Monday, 28 November 2016

((Review)) Acne Treatment di Larissa Aesthetic Centre

Berhenti dari Erha, aku beralih ke Larissa buat mengobati jerawat di kulitku. Sebenernya bisa dibilang downgrade yah dari Erha ke Larissa :D. Ini pun berdasarkan hasil cari-cari informasi lewat review para blogger dan tanya temen-temen juga yang pernah perawatan disana. Kalo berdasarkan hasil review blogger bisa dibilang efek dari perawatan acne di Larissa cukup beragam ya hasilnya ke tiap-tiap orang. Tapi kalo perawatan temen-temenku cukup memberikan hasil yang bagus bahkan kulitnya kembali mulus lagi kayak nggak pernah jerawatan. Akhirnya aku memantapkan diri buat ke Larissa.

Pertama kali perawatan aku  dateng ke Larissa Purwokerto, ambil nomer antrian untuk konsul sama dokter. Ditanyai riwayat pengobatan, di periksa kulitnya sama dikasih saran produk. Dokternya cukup ramah dan yang penting nggak maksa suruh treatment ini itu atau harus beli produk ini itu. Aku dibebasin boleh beli semua produk yang di rekomendasikan atau nggak harus semuanya juga nggak masalah. Dokternya sempet nawarin facial, tapi kalo mau nunggu jerawatku mendingan dulu juga nggak masalah. Karena waktu itu jerawatku lagi nongol banyak-banyaknya.  Aku inget banget dulu di Erha, dokternya bahkan nggak pernah menyarankan facial buat kondisi kulit berjerawat. Facial itu cuma buat kulit normal, karena jika kulit sedang berjerawat justru memperparah kondisi kulit. Treatment yang disarankan oleh dokternya Erha adalah acne peeling, sama home peeling (sejenis beli cream peeling Erha buat peeling sendiri di rumah). Peeling yang dimaksud bukan melakukan penggosokan kulit ya. Tapi mengoleskan sejenis cairan atau cream yang fungsinya untuk mengempeskan jerawat dan meregenerasi sel-sel kulit mati. Dan proses peeling ini nggak digosok sama sekali.

Produk yang aku ambil terdiri dari  krim jerawat pagi dan malam, facial foam, milk cleanser, toner, dan acne lotion, total semua produk adalah 189.000, free konsul dokter. Sempet kaget sih karena murah banget, iya lah ya secara di Erha biasa ngeluarin duit 500.000 sekali kontrol -_-. Awal mulai pemakaian Larissa sekitar tanggal 9 Agustus 2016 dan sekarang (28 November) udah berselang kurang lebih selama 4 bulan pemakaian produk. Bisa dibilang produk-produknya awet banget. Milk cleanser, toner, facial foam dan acne lotion ku aja sampai sekarang udah 4 bulan pemakaian masih (facial foam baru banget abis kemaren). Padahal hampir setiap hari aku pakai, kecuali acne lotion kalo pas jerawatnya gede-gede doank. Selama empat bulan itu krim pagi dan krim malam baru pernah beli dua kali. Awet dan ngirit banget lah pokoknya.

Untuk cara penggunaan produknya standar sih ya. Krim pagi dan malam dipakai setiap pagi dan malam (mulai dari jam 6 sore) setelah membersihkan muka dengan facial foam. Krim pagi  mengandung spf 15 yang berfungsi melindungi kulit dari paparan sinar matahari. Untuk krim malam dipakai tipis-tipis (sedikit aja) dan hanya 2 jam pemakaian, pemakaian melebihi 2 jam apalagi dibiarkan semalaman itu nggak dianjurkan. Kata dokternya sih bahaya, karena krim malam sifatnya lebih keras dan bikin kulit kusem kalo dibiarkan terlalu lama. Milk cleanser dan toner untuk membersihkan muka dari debu-debu dan sisa make up. Acne lotion digunakan untuk mengempeskan dan mengeringkan jerawat yang membengkak/parah. Oya, untuk krim malam sebaiknya disimpan di kulkas. Atau kalo nggak disimpan di tempat yang kering, dingin, rapat. Dulu pas awal-awal aku nyimpen krim malem nggak bener, sering keluar masuk kulkas (disimpen di kulkas tapi sering lupa masukin lagi kalo habis pakai), kadang dibawa pergi-pergi kepanasan di tas, nutupnya nggak rapet dan berbagai keteledoran lainnya. Hasilnya, krim malem masih banyak banget tapi warnanya udah berubah jadi kuning. Serem liat warnanya berubah gitu, akhirnya aku buang dan beli krim malem yang baru. Sejak saat itu aku jadi lebih berhati-hati buat nyimpen krim malem.

Selama perawatan empat bulan di Larissa, aku udah tiga kali konsul dokter. Dua kali di Purwokerto, sekali di Jogja cabang mall Galeria. Dan dokter yang di Jogja itu ya ngeselin, nggak ramah sama sekali dan nggak begitu nanggepin keluhanku. Selama empat bulan itu pula aku nggak pernah ganti jenis krim. Krimnya masih sama kayak awal Agustus aku kontrol di Larissa. Beda ya kalo sama di Erha dulu, dalam 7 bulan perawatan udah beberapa kali ganti jenis krim muka baik pagi ataupun malam. Tergantung dari kondisi dan perkembangan kulitku juga buat menentukan krim apa yang cocok buatku. Sebenernya nggak tau juga sih di Larissa itu ada berapa jenis krim yang dipakai buat mengatasi jerawat. Kalo kata temenku mereka punya sekitar 2 atau 3 jenis krim gitu. Tapi entahlah karena dari awal aku nggak pernah ganti krim.

Ini dia hasilnya 4 bulan perawatan di Larissa: nggak menunjukkan perubahan apapun kecuali kulit lebih kering di bagian tertentu. Bahkan jerawatku sama sekali nggak berkurang, bekas-bekasnya masih banyak (nggak memudar sama sekali), jerawat batu masih ada, waktu menstruasi juga sering nongol jerawat. Yaa.. mungkin aku kurang cocok ya sama si Larissa ini. Aku sempet sekali facial di Larissa, ini pun nggak disengaja. Aku nggak tau kalo ternyata di Larissa itu semua treatmentnya udah termasuk facial. Maksudku, aku mau treatment yang tanpa facial sebenernya sejenis acne peeling kalo di Erha. Aku ambil perawatan acne control kalo nggak salah atau apa ya namanya lupa, harganya sekitar 200 ribu gitu. Pas lagi treatment aku bilang ke mbak-mbaknya kalo nggak mau dipencetin jerawatnya karena kulitku sensitif banget. Kata mbaknya, iya gak pa-pa mba nanti bilang aja ke mbak yang bagian mencet2in (karena beda tugas beda orang gitu).  Tibalah saat pemencetan itu, aku menolak gak mau dipencetin tapi mbaknya bilang “tapi ini komedonya banyak banget loh mba.. atau mau dipencet komedonya aja, jerawatnya enggak?” meski agak ragu akhirnya akupun mengiyakan.

Setelah perawatan kulitku bengep kurang lebih selama 2 hari. Selama itu hampir 5 kali dalam sehari aku ngompres es batu ke muka buat ngilangin bengepnya. Alhamdulilah hari ketiga wajah udah kembali normal. Tapi efek setelah facial ini loh yang ngeselin. Wajah emang keliatan lebih bersih, tapi habis itu wajah aku muncul bruntusan dan jerawat kecil-kecil di jidat. Dibagian pipi kiri dan kanan juga muncul jerawat kecil-kecil yang jumlahnya lumayan banyak. Bahkan sampai sekarangpun masih. Intinya aku nggak cocok sama perawatan yang namanya facial. Pengennya peeling, tapi sayangnya di Larissa nggak ada treatment peeling hampir keseluruhan adalah facial.

Emang sih yang namanya ngobatin jerawat tuh nggak instan, butuh proses yang lama. Tapiii tetep aja ini udah bulan ke-4 dan nggak menunjukkan perubahan yang berarti di kulit. Sempet berfikir untuk balik lagi ke Erha (tapi mahal L) atau pindah perawatan kulit ke skin care lain (tapi masih bingung mau pakai apa L). Belum lagi capek banget harus memulai dari awal. Ditambah krim muka masih banyak, jadi sayang mau dihentikan pemakaiannya. Sampai sekarang aku masih bertahan pakai Larissa sambil ngehabisin semua produknya. Rencananya kalau milk clenser dan toner habis, aku nggak akan repurchase (mau balik lagi pakai viva milk cleanser + toner yang greentea). Facial foam juga baru banget kemaren habis dan aku nggak beli lagi. Aku malah beli facial foam nya Erha yang ACSBP soalnya aku ngerasa lebih cocok pake itu. Nah kalau krim-krimnya habis belum tau sih mau beralih ke produk apa. Belakangan selain pakai Larisa udah setengah bulan aku barengi dengan pemakaian Vitacid (sejenis salep jerawat gitu) aku memutuskan pakai Vitacid setelah lihat reviewnya yang positif.


Jadi pakai Larissa tetep jalan, malamnya setelah pake krim malam Larissa selama 2 jam , aku lanjut pakai Vitacid sebelum tidur dan aku biarkan sampai pagi. Next akan aku posting juga tentang hasil dari pemakaian Vitacidnya. Kalo ternyata Vitacid ini cocok dan bisa nyembuhin jerawatku, aku nggak akan lanjut pakai produk-produknya Larissa. Jadi kesimpulannya, Larissa ini nggak begitu ngefek di kulit aku dan aku pun nggak begitu cocok dengan jenis treatmentnya Larissa yang sebagian besar adalah facial. Secara kulit aku yang sensitif ini nggak cocok dengan treatment facial. Nggak cocok di aku, bukan berarti nggak cocok di kalian ya. Karena banyak juga temen-temenku yang cocok pakai Larissa ini.
Continue reading ((Review)) Acne Treatment di Larissa Aesthetic Centre

Sunday, 27 November 2016

Beberapa Hal Ini Harus Kamu Pikirkan Sebelum Kuliah S2

Siapapun kamu yang punya mimpi, rencana, atau disuruh orang tua (mungkin) untuk lanjut S2 pasti perlu mempertimbangkan pendidikan yang satu ini dari berbagai aspek. Nah buat yang baru akan memulai pastinya masih banyak kebingungan yang dirasakan mulai dari pemilihan universitas, syarat masuk, maupun biaya pendidikan. Yah wajar sih, dulu pun aku mengalami. Makanya harus banyak-banyak cari informasi sebelum akhirnya memutuskan melanjutkan kuliah S2. Tulisan ini sengaja  aku bikin buat membantu kalian yang sedang mencari-cari informasi tentang kuliah S2. Tapi tulisan ini lebih kepada ‘making decision’, proses yang harus kamu lalui dan pikirkan sebelum akhirnya kamu memutuskan untuk kuliah S2.

1. Apa tujuanmu kuliah S2?

Ini adalah pertanyaan dasar banget yang harus ditanyakan pada diri sendiri. Berdasarkan pengalamanku selama kuliah S2, aku melihat banyak sekali alasan yang melatarbelakangi teman-temanku buat ambil S2. Dari mulai alasan yang masuk akal, sampai yang sedikit sedikit aneh juga aku rasa ada. Jangan sampai kamu terjebak kuliah S2 untuk alasan yang nggak rasional atau mungkin hanya karena keinginan sesaat. Ini dia beberapa alasan dari teman-temanku mengapa mereka lanjut kuliah S2 sebagai gambaran: karena belum dapet kerjaan yang cocok, iseng-iseng daftar eh keterima, nganggur terlalu lama daripada nggak ngapa-ngapain  mending S2 aja, resign dari kerjaan sambil nunggu pekerjaan yang baru, tugas belajar dari kantor (kalo yang ini kebanyakan PNS), mau ngajar  atau jadi dosen, ingin kerja di kementrian, bisa dapet posisi/jabatan yang lebih baik jika bekerja nanti, ingin menuntut ilmu lebih banyak (bercita-cita bisa S2), disuruh orang tua, dan lain-lain. Kalian termasuk yang manakah???

Beberapa temen-temenku yang kuliah S2 karena alasan pekerjaan, sempat ikut jobfair beberapa kali/sambil nyari-nyari kerjaan selama kuliah, ikut interview sana-sini. Beberapa diantaranya ada yang cuma buat iseng-isengan daftar (mengukur kemampuan), ada yang kepincut dengan kerjaan terus kuliah akhirnya ditinggalkan begitu saja, ada juga yang akhirnya merasa ‘sayang’ meninggalkan S2 untuk pekerjaan dan harus menyelesaikan S2 dulu.

Aku sih mengapresiasi baik buat temen-temen yang meskipun tadinya kuliah cuma buat nunggu kerjaan tapi akhirnya bertanggung jawab  menyelesaikan kuliahnya. Sekarang, bayangkan jika kamu hanya kuliah S2 karena sambil nunggu kerjaan atau iseng-iseng aja. Ketika kamu dapet pekerjaan yang cocok, kamu ninggalin kuliahmu. Pikirkan uang SPP, biaya buku, kos, dan biaya hidup yang  telah kamu keluarkan bakal terbuang percuma. Kenapa aku bilang percuma, ya karena kamu kuliah cuma sebentar, mengeluarkan banyak uang, ilmu yang didapet cuma setengah-setengah dan gelar master pun nggak di dapat. Beda lagi yang karena iseng-iseng daftar. Apakah nggak memikirkan bahwa kuliah S2 membutuhkan dana yang besar, dan jika tidak direncanakan dengan baik akan membuat keuangan menjadi kacau(mungkin agak lebay, tapi ini bener kok). So, think smart guys!

2. Siapa yang Mendanai Kuliah S2?

Pertanyaan soal duit emang agak sensitif ya, hehe. Coba pikirkan dari mana datangnya duit buat kuliah S2? Apa itu dari orang tuamu, duitmu sendiri, ataukah beasiswa. Kebanyakan orang tua yang menyuruh anaknya lanjut S2 aku yakin mereka udah punya perencanaan keuangan yang matang. Kalo orang tuamu termasuk tipe ini bersyukurlah kamu nggak usah pusing-pusing. Berarti anggaran untuk kamu kuliah S2 udah disediakan. Beda lagi kalau pake duitmu sendiri, kamu harus punya perhitungan yang matang apakah uangmu ini bakal cukup mengcover biaya pendidikanmu sampe kamu wisuda. Membuat perhitungan anggaran juga harus memperkirakan biaya tidak terduga loh. Karena faktanya, akan banyak ‘uang-uang’ yang keluar dikarenakan biaya tidak terduga itu. Biasanya yang membiayai kuliahnya sendiri itu orang-orang yang tadinya kerja dan mereka punya tabungan yang cukup dan akhirnya dipakai buat kuliah S2. Atau mungkin kalo mau sedikit berkhayal kamu habis dapet warisan dari orang kaya tak dikenal, dan kamu memutuskan buat S2 daripada duitnya bingung mau dipakai untuk apa :D *abaikan*

Lain halnya soal beasiswa, jika kamu berniat ‘kuliah gratis’ dengan beasiswa seriuslah dalam mencari beasiswa. Karena pengalamanku buat mendapatkan beasiswa itu nggak gampang ya, butuh perjuangan dan pengorbanan T.T. Kalo saranku lebih baik dipastikan dulu bahwa kamu sudah mendapatkan beasiswa tersebut sebelum kamu kuliah, dibandingkan kamu baru mencari beasiswa ketika perkuliahaan sudah berjalan.

3. Tentukan Mau Kuliah dimana?

Penentuan ini mencakup akan kuliah di Universitas mana dan kota mana. Setiap orang pasti punya imipian mau kuliah dimana. Tapi penentuan universitas juga menentukan dimana kota yang akhirnya kamu tinggali. Seperti misalnya Unpad di Bandung, UGM di Jogja, UI di Jakarta, Unbra di Surabaya, Undip di Semarang dan lain sebagainya. Menentukan tempat kuliah juga bakal berpengaruh terhadap biaya hidup yang akan kamu keluarkan selama kuliah, apalagi buat yang merantau. Masing-masing kota punya biaya hidup yang berbeda-beda. Jangan samakan kuliah di Jogja dengan di Bandung. Mungkin buat para perantau duit sejuta cukup buat hidup sebulan di Jogja, tapi nggak  cukup buat hidup sebulan di Bandung. Soal ini juga harus diukur dengan kemampuan finansial kamu.

Selain masalah biaya hidup, kamu perlu tahu bagaimana dinamika kehidupan di kota yang akan kamu tinggali. Seperti misalnya kondisi lalu lintas di kota tersebut, ada lokasi rawan kejahatan ditempat tertentu, karakter maasyarakatnya bagaimana, tipe masakan mereka seperti apa. Contoh nih kaya aku yang lagi kuliah di Jogja. Jogja itu tergolong kota yang selalu ramai karena memang jadi tujuan wisata. Terkadang lalu lintas macet di beberapa waktu tertentu dan lokasi tertentu.  Mungkin buat yang di kota asalnya nggak seramai kaya di Jogja bakalan kaget dengan lalu lintasnya karena emang rame banget dan kamu harus terbiasa dengan kondisi lalu lintas di kota tempatmu kuliah.

Terus soal masakan nih, masakan orang jogja menurutku manis-manis bahkan sambel pun kadang ikut manis nggak berasa pedes :D. Kalo soal rasa masakan nggak jauh beda sih sama kota asalku, tapi memang di Jogja jauh lebih manis. Dan disini susah banget nemu mendoan khas banyumas, adanya pasti tempe kering dan mereka menyebut itu sebagai ‘mendoan’ -.-, nyari gado-gado sama pecel yang enak juga agak susah. Kalo di Purwokerto banyak banget penjual makanan ini yang enak-enak. Belum lagi aku juga kaget sama soto Jogja yang beningan kaya sop gitu khas soto Semarang. Sedangkan kalo di Purwokerto soto nya pake kuah kaldu, bumbu kacang, dan pake ketupat bukan nasi kaya soto Jogja. Sejauh ini aku bisa menyesuaikan soal rasa masakan, tapi ada juga nih temenku yang orang Aceh nggak begitu suka sama masakan Jawa yang manis-manis. Mereka biasanya masak sendiri, atau sekarang juga udah banyak rumah makan Aceh yang berdiri di Jogja. Kata mereka sih rasanya mirip sama masakan asli disana. So, kalo kamu nggak cocok dengan rasa masakan di tempat kuliah kamu, sekarang udah banyak tersedia rumah makan dari berbagai nusantara. Jadi nggak perlu khawatir ya!  

4. Buatlah target sedini mungkin

Nggak ada salahnya meskipun kamu belum mulai kuliah S2 kamu mulai memikirkan beberapa target seperti jangka waktu kuliah (target lulus kapan) dan rencana topik tesis. Kuliah S2 itu sebentar banget ya, kayaknya baru kemaren masuk eh sekarang udah mau kelar aja. Materi kuliah akan disampaikan pada dua semester awal, di semester ketiga akan lebih fokus pada tesis atau penelitianmu. Ada juga di beberapa jurusan yang sejak semester dua sudah mulai berfokus pada tesis. Jika kamu tidak memiliki target atau perencanaan ‘kapan lulus’ bisa jadi kuliahmu akan mulur-mulur nambah beberapa semester lagi. Dan memang sebaiknya tesis itu sudah mulai dipikirkan sejak sebelum masuk kuliah S2. Tujuannya biar nanti kamu nggak bingung ketika tiba waktunya harus menulis tesis.  Ada juga beberapa kejadian temen-temenku yang bolak balik ganti topik tesis karena galau dan bingung mau neliti apa. Alangkah baiknya kamu sendiri harus tahu bidang apa yang menjadi minatmu dan kamu memiliki passion untuk menelitinya kelak.

Dosen-dosen S2 itu sangat terbuka. Jika dari semester awal kamu sudah memiliki topik tesis, kamu bisa konsultasikan hal ini dengan dosen-dosenmu. Ajak mereka sharing, ngobrol santai ataupun diskusi. Boleh dengan dosen yang akrab denganmu, ataupun dosen yang bergelut dengan bidang yang sesuai dengan topik tesismu. Mereka akan dengan senang hati memberikan arahan dan masukan dari apa yang kamu kemukakan. Dosen juga akan mengapresiasi dan membantu mahasiswanya yang punya semangat buat lulus cepet dan memikirkan tesisnya sejak awal masuk kuliah.

5. Buang jauh-jauh pikiran ini

Beberapa orang menganggap bahwa memiliki tingkat pendidikan yang tinggi adalah suatu prestige tersendiri. Tapi semakin tinggi pendidikan seseorang seharusnya membuat orang tersebut makin rendah hati. Memutuskan untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi memang akan banyak merubah dirimu. Terutama tentang caramu memandang ‘dunia’, melihat permasalahan, menganalisis, dan memecahkannya. Kamu akan jauh lebih banyak tahu dibandingkan orang lain yang tidak mengenyam pendidikan setinggi kamu. Wawasanmu akan lebih luas, cara berfikirmu akan berbeda ketika menanggapi suatu hal/peristiwa tertentu. Kamu akan berpikir bahwa ‘oh, ternyata selama ini aku nggak tahu apa-apa toh’ yaa pernyataan mirip-mirip begitulah.

Karena benefit itulah kadang beberapa orang justru merasa sombong. Buang jauh-jauh pikiran bahwa kuliah S2 hanya untuk terlihat wah, keren, hebat ataupun pintar.  Karena hal-hal tersebut tidak akan berguna sama sekali.  Kuliah S2 itu butuh perjuangan baik tenaga, waktu, dan pikiran. Banyak orang yang akhirnya menyerah dan tidak menyelesaikan kuliah S2 ini karena kurangnya tekad. Kalo di pikir-pikir memang kuliah S2 itu kadang melelahkan dan ingin segera mengakhiri saja :D. Harus diingat pencapaian yang baik tidak akan pernah terwujud tanpa perjuangan yang keras dan sungguh-sungguh.  Tetaplah membumi, jadikan kelebihan yang kamu miliki sebagai ‘solusi’ bagi orang-orang disekelilingmu.


Bagaimana, sudah merasa mantap untuk kuliah S2?
Continue reading Beberapa Hal Ini Harus Kamu Pikirkan Sebelum Kuliah S2