisa kerja yang lain kayak jadi PRT, jaga toko, tukang cuci, atau apapun lah yang tidak merendahkan diri mereka. Aku sedikit pilih-pilih kalau mau kasih uang ke para gepeng itu.

Nah apa hubungannya perda ini dengan kampung Sri Rahayu? Jadi mayoritas warga kampung Sri Rahayu adalah para gepeng itu. Awal mula adanya perda itu warga kampung Sri Rahayu tidak terusik dan terganggu sama sekali. Karena pada dasarnya mereka memang tidak tahu menahu, maklum lah mayoritas mereka berpendidikan rendah dan mungkin ada juga yang tidak bisa membaca. Yaa jangankan untuk memahami perda. Ceritanya ada oknum yang masuk ke kampung Sri Rahayu dan sedikit memprovokasi tentang perda tersebut. Mereka berdalih bahwa kalian para gepeng telah dirampas hak-nya untuk mencari nafkah di jalanan. Selain itu gepeng-gepeng tersebut juga diberikan pengetahuan tentang pasal 34 ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi "fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara negara." Tapi pada kenyataanya yang terjadi adalah jauh dari yang disebutkan oleh UU tersebut. Nah panaslah para gepeng yang diprovokasi oleh oknum, dan mereka sempat demo didepan kabupaten hingga merusak sarpras yang ada disana.

Akibat dari kejadian tersebut, saat ini apa yang terjadi di kampung Sri Rahayu cukup mengkhawatirkan. Kampung ini warganya telah terpecah menjadi beberapa kelompok, yang masing-masing ceritanya memiliki tujuan yang berbeda (passion-nya beda gituu). Kelompok pertama adalah mereka yang melakukan demo di kabupaten. Mereka adalah orang-orang yang minta diakui keberadaan dan eksistensinya sebagai gepeng. Dalam artian, mereka kekeuh mau jadi gepeng aja dan nggak mau berubah. Kelompok kedua adalah kelompok yang masuk kedalam binaan Pak Musofan di yayasan Dewi Sri Rahayu. Dimana kelompok ini adalah yang menginginkan perubahan nasib lebih baik. Mereka ingin keluar dari lingkaran setan yang membelenggu diri mereka. Kelompok ketiga adalah kelompok para penguasa dan konglomerat kampung Sri Rahayu yang memiliki kepentingan tertentu. Dan pada intinya kelompok ketiga ini tidak ingin warga kampung Sri Rahayu berubah menjadi lebih baik, agar si empunya kepentingan semakin kaya raya.

Oke sekarang aku ikut pusing hehe... Selanjutnya aku tanya ke Pak Musofan. Sejauh ini bagaimana nasib orang-orang yang ingin berubah? Apa yang telah yayasan ini lakukan untuk mereka yang mau berubah dan apa yang pemerintah sudah lakukan untuk mengatasi hal ini? Sejujurnya saya males ngomongin pemerintah.  Jawaban Pak Musofan begini: Banyak diantara warga yang ingin berubah, dan memiliki pekerjaan yang lebih baik. Mereka tergabung dalam kelompok ibu-ibu PKK, bapak-bapak, dan remaja. Pak Musofan awalnya lebih banyak memberikan pendidikan agama pada mereka-mereka yang ingin berubah. Lambat laun Pak Musofan juga sering bekerjasama dengan akademisi dan pemerintah untuk program-program pemberdayaan. Dari pemerintah sendiri sering melakukan pelatihan-pelatihan kewirausahaan dan pemberian ketrampilan seperti menjahit dan lain sebagainya kepada masyarakat. Beberapa kalangan akademisi juga pernah mengadakan program-program tertentu di kampung ini. Beberapa kali ada juga mahasiswa yang tertarik penelitian di kampung ini. Kata Pak Musofan, warga seringkali bilang ke mahasiswa tersebut begini: "Mbok ya jangan penelitian tok, tapi kasih lah sesuatu buat kami." Maksudnya jangan cuma penelitian aja, tapi diharapkan kehadiran mahasiswa tersebut dapat memberikan perubahan nasib bagi mereka (dalam artian menolong mereka untuk keluar dari lingkaran setan). Duhh jujur aja aku sedih dengernya dan merasa ikut tertampar *plak*

Bapak-bapak, ibu-ibu dan remaja diberikan pelatihan kewirausahaan. Pak Musofan juga sempat menunjukkan hasil karya remaja kampung (lemari pakaian). Mereka mendatangkan pelatih/orang yang ahli dan membuat lemari pakaian. Intinya mereka selalu mendatangkan mentor untuk memberikan pelatihan ketrampilan. Ibu-ibu sempat diajari berwirausaha dengan dikursuskan menjahit, memasak (bikin cemilan, keripik dll), diberikan pengetahuan tentang pengemasan produk usaha, dan diberi modal berupa peralatan untuk usaha. Nah apa yang terjadi? mereka sangat semangat untuk membuka usaha. Bahkan mereka patungan bersama-sama untuk modal bahan bakunya. Mereka melakukan produksi dan mengemas produk mereka dengan menarik. Kemudian masalahpun muncul. Mereka tidak dibekali dengan ilmu pemasaran. Produksi jalan, tapi mereka tidak tahu harus kemana menjual produk-produk mereka. Padahal kesuksesan dari sebuah bisnis adalah marketing, sistem bisnis yang baik. Mereka harus paham ilmu itu.

Aku sering mendengar anggapan miring tentang warga kampung ini. "Mereka ya gitu tuh percuma dikasih pelatihan atau modal, ujung-ujungnya yaa nggak berguna mereka balik ngemis lagi." Anggapan ini menurutku tidak sepenuhnya benar, dan nggak bisa juga ditelan mentah-mentah. Banyak faktor yang menyebabkan mereka bertindak seperti itu, dan itu juga bukan sepenuhnya salah mereka. Hal pertama yang perlu dibangun dari warga kampung Sri Rahayu untuk mau berubah adalah kesiapan mental, mental harus kuat untuk menghadapi perubahan yang signifikan. Peralihan pekerjaan dari gepeng menjadi wirausahawan merupakan perubahan yang cukup jauh. Ketika mereka menjadi gepeng, mereka hanya perlu meminta-minta dan uangpun masuk ke kantong. Sedangkan ketika berwirausaha harus mau sedikit lebih repot dan pusing. Mau memproduksi, mau menjual dan perputaran uang lebih lama karena mereka harus mendapat pembeli dulu agar uang masuk ke dalam kantong. Dikarenakan tidak memiliki pengetahuan tentang pemasaran, produk-produk mereka pun nggak laku. Tidak ada pembeli. Padahal kebutuhan sehari-hari harus dipenuhi. Mereka memiliki keluarga yang harus dinafkahi dan membutuhkan uang untuk membayar tagihan-tagihan. Pada akhirnya mereka kembali kejalanan menjadi gepeng dan menjual peralatan yang dimodalkan oleh pemerintah. Mereka berpikir bahwa alat-alat tersebut tidak menghasilkan apapun.

Setelah melihat fakta di atas bagaimana pendapat kalian? Miris sekali bukan. Aku merasa amat sangat kasihan pada mereka warga kampung yang ingin merubah nasib hidupnya. Tapi mereka terhalang banyak kendala terutama ilmu pengetahuan. Apa yang sekarang mereka butuhkan? Mereka membutuhkan pendampingan secara intensif, terus-menerus dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Pendampingan ini dilakukan hingga mereka dirasa cukup mandiri untuk berwirausaha sendiri,  memahami sistem bisnis, memiliki ilmu, dan sudah paham apa yang harus dilakukan. Kita hanya perlu membantu mereka membuatkan sistem pemasaran yang baik. Mengenalkan apa itu segmentasi pasar, bagaimana agar produk laku dijual dan bisa memproduksi barang secara kontinyu. Hal ini perlu didampingi oleh orang-orang yang memiliki ilmu tentang pemasaran. Tidak harus seorang yang profesional dan ahli, yang penting cukup mengerti dan paham dasar dari kegiatan jual-beli. Karena faktanya mereka juga tidak mau sistem yang ribet, mereka cukup dibekali dengan pengetahuan yang bisa dengan mudah mereka pahami. Melalui tulisan ini aku ingin mengajak kepada siapa saja yang peduli akan kampung Sri Rahayu untuk bersatu dan membantu memberikan ilmu serta pembekalan wirausaha kepada mereka. Aku dengan senang hati menyambut siapa saja yang ingin bergabung membantu mereka.

Gagasanku adalah, aku membayangkan kampung ini memiliki kelompok usaha dimana mereka nantinya mampu mandiri dengan kelompok usaha tersebut. Kelompok usaha dapat dibagi menjadi beberapa divisi seperti divisi produksi, divisi pengemasan, divisi pembelian bahan baku, divisi keuangan, dan divisi pemasaran/sales. Produk-produk hasil usaha kampung ini tergolong produk umkm, yang dibantu sistem pemasarannya hingga mereka memiliki segmentasi pasar dan pelanggan yang  melakukan order dalam jumlah besar serta melakukan order secara kontinyu. Jika sistem pemasaran produk ditujukan pada pedagang besar (dalam artian penjual pihak kedua) diharapkan warga kampung Sri Rahayu dapat memproduksi produknya dengan jumlah yang lebih besar. Otomatis dengan sistem produksi yang besar ini akan menyerap banyak tenaga kerja untuk memproduksi.  Cara seperti ini diharapkan mampu menarik perhatian warga lain untuk turut bergabung dan merubah nasibnya. Hal ini juga bisa menjadikan kampung Sri Rahayu menjadi desa binaan yang mempu memberikan inspirasi bagi desa-desa lainnya. Semoga.
Continue reading Sejuta Permasalahan di Kampung Sri Rahayu Purwokerto

Thursday, 14 April 2016

Jurusan IPA atau IPS itu Sama Saja




Merasa terprovokasi dengan judulnya? Hahaha, mungkin iya bagi kalian yang alumni IPA, atau masih sekolah jurusan IPA. Kalo aku sih enggak, soalnya dulu ambil jurusan IPS! hahahaha. Dasar provokator. Flashback ke jaman SMA dulu, rata-rata penjurusan SMA itu dua jalur.. IPA dan IPS. Beberapa SMA ada yang menyertakan penjurusan bahasa, tapi itupun sangat jarang sekali.
Apa yang membedakan kedua jurusan ini? Nggak ada yang beda kok, sama aja. Terserah kalian kan mau pilih jurusan yang mana sesuai minat kalian??

Tapi.. ini dia stigma turun temurun dan mungkin masih melekat hingga sekarang tentang jurusan IPA dan IPS yang menurutku menjerumuskan ke dalam lubang neraka jahanam!*emosi* Dimana - mana orang pada umumnya menyepakati kalau anak IPA itu dicap sebagai anak yang pinter - pinter, kalem, rajin belajar, kutu buku, calon orang sukses, bikin orang tua bangga (pamer kemana-mana) beuhhh.
Sebaliknya anak IPS udah bandel, males - males, nakal, suka bolos. IYA emang iya bener aku dulu begitu hahaha.

Masih inget jaman dahulu kala ketika naik kelas dua SMA dan harus menentukan pilihan antara IPA dan IPS. Ya jelas lahhh milih IPS banget.. alasan pertama nggak bakat itung-itungan (aku benci segala hal yang berhubungan dengan itung-itungan), alasan kedua masa mudaku akan terenggut dengan belajar hal-hal yang bakal bikin ribet (dan mungkin ga bakal kepake di dunia kerja?!). Temen se-geng aku masuk IPA semua (4 anak) dan aku masuk IPS sendiri. Suatu hari ketika liburan sekolah naik kelas dua SMA kita se-geng silaturahim ke rumah mantan Ibu wali kelas. Ditanyain tuhh kita semua pada masuk ke jurusan apa. Empat anak itu bangga dong nyebutin kalo dirinya masuk IPA, dan aku sendiri kayak anak tiri masuk IPS. Terus yang bikin kesel, Ibu wali kelas menatapku dengan tatapan agak sedih gitu sambil bilang "ga pa-pa ya masuk IPS, tiap jurusan kan ada kelebihan masing-masing". Ya Tuhannn kesel pake banget, yaa emang aku nggak pa-pa.. gak perlu dikasihani gitu kali bu -.- Bahkan Ibu guru pun mereka mengiyakan stigma tentang anak IPA dan IPS.

Pengalaman lain, masih tentang temen satu geng kala SMA. Sebenernya tuh waktu itu anak satu geng (5 anak termasuk aku) yang masuk ke IPA ada 2 anak, 3 sisanya termasuk aku masuk IPS. Tapi yang lucunya pake banget kedua temen aku ini nggak terima masuk IPS, mereka ngotot minta masuk IPA. Aku sampe geli gitu ingetnya, mereka dateng ke guru nangis - nangis minta tambahan buat remidial biar bisa masuk IPA.. terus mereka janjiin ini itu ke guru. Yang menurutku janjinya terlalu mustahil untuk diwujudkan wkwkkw. Ditambah mereka berdua yang gak terima dimasukin IPS itu nangis bombay curhat ke kita - kita sambil bilang "Ya Allah aku nggak mau masuk IPS. Aku pengen besok jadi ini (profesi yg berkaitan dengan jurusan IPA). Gak mungkin banget kan kalo aku masuk IPS." Sambil menenangkan dan membatin.. ya ampun ini anak lebaynya... (dan akhirnya mereka berdua bisa dipindahin masuk ke IPA).

Seminggu pertama adalah waktu kebebasan kita buat nentuin akan lanjut di jurusan yang kita pilih atau pindah ke jurusan lain.  Aku masih inget banget dan nggak mungkin bakal aku lupain. Ada temen satu kelasku di jurusan IPS namanya Ica (nama samaran) yang minta pindah ke jurusan IPA. Geng aku (langsung punya geng baru nih) langsung nanyain ke si Ica kenapa kok pindah? Tahukah apa jawabannya?
Jawaban Ica begini "Aku kalo masuk di jurusan IPS mau jadi apa besok? Mending ke IPA kan jelas."
Kita se-geng emosi tingkat dewa denger alasan Ica pindah jurusan, dan ngumpat sejadi-jadinya. Huh, dia pikir dia siapa? Kurangajar banget tuh anak bilang begitu! Dia pikir bakal sukses gitu kalo masuk jurusan IPA? Gak liat ya orang yang diajakin ngomong tuh jurusan IPS? Kira - kira begitulah umpatan kita waktu itu, hihi lucu kalo inget.

Enam tahun berlalu sejak kita lulus SMA. Masing - masing dari kita sudah menentukan jalan hidup yang dipilih. Temen se-geng ku ketika dulu kelas satu SMA juga udah keliatan mereka arahnya kemana. Keempat temenku yang IPA: temen pertama sekarang sedang koas kedokteran (dia emang niat jadi dokter dari dulu), yang kedua gak lanjut kuliah karena ga ada biaya sekarang jadi admin di sebuah yayasan, ketiga jadi guru matematika SMA, keempat jadi CS di salah satu perusahaan provider (temen ketiga dan keempat ini yang dulu nangis - nangis karena gak terima dimasukin ke IPS), dan aku (IPS) terdampar di S2 UGM karena masih obses pengen jadi dosen hehe). Terus soal si Ica nih, nggak tau juga dia gemana kabarnya. Penasaran sih sebenernya.. apa dia udah jadi dokter atau mungkin menteri atau bidan, perawat? Entahlah kita buktikan di masa depan kamu jadi apa Ca *nantangin*

So, lihatlah bagaimana menurut kalian apakah jurusan IPA itu bisa menjamin sebuah kesuksesan? Aku nggak lagi menjelek - jelekkan jurusan IPA ataupun membela jurusan IPS. Tapi ayo kita berpikir maju kedepan, thinking out of the box, jangan terpengaruh stigma yang menjerumuskan diri kalian. Dunia ini terus berubah dengan cepat, sudah bukan jamannya merasa tinggi hati dengan masuk IPA dan merasa malu dengan masuk IPS.

Yang menentukan kesuksesanmu kelak adalah kemauan, cita - cita, keyakinan, dan kerja keras. Mungkin pilihan akan jurusan IPA atau IPS bisa dilakukan dengan bijak jika kamu tahu dan paham apa yang akan dilakukan pada masa mendatang. Misalnya, sudah sangat mantap untuk jadi dokter ya masuklah jurusan IPA. Ataupun jika memang kamu merasa ingin menjadi akuntan masuklah di jurusan IPS. Itu contoh yang amat spesifik. Nah kalo maunya masih nggak jelas gemana?? Masuklah ke jurusan yang paling kamu kuasai dan bikin kamu nyaman untuk belajar selama 2 tahun ke depan. Percayalah apa yang dipelajari disekolahan tidak sepenuhnya bisa digunakan di dunia nyata yang kejam ini. Provokasi lagi deh.

Beberapa temen aku yang masuk IPA ataupun IPS banyak yang mulai keliatan mereka sukses di bidang pekerjaan masing-masing, ada yang masih merintis karir, ada yang lanjut studi master juga, dan ada yang memustuskan berwirausaha. Yaa pada akhirnya kita punya jalan masing-masing, dan di kehidupan nyata kita tidak memandang apakah dulu jurusan IPA atau IPS. Sekarang semuanya sama, tinggal bagaimana kita berjuang meraih impian. Banyak kasus orang sukses dan dulu sekolahnya di jurusan IPA dan yang gak sukses juga ada.. begitu pula sebaliknya dengan jurusan IPS. Bahkan yang dulu nggak sekolah sekarang sukses juga ada (itu beda lagi urusanya ya). Dan asal kalian tahu, pekerjaan yang kita hadapi di masa depan seringkali juga nggak nyambung dengan jurusan yang dulu kita ambil. Hal itu wajar banget terjadi, karena hidup ini misteri kita nggak tahu apa yang akan terjadi di masa mendatang. Bahkan rencana dan cita-citamu semasa dulu bisa saja berubah seiring berjalannya waktu dan berkembangnya pemikiran. Temen aku yang dari jurusan IPA sekarang ada yang kerja jadi bankir, developer, pengusaha, PNS. Begitu juga yang IPS ada yang jadi fotografer, pengusaha, guru, perhotelan, ritel dan lain sebagainya.

Sebenernya yang paling penting itu kita tahu dulu nih apa yang menjadi kesenangan, hobi dan passion. Jadikan hal tersebut sebagai cita-citamu dan pekerjaanmu kelak. Apa yang menjadi keinginanmu, lakukanlah dan raihlah. Jangan berlama-lama membuang waktu dengan mengerjakan sesuatu yang tidak disukai. Jangan sampai kehilangan arah dan tidak tahu mau jadi apa di masa depan (ini yang bahaya). Jadi kesimpulanya wahai kalian anak SMA baik IPA dan IPS kalian sama-sama pintar, sama-sama memiliki peluang untuk sukses dan kaya di masa depan.. pemilihan jurusan tidak akan menentukan kadar kesuksesanmu dan keberuntunganmu tapi kerja keraslah yang mampu membawamu kearah kesuksesan.


Semoga memotivasi :D




Continue reading Jurusan IPA atau IPS itu Sama Saja