Thursday 16 April 2015

Etika Berdemo Mahasiswa, Menyelesaikan ataukah Menambah Masalah?

Mahasiswa, bisa dilihat dari konteks kalimatnya bahwa mahasiswa adalah tingkatan siswa tertinggi dalam dunia pendidikan. Mahasiswa disebut insan intelektual atau insan akademis karena kedudukannya sebagai insan pelajar tertinggi. Memiliki nalar dan kepekaan yang rasional, selain itu seorang mahasiswa memiliki kematangan ilmu, ilmu yang mereka peroleh dari bangku perguruan tinggi diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi masyarakat sekitar.

Seorang mahasiswa dikatakan berhasil jika dapat memberikan manfaat pada masyarakat. Mahasiswa sebagai kaum intelektual jika mereka bisa menerapkan ilmu yang dimilikinya serta memberikan kontribusi atau pengabdian pada masyarakat sehingga kehadirannya dibutuhkan masyarakat terutama dalam penyampaian aspirasi. Mahasiswa selalu bersikap kritis, mereka memiliki ilmu sehingga dalam urusan pemerintahanpun mahasiswa turut ikut serta.

Kita bisa lihat dalam kenyataannya. Kebanyakan yang terlibat dalam demo adalah para mahasiswa. Tapi mereka sebagai kaum terpelajar yang beretika dan bermoral seringkali justru mengabaikan etika dan moral dalam berdemo. Merusak fasilitas umum, membuat macet lalu lintas, bahkan sampai menimbulkan korban luka – luka sampai meninggal dunia. Hal seperti itu sudah biasa kita lihat dalam berbagai demo yang dilakukan mahasiswa.

Makna yang harus digaris bawahi adalah nilai moral dalam berdemokrasi dan berpolitik harus mengikuti tata krama budaya dan aturan hukum yang ada.

Diambil dari website Koran Demokrasi Indonesia, “Setiap orang dimuka bumi ini berhak untuk menyampaikan suatu aspirasi ataupun pendapatnya namun harus sesuai dengan etika. Jangan menjadikan demo sebagai alat dengan mengatasnamakan rakyat tetapi sebenarnya berasal dari kepentingan kelompok tertentu saja. Demo itu sendiri bukanlah ajang untuk menunjukkan kearogansian. Dalam berdemo, haruslah menerima apapun keputusan yang akan diambil pihak yang di demo. Tidak malah memaksakan kehendak sendiri, menghujat kelompok lain, dan membakar simbol – simbol kenegaraan”. Apakah hal itu bisa disebut dengan kaum intelektual dan terpelajar? 

“Demo yang seperti itu justru akan menimbulkan kontradiktif dalam masyarakat. Masyarakat tidak lagi bersimpati pada para pendemo tapi justru mencap negatif pendemo, terutama mahasiswa”, ucap Bapak Azhari Patrice, SH alumni fakultas hukum UNSOED. Bila aturan dan etika berdemo semakin jauh diabaikan maka bangsa ini tinggal menunggu kehancurannya dalam eforia berdemonstrasi.

Sedangkan menurut Pendi Wijanarko, mahasiswa politik angkatan 2009 mengatakan “Bedanya demo dulu dengan sekarang terletak pada kesadarannya. Jika demo dulu berdasarkan atas kesadaran diri sendiri serta memperjuangkan kepentingan bersama. Tetapi demo sekarang lebih banyak mempertimbangkan keuntungan yang akan di dapat dari demo tersebut.”

Mahasiswa memiliki sebuah peran penting sebagai penghubung antara masyarakat dengan pemerintah. Setidaknya dengan adanya demo, aspirasi masyarakat dapat tersampaikan dengan baik dan jelas pada pemerintah melalui diplomasi yang dilakukan para mahasiswa. 

Dra. Rin Rostikawati, M.si dosen jurusan Sosiologi menjelaskan secara panjang lebar bahwa demo yang baik adalah demo yang dilakukan secara tertib, damai dan sopan. Selain itu harus ada juru bicara untuk melakukan negosiasi serta disampaikan dalam bahasa yang jelas, lugas maksud dan tujuannya. Para mahasiswa juga harus waspada terhadap kemungkinan adanya provokator, dan terakhir yang paling penting adalah tidak mengganggu ketertiban umum dan jadwal kuliah.

Demo mahasiswa bukanlah sebuah permasalahan selama demo yang dilakukan memiliki tujuan yang jelas, tertib, teratur dan sesuai dengan etika berdemostrasi dan mematuhi hukum yang berlaku agar terciptanya keamanan Negara kita serta kegiatan berdemo dapat berjalan dengan baik.

Secara umum, demo yang dilakukan justru berujung pada tindakan perusakan dan tidak memberikan solusi sama sekali. Padahal esensi berdemo adalah untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah ketidakcocokan yang ada antara pemerintah dengan rakyatnya, lanjut Dra. Rin Rostikawati, M.si.

Jadi apa inti dari demo? Tidak ingin bukan, jika demo hanyalah omong kosong belaka tanpa penyelesaian. Demo memang penting, tetapi mengendalikan emosi saat berdemo itu lebih penting lagi.

0 comments: